Tomanurung, tiga orang Tomanurung menurunkan oleh Dewata / Prov. Sulawesi Selatan

Tomanurung: Pada umumnya kerajaan di Sulawesi Selatan mengenal istilah TOMANURUNG dimana pada lontara di Endekan Massenrempulu Tomanurung di Bambapuang yang memerintah dan bersemayam di Puncak gunung Bambapuang dimana pada zaman itu/zaman Prasejarah gunung Bambapuang merupakan gunung yang tertinggi di Sulawesi Selatan.

Lokasi kabupaten Enrekang / Endekang


Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto situs kuno di Sulawesi: link


Video sejarah kerajaan-kerajaan di Sulawesi

– Video sejarah kerajaan2 di Sulawesi, 40.000 SM – 2018: link
– Video sejarah kerajaan2 di Sulawesi Selatan, 1M – 2020: link
– Video sejarah kerajaan2 di Sulawesi Tenggara, 50.000 SM – 2020: link
– Video sejarah kerajaan2 di Sulawesi Utara, 4000 SM – sekarang: link


Sejarah Tomanurung

Pada umumnya kerajaan di Sulawesi Selatan mengenal istilah TOMANURUNG dimana pada lontara di Endekan Massenrempulu Tomanurung di Bambapuang yang memerintah dan bersemayam di Puncak gunung Bambapuang dimana pada zaman itu/zaman Prasejarah gunung Bambapuang merupakan gunung yang tertinggi di Sulawesi Selatan.

Di atas puncak gunung Bambapuang oleh Dewata telah menurunkan tiga orang Tomanurung yang diutus ke bumi dan berkembang menjadi keluarga besar.
Ketiga Tomanurung tersebut masing-masing Tomanurung Wellangdilangi, Tomanurung Tamborolangi dan Tomanurung Embongbulan(wanita).
Bahwa umur manusia pada zaman itu rata-rata dapat mencapai sampai seribu tahun, maka ketiga Tomanurung tersebut setelah dewasa mereka mempunyai rencana untuk hidup mandiri.

Pada suatu hari ketiganya meminta kepada Dewata agar mereka dapat meninggalkan puncak gunung Bambapuang dan sekaligus meminta diberi bekal kehidupan di dunia dan oleh Dewata ditetapkan sebagai berikut:

Tomanurung Wellangdilangi tetap tinggal di puncak Bambapuang dan kepadanya diberikan bekal untuk hidup di dunia berupa makanan yang cepat basi(padi). Tomanurung Wellangdilangi kawin dengan Maccirangka dan keluarga inilah yang turun temurun dan merupakan turunan keluarga raja-raja dari Bugis Makassar dan Mandar.

Tomanurung Tamborolangi diberi kesempatan boleh meninggalkan puncak gunung Bambapuang dan memilih menuju ke negeri Matarikkallo/Tana Toraja disana kawin dengan Sondabilik yang telah menjadi turunan raja-raja di Matarikkallo/Tana Toraja/Puang Makale.

Tomanurung Embongbulan/wanita diberi kesempatan meninggalkan puncak gunung Bambapuang dan memilih menyeberangi lautan dan menuju Kaluppini disana kawin dengan Palippada dan inilah menjadi turunan-turunan Sawerigading dan raja-raja di Luwu(Palopo). Dijelaskan bahwa pada zaman tersebut di kaki gunung Bambapuang/Kampung Mendatte adalah masih merupakan pantai yang berseberangan dengan Kaluppini. Mengingat Tomanurung Embong Bulan seorang putri maka oleh Dewata diberi bekal makanan yang tidak dapat basi(Tabaro) yang terdapat di Luwu dan diberi pula bekal untuk pembelaan diri sebagai ahli ilmu sihir.

Hubungan keluarga Endekan Bambapuang dengan keluarga Matarikkallo / Tana Toraja

Keluarga Tomanurung Wellangdilangi dari generasi ke generasi berkembang terus dan melalui proses alamiah air laut yang tadinya di kampung Mendatte menjadi surut dan timbullah kota Endekan, Rappang, Parepare, dan kota lainnya di Sulawesi Selatan maka lahirlah seorang di Endekan di kampung Lekkong dengan nama Puang Tomaraju anak puang kota gelar La tanro Puang Butu.

Demikian pula keluarga Tomanurung Tamboralangi di negeri Matarikkallo/Tana Toraja berkembang terus dari generasi ke generasi sehingga pada suatu saat lahirlah seorang putri dari turunan Puang Makale/Sangngalla yang bernama Puang Landorundun yang cantik.

Pada suatu hari putri Puang Landorundun mandi di sungai Sa’dang dan sesudah mandi rambutnya dimasukkan dalam kendi terbuat dari buah bila dan dialirkan melalui sungai Saddang, sungai ini mempunyai pertemuan dengan sunga Mataallo di Endekan dan oleh Puang Tomaraju di Endekan pada suatu waktu sempat mengambil kendi tersebut dan didapatkan berisi rambut yang panjangnya 7 depa 7 hasta dan 7 jengkal.

Setelah itu Puang Tomaraju Puang Endekan ke I dari Endekan segera menelusuri sungai Saddang sampai ke negeri Matarikkallo/Tana Toraja dan sempat bertemu dengan Putri Puang Landorundun akhirnya keduanya dapat hidup berkeluarga dimana pada akhirnya mereka berdua meninggal dan dikebumikan di Endekan. Dari perkawinan Puang Tomaraju dengan Puang Landorundun maka mendekatlah kembali hubungan kekeluargaan Endekan Bambapuang/Wellangdilangi dengan keluarga Tamborolangi/Puang Makale di negeri Matarikkallo/Tana Toraja.

Hubungan keluarga Endekan Bambapuang dengan raja-raja Bone dan Gowa

Pada waktu bapak Andi Pangerang Pettarani  menjadi gubernur Sulawesi Selatan maka oleh keluarga Puang Makale/Bapak Ir. Puang Tandilangi  berkeinginan untuk menjalin hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja Gowa. Pada waktu itu diadakan lamaran oleh keluarga Puang Makale dari Matarikkallo/Tana Toraja tetapi pinangan mereka sementara ditolak karena belum jelas antara keluarga Gowa dengan keluarga Puang Makale.
Karena penolakan tersebut maka oleh Puang Makale menghubungi La Sellang Puang Tobalu anak La Tanro Puang Buttu di kampung Lura Bambapuang merupakan keluarga terdekat dari Puang Makale Matarikkallo/Tana Toraja. Olehnya itu maka diutuslah La Sellang Puang Tobalu bersama la Tangsa bekas Sulawetang Endekan Ro-E Puang Papi melakukan pelamaran kepada Bapak Andi Pangerang Pettarani yang dihadiri juga Bapak Karaengijo Andi La Loang raja Gowa.

Dalam pertemuan tersebut La Sellang Puang Tobalu menjelaskan bahwa keluarga Puang Makale masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja Gowa dan Bone dari nenek moyang mereka dari Bambapuang ialah turunan Tomanurung Wellangdilangi dan turunan Tomanurung Tamborolangi dijelaskan pula oleh La Sellang Puang Tobalu dalam bahasa Bugis sebagai berikut:

Degaga Gowa nakko degaga Bone nadetto gaga Bone narekko Luwu nadetto gaga Luwu narekko degaga Matarikkallo/Toraja nadetto gaga Matarikkallo/Toraja narekko degaga Endekan Bambapuang.

Artinya dalam bahasa Indonesia:

Tidak ada kerajaan Gowa kalau tidak ada kerajaan Bone dan tidak ada kerajaan Bone kalau tidak ada kerajaan Luwu serta tidak ada kerajaan Luwu kalau tidak ada kerajaan Matarikkallo/Tana Toraja tidak ada kerajaan Matarikkallo/Tana Toraja kalau tidak ada kerajaan Endekan di Bambapuang.
Ini berarti bahwa semua kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan masih mempunyai hubungan keluarga dengan keluarga kerajaan di Bambapuang.
Dengan adanya penjelasan tersebut maka oleh keluarga raja Gowa yang diwakili oleh Andi Pangerang Pettarani langsung menyatakan bahwa lamaran keluarga dari Matarikkallo/keluarga Puang Makale Bapak Puang Tandilangi dapat diteima dan perkawinan berlangsung atas dasar kekeluargaan kedua belah pihak.

Menurut Prof. Dr. Andi Zainal Abidin kerajaan tertua di Sulawesi Selatan terdapat di Bambapuang yang merupakan asal turunan raja-raja di Sulawesi Selatan.

Demikian sekilas sejarah Bambapuang yang dapat disampaikan pada malam SURUGANNA BAMBAPUANG pada acara di Taman Mini Indonesia Indah tanggal 15 April 1995.


Sumber

– Sejarah Tomanurung: http://filesejarah.blogspot.com/2015/07/sejarah-kerajaan-bambapuang-kerajaan.html
– Sejarah Tomanurung: http://gudang-misteri.blogspot.com/2013/07/legenda-tomanurung.html
– Tomanurung Tanah Luwu: https://izakiimuh.wordpress.com/2012/07/08/tomanurung-tana-luwu/


Blog at WordPress.com.