Kerajaan Peurelak atau Perlak: 840- 1292. Kerajaan ini adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292.
Saat kesultanan Aceh kerajaan itu merupakan vasal atau bawahan sultan Aceh dan dipimpin oleh raja yang bergelar Uleebalang.
Setelah berakhirnya Perang Aceh, tahun 1914, Peureulak masuk Onderafdeling Langsa, sebagai “swapraja”.
Kingdom of Peurelak or Perlak: 840 – 1292.
This kingdom was an Islamic kingdom that existed between 840 and 1292.
During the Aceh sultanate, the kingdom was a vassal or subordinate to the sultan of Aceh and was led by a king who had the title Uleebalang.
After the end of the Aceh War, in 1914, Peureulak entered Onderafdeling Langsa, as “self-government”.
For english, click here
Garis kerajaan-kerajaan di Sumatera: link
Foto kesultanan Aceh
* Foto kesultanan Aceh Darussalem: link
* Foto raja-raja kerajaan kecil di Aceh: link
* Foto Aceh dulu: link
* Foto perang Aceh-belanda (1873-1903): link
Foto kerajaan-kerajaan di Sumatera
* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sumatera: link
* Foto sultan dan raja di Sumatera dulu: link
* Foto Istana kerajaan di Sumatera: link
KERAJAAN PEUREULAK
Tentang raja sekarang
Tidak ada info tentang pewaris kerajaan Peureulak.
Sejarah kerajaan Peureulak, 840- 1292
Kesultanan Peureulak atau kesultanan Perlak adalah kerajaan Islam yang berdiri antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292. Peureulak atau Perlak terkenal sebagai suatu daerah penghasil kayu perlak, jenis kayu yang sangat bagus untuk pembuatan kapal, dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama “Negeri Perlak”.
Perkembangan dan pergolakan
Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran Syiah dan merupakan keturunan Arab dengan perempuan setempat, yang mendirikan kesultanan Perlak pada 1 Muharram 840 M. Ia mengubah nama ibu kota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.
Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 913 M, terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan.
Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 915 M, Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
Pada tahun 956 M, setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
* Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988).
* Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.
Serangan Sriwijaya
Pada tahun 986 M, kerajaan Sriwijaya (kerajaan bercorak Buddha) menyerang kesultanan Peureulak Pesisir. Peperangan hebat pun pecah yang melibatkan pasukan kedua kerajaan tersebut. Dalam perang ini, Sultan Peureulak Pesisir, yaitu Sultan Alaiddin Syad Maulana Mahmud Syah gugur dalam peperangan.
Pascagugurnya Sultan Peureulak Pesisir, wilayah kesultanan Perlak secara keseluruhan akhirnya dikuasai oleh Sultan Peureulak Pedalaman yang beraliran Sunni. Kehadiran pasukan Sriwijaya di wilayah Peureulak, segera direspon oleh Sultan Malik Ibrahim Syah dengan mengobarkan semangat rakyat Peureulak untuk melawan Sriwijaya.
Pertempuran besar pun terjadi selama bertahun-tahun. Perang antara kedua kerajaan itu baru berakhir pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya memutuskan mundur dari pertempuran untuk bersiap menghadapi serangan raja Dharmawangsa dari kerajaan Medang di Jawa.
Dengan berakhirnya perang antara kesultanan Peureulak dan kerajaan Sriwijaya, wilayah Peureulak secara keseluruhan dipimpin oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah yang berasal dari golongan Sunni. Pada masa ini kondisi kesultanan Perlak relatif damai, tanpa adanya peperangan melawan kerajaan luar.
Penyatuan dengan Samudera Pasai
Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (memerintah 1230 – 1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
* Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan raja kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara).
* Putri Ganggang, dikawinkan dengan raja kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-Saleh.
Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al Malik Al-Saleh.
Mata uang kerajaan Peureulak
Daftar Raja
Sultan-sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti: dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat. Berikut daftar sultan yang pernah memerintah Perlak.
Dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah
* 840-864: Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah
* 864-888: Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah
* 888-913: Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah
* 915-918: Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah
Dinasti Johan Berdaulat
* 928-932: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat
* 932-956: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan
* 956-983: Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan
* 986-1023: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan
* 1023-1059: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan
.
* 1059-1078: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan
* 1078-1109: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan
* 1109-1135: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan
* 1135-1160: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan
* 1160-1173: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan
* 1173-1200: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan
* 1200-1230: Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan
* 1230-1267: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
* 1267-1292: Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan
– Sumber Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Peureulak#Daftar_Sultan_Perlak
Makam raja Peureulak
KERAJAAN-KERAJAAN KECIL DI BAWAH KESULTANAN ACEH
– Untuk sistem pemerintahan Uleebalang dll. lengkap: klik di sini
Kesultanan Aceh Darussalam dipimpin oleh sultan bergelar Sultan Imam Adil.
Bentuk pemerintahan kesultanan Aceh adalah federasi. Disebut federasi karena kesultanan Aceh menganut prinsip desentralisasi dengan memberikan otonomi yang tinggi bagi daerah bawahannya yaitu nanggroe dan mukim, apalagi untuk daerah taklukan.
Peta kerajaan kecil di Aceh 1917
Sumber kerajaan Peureulak
– Sejarah kerajaan Peureulak: https://harunjaya33.wordpress.com/2012/04/20/aceh-sebelum-darussalam/
– Sejarah kerajaan Peureulak: https://id.wikipedia.org/wiki/
– Sejarah kerajaan Peureulak: https://www.cnnindonesia.com/
– Sejarah kerajaan Peureulak: https://www.kompas.com/stori
– Daftar Raja: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Peureulak#Daftar_Sultan_Perlak
Sumber struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan di bawah kesultanan Aceh
– Struktur pemerintahan kesultanan Aceh: http://helmiyymailcom.blogspot.co.id
– Struktur pemerintahan kesultanan Aceh: http://syahrureza.blogspot.com/
– Kesultanan Aceh, Ulèëbalang dan pembagian wilayah: https://id.wikipedia.org/
– Struktur pemerintahan kesultanan Aceh: https://www.facebook.com/
– Uleebalang, raja kecil dalam kesultanan Aceh: https://id.wikipedia.org/
– Sistem pemerintahan kesultanan Aceh lokal: https://id.wikipedia.org/wiki/
Kesultanan Aceh: klik di sini
Peta Aceh dulu
Peta Aceh tahun 1646. Achem, from ‘Livro do Estado da India Oriental’, an account of Portuguese settlements in the East Indies, by Pedro Barreto de Resende
Peta Aceh 1873.
Sorry,in Aceh area only the sultan has title as sultan,rest are raja’s ,or keujreuen,etc.