Keo, kerajaan / P. Flores – prov. Nusa Tenggara Timur

Kerajaan Keo terletak di pulau Flores. Kab. Nagekeo, prov. Nusa Tenggara Timur.
Kerajaan Keo didirikan sebagai kerajaan semi-independen (“Zelfbesturende Landschap”), oleh pemerintah Belanda. Keputusan 28 nov. 1917, no 57 Korte Verklaring dan 3 Agustus. 1918, No.5477 / 15.
Kerajaan Keo dan kerajaan Nage disatukan pada tahun 1919 sebagai kerajaan Nagekeo.

The kingdom of Keo was located on Flores. District of Nagekeo.
The kingdom of Keo was founded as semi-independent kingdom (“Zelfbesturende Landschap”), by the dutch government. Desicion of 28 nov. 1917, no 57 Korte Verklaring and 3 aug. 1918, No.5477/15.
The kingdoms of Keo and Nage were united in 1919 as the kingdom of Nagekeo.
– Source:
link

Lokasi pulau Flores


———————
Kerajaan-kerajaan di Flores abad ke-17/18, incl. Keo


Foto kerajaan-kerajaan di P. Flores

* Foto raja-raja yang ada sekarang di Flores: link
* Foto raja-raja yang dulu ada di Flores: link

* Foto pulau Flores dulu: link
* Foto situs kuno di pulau Flores: link
* Foto wilayah Manggarai: link


KERAJAAN KEO

Sejarah kerajaan Keo

Umum

Kerajaan Keo dibentuk sebagai  “Zelfbesturende Landschap” tahun 1917; dengan keputusan pemerintah, 28 November 1917 No.57, Korte Verklaring yang sah diabaikan; Baru dengan keputusan 3 Augustus 1918 No.5477/15 Korte Verklaring berlaku.
Radja (bestuurder): Meowa Tonga.
Kerajaan Nagekeo  dibentuk tahun 1919 oleh penggabungan kerajaan Nageh dan Keo.

Sejarah

Hermanus Ngebu (71), salah satu tokoh masyarakat Nagekeo yang ditemui FloresStar di rumahnya di Mbay, (2010) mengatakan, wilayah Kerajaan Nage tempo dulu berada di Boawae, ke arah utara sampai di Mbay. Sedangkan Kerajaan Keo, berada di bagian selatan Boawae, dari Maukeli, Mauponggo sampai Nangaroro.

Hermanus menuturkan, sekitar tahun 1916 sampai 1917, Kerajaan Nage perang melawan Belanda, kecuali yang berada di daerah Boawae tidak ikut melawan Belanda saat itu. Tidak lama berselang, Kerajaan Keo juga melawan Belanda. Tetapi, tidak tahu persis tahun berapa. Saat melawan Belanda, Kerajaan Nage dipimpin oleh tiga orang, yakni Nipa Do, Rae Sape, dan Muka Teang.

Kiri: Raja dari Riung; Kanan: raja dari Keo; kiri dari raja Keo: raja dari KangaE. Sumber foto: donald tick, FB

Sedangkan Kerajaan Keo salah satu pemimpinnya adalah Baje Nage. Pusat perang melawan Belanda oleh Kerajaan Nage di daerah Kota Keo dan Lejo. Raja pertama Keo bernama Muwa.
Dalam perjalanannya, kedua kerajaan ini sepakat menjadi satu kerajaan (1919), yang diberi nama Kerajaan Nagekeo. Pusat kerajaan terletak di Boawae. Raja  pertama Nagekeo bernama Roga Ngole. Setelah itu dia diganti oleh putra kandungnya Yosep Juwa Dobe Ngole, yang memimpin Kerajaan Nagekeo sampai tahun 1959.

Kerajaan Nage terdapat banyak pohon asam. Saat itu buah dan daun asam menjadi bahan makanan ternak, seperti kerbau, kuda, kambing dan domba. Jenis ternak tersebut banyak dipelihara oleh warga Kerajaan Nage.

Sedangkan di Kerajaan Keo, sangat cocok tanaman pertanian. Sehingga jagung dan padi banyak terdapat di sana. “Ketika itu warga kedua kerajaan saling menukar kebutuhan atau barter. Mereka saling menukar hewan peliharaan dengan jagung atau padi, sehingga hubungan kekerabatannya sangat akrab dan harmonis,” tutur Yakobus.

Piet Bari, tokoh masyarakat yang juga  ditemui FloresStar  mengatakan, keharmonisan pada zaman kedua kerajaan itu  dipengaruhi oleh kawin mawin antara warga dua kerajaan. “Saat itu warga dua kerajaan ada hubungan kekeluargaan karena kawin mawin, sehingga tidak pernah terjadi baku perang antara warga kedua kerajaan itu,” kata Piet.
Keharmonisan kedua kerajaan tersebut harus menjadi teladan bagi generasi di Nagekeo saat ini.

Kerajaan-kerajaan di P. Flores, 1315 M

Flores - NTT, 1300 M


Nage – Keo: dari dua menjadi satu

Sumber: https://kupang.tribunnews.com/

Awalnya adalah dua kerajaan, kerajaan Nage dan kerajaan Keo, yang hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Nage dan Keo adalah dua kerajaan yang memiliki rajanya tersendiri. Dan, secara sendiri pula melawan penjajahan Belanda sebelum Indonesia merdeka.

Hermanus Ngebu (71), salah satu tokoh masyarakat Nagekeo yang ditemui FloresStar di rumahnya di Mbay, (24/4/2010) mengatakan, wilayah kerajaan Nage tempo dulu berada di Boawae, ke arah utara sampai di Mbay. Sedangkan kerajaan Keo, berada di bagian selatan Boawae, dari Maukeli, Mauponggo sampai Nangaroro.

Hermanus menuturkan, sekitar tahun 1916 sampai 1917, kerajaan Nage perang melawan Belanda, kecuali yang berada di daerah Boawae tidak ikut melawan Belanda saat itu. Tidak lama berselang, kerajaan Keo juga melawan Belanda. Tetapi, tidak tahu persis tahun berapa. Saat melawan Belanda, kerajaan Nage dipimpin oleh tiga orang, yakni Nipa Do, Rae Sape, dan Muka Teang.
Sedangkan kerajaan Keo salah satu pemimpinnya adalah Baje Nage. Pusat perang melawan Belanda oleh kerajaan Nage di daerah Kota Keo dan Lejo. Raja pertama Keo bernama Muwa. Dalam perjalanannya, kedua kerajaan ini sepakat menjadi satu kerajaan, yang diberi nama kerajaan Nagekeo. Pusat kerajaan terletak di Boawae.

Raja pertama Nagekeo bernama Roga Ngole. Setelah itu dia diganti oleh putra kandungnya Yosep Juwa Dobe Ngole, yang memimpin kerajaan Nagekeo sampai tahun 1959. Pada tahun itu sudah ada keputusan dari pemerintah pusat tentang pembagian daerah administrasi negara. Setelah diambil alih oleh pemerintah, nama Nagekeo nyaris hilang. Namun, nama tersebut akhirnya dikenal kembali menjadi nama kabupaten yang saat ini ibu kotanya di Mbay.

Tokoh masyarakat Nagekeo lainnya, Yakobus Koru (76), mengatakan, dari arti kata, Nagekeo memiliki arti tersendiri. Nage artinya asam, dan Keo artinya jagung. Dia mengisahkan, pada masa kedua kerajaan tersebut, di kerajaan Nage terdapat banyak pohon asam. Saat itu buah dan daun asam menjadi bahan makanan ternak, seperti kerbau, kuda, kambing dan domba. Jenis ternak tersebut banyak dipelihara oleh warga kerajaan Nage.

Sedangkan di kerajaan Keo, sangat cocok tanaman pertanian. Sehingga jagung dan padi banyak terdapat di sana. “Ketika itu warga kedua kerajaan saling menukar kebutuhan atau barter. Mereka saling menukar hewan peliharaan dengan jagung atau padi, sehingga hubungan kekerabatannya sangat akrab dan harmonis,” tutur Yakobus.

Piet Bari, tokoh masyarakat yang juga  ditemui FloresStar mengatakan, keharmonisan pada zaman kedua kerajaan itu dipengaruhi oleh kawin mawin antara warga dua kerajaan. “Saat itu warga dua kerajaan ada hubungan kekeluargaan karena kawin mawin, sehingga tidak pernah terjadi baku perang antara warga kedua kerajaan itu,” kata Piet.

“Keharmonisan antara kerajaan Nage dan Keo sampai sepakat menjadi satu kerajaan Nagekeo, sekitar tahun 1924 sampai 1925 silam. Patut diteladani oleh generasi baru saat ini. Yang mudah harus menghormati yang tua, begitu sebaliknya”.


DAFTAR KERAJAAN-KERAJAAN DI P. FLORES DAN SEJARAH P. FLORES

Untuk daftar kerajaan-kerajaan di P. Flores dan sejaah P. Flores, klik di sini

Kerajaan-kerajaan di P. Flores, 1920 M

Flores - NTT, 1920 M


Peta kuno pulau Flores

Klik di sini untuk peta kuno pulau Flores, 1493, 1653, abad ke-17, 1725, 1756, 1700-an.

Flores, tahun 1653


Sumber kerajaan Keo

– Sejarah kerajaan Keo / Nage:  http://kupang.tribunnews.com/
Sejarah Kabupaten Nagekeo: Wiki

Sumber sejarah pulau Flores

– Sejarah P. Flores: https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores
– Sejarah P. Flores: https://www.tourfloreskomodo.com/
– Sejarah P. Flores: http://sastra-indonesia.com/
– Sejarah Flores memeluk Katolik: https://m.tempo.co/read/
– Sejarah P. Flores: http://pulau-flores.blogspot.com/

Leave a comment

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.