Kisah Mokole Kabaena XII

Sumber: Van Day Tonga Lere: https://www.facebook.com/van.day.tongalere

———————

Kisah Akhir Mokole Kabaena XII (Mokanda Haji Djamaluddin i Mbuentama Motu’a).

Kawan, telah kukisahkan padamu bagaimana gebrakan visioner dan reformis yang dijalankan oleh Mbuentama Motu’a sehingga oleh Ratu Wilhelmina menganugerahkan tanda jasa pada beliau.
Tahukah kamu kawan, Prestasi fenomenal beliau:
1. Menyusun sistem adm pemerintahan Kamokole’a sesuai dgn adm sistem pemerintahan belanda, sistem pembukuan dan laporan pertanggungjawaban setiap tahun pada kontroleur.
2.Dalam bidang pajak, beliau langsung membayarkan pajak seluruh masyarakat pulau kabaena/tahun, nanti rakyat yg bayar pajak ke beliau jika mampu.
3. Pembangunan jalan sepulau Kάβάέňã sebagaimana yg kita nikmati hari ini
4. Memajukan sistem pendidikan, antara lain Haji Abdurrahim Mbue Ntama day Raha (anak kandungnya) disekolahkan di Makassar, kemudian kembali ke Kάβάέňã dan menjadi juru tulis ayahx, dan Mokole day dama,,, sebelum beliau dinobatkan jadi mokole, tanpa ragu beliau menyekolahkan anak kandungnya juga Haji Dullah utk menjadi guru pada sekolah formal, mengirim Culuri utk di didik jadi ulama di Mekkah, mendirikan sekolah2 modern dan bantuan bea siswa pedidikan bagi masyarakat Kάβάέňã yg KURANG MAMPU
5. Tingkat keamanan pulau Kάβάέňã kondusif selama masa pemerintahannya tdk terjadi pencurian karena rakyat MAKMUR SEJAHTERA DAN SENTOSA.
Pada tahun 1929 sebelum beliau turun takhta, bersama 40 orang warga Pulau Kabaena, beliau menunaikan ibadah haji ke Mekah dan menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Haji Muhammad Said gelar Sulewatang sebagai pejabat Mokole sampai tahun 1931 setelah beliau kembali dari menunaikan rukun islam ke lima.
Tahun 1932 beliau turun takhta, sebagaimana lazimnya tradisi penggantian Mokole yg dilakukan secara sistem pemilihan terhadap para anakia (bangsawan) yang di anggap cakap dan berhak atas takhta dan mahkota, maka oleh dewan Syara Da Motu’a telah menjaring para calon Mokole dan muncul 2 figur kuat untuk menggantikan i Mbuentama Motu’a yakni Haji Muhammad Said yang notabene adalah anak mantu beliau dan Haji Muhammad Alie yang notabene adalah adik beliau pula. Pemilihan Mokole dilaksanakan di Baruga Dongkala dan yang terpilih adalah Haji Muhammad Alie.
Namun kawan i Mbuentama Motu’a di akhir hayatnya tahun 1959 sungguh menyedihkan karena mendapat perlakuan yang tidak wajar dari aparat keamanan yg bertugas menjaga keamanan dari gangguan DI/TII, beberapa kali pihak aparat bertandang ke istana beliau di olondoro dan mengambil dengan paksa beberapa barang berharga milik beliau dengan intimidasi yang sangat menyakitkan hati dan nurani penduduk pulau Kabaena.
Salah satu cara i Mbuentama Motu’a menyelamatkan pusaka-pusaka itu adalah menanamnya di belakang istananya.
Sungguh kawan, seorang Raja yg predikat YARONA diakhir hidupnya di alam kemerdekaan tidak menikmati isi kemerdekaan itu sendiri.
Akhirnya Doa-doa panjang untuk beliau almarhum Yarona Mokanda haji Djamaluddin gelar i Mbuentama Motu’a kita panjatkan kehadirat ilahi Rob, semoga mendapat tempat yang layak disisi-Nya.


Di tengah: Mokole Kabaena XII


Create a free website or blog at WordPress.com.