Yogyakarta, kesultanan / Jawa – D. I. Yogyakarta

꧋ꦤꦒꦫꦶꦏꦱꦸꦭ꧀ꦠꦤ꧀ꦤꦤ꧀ꦔꦪꦺꦴꦓꦾꦑꦂꦡꦲꦢꦶꦟꦶꦁꦫꦡ꧀

.

Yogyakarta, Jawa - Kesultanan Yogyakarta. Lambang Keraton kesultanan Yogyakarta


Kesultanan Yogyakarta atau Nagari Kasultanan Ngayogyakarta
dibentuk 1755 dan berdiri sampai sekarang. Terletak di Jawa tengah, sekarang Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

The Sultanate of Yogyakarta was founded in 1755 and still exists. Located on central Jawa.
For english, klik here

Lokasi Yogyakarta


Foto kesultanan Yogyakarta

* Foto kesultanan Yogyakarta: link
*
Foto Keraton (Istana) Yogyakarta: link
* Video Jumenengan (installation) Sultan Hamengku Buwono X, 1989: link
* Foto foto pemakaman di Kota Gede: link
*
Foto foto pemakaman di Imogiri: link


Garis kerajaan-kerajaan di Jawa: link


Foto sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Foto sultan dan raja, yang masih ada di Jawa: link
* Foto keraton di Jawa, yang masih ada: link
* Foto Batavia (Jakarta) masa dulu: link
* Foto Jawa masa dulu: link
* Penyerbuan Batavia oleh Sultan Agung, 1628/1628: link
* Foto perang Diponegoro, 1825: link
* Foto situs kuno di Jawa: link


Video sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Untuk video-video sejarah Jawa, klik di sini


KESULTANAN YOGYAKARTA

1 Tentang Sultan sekarang
2 Sejarah kesultanan Yogyakarta
3 Perjanjian Giyanti (1755)
4 Daftar Sultan
5 Tata pemerintahan kesultanan
6 Sejarah keraton-keraton kesultanan Mataram
7 Keraton Yogyakarta
8 Taman Sari / Waterpalace
9 Kota Gede: Makam raja Kerajaan Islam Mataram
10 Imogiri: Makam Sultan Jawa tengah sampai sekarang
11 Sumber


1) Tentang Sultan

Present Sultan (2020):  Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Sultan bergelar: Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono ingkang Jumeneng Kasepuluh Suryaning Mataram Senopati-ing-Ngalaga Langgeng ing Bawana, Langgeng, Langgeng ing Tata Panatagama.
Penobatan Hamengkubuwono X sebagai raja dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 1989.


2) Sejarah kesultanan Yogyakarta

Garis sejarah

* 1755: Perjanjian Giyanti. Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua yaitu kesultanan Ngayogyakarta dan kesultanan Kasuhunan Surakarta.
* 1757: Perjanjian Salatiga: kesultanan Mataram dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
* 1813: Kesultanan Yogyakarta dipecah lagi menjadi dua yaitu kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
* Jadi, sejak 1813 ada 2 Kesultanan dan 2 Kadipaten di Jawa Tengah dan masih ada sampai sekarang:
– Kesultanan Yogyakarta,
– Kesultanan Surakarta,
– Kadipaten Mangkunegaran,
– Kadipaten Paku Alaman.

Kesultanan Yogyakarta, Kesultanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Kadipaten Paku Alaman (= merah). 1872

Vorstenlanden

Sejarah kesultanan Yogyakarta

Setelah Sultan Agung I (memerintah 1613 hingga 1645), kekuasaan dan pamor Kesultanan Mataram merosot akibat perebutan kekuasaan dan konflik suksesi dalam keluarga kerajaan. Kursi Mataram di Plered dekat Kotagede runtuh setelah pemberontakan Trunojoyo pada tahun 1677.

Sunan Amral (Amangkurat II) merelokasi istana ke Kartasura. Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono II, pada tahun 1742 Raden Mas Garendi (Sunan Kuning) melancarkan pemberontakan melawan mahkota dan juga VOC. Raden Mas Garendi adalah putra Pangeran Teposono dan juga cucu Amangkurat II. Pemberontak berhasil menguasai ibukota Kartasura dan menggulingkan Pakubuwono II yang melarikan diri dan mengungsi ke Ponorogo.

Dengan bantuan Adipati Cakraningrat IV penguasa Madura bagian barat, Pakubuwono II merebut kembali ibu kota dan menumpas pemberontakan. Namun istana Kartasura hancur dan dianggap tidak menguntungkan karena terjadi pertumpahan darah di sana.

Pakubuwono II memutuskan untuk membangun istana dan ibu kota baru di desa Sala (Solo). Perpindahan ibu kota ke desa Sala diperingati dalam chandrasengkala (kronogram) “Kombuling Pudya Kepyarsihing Nata” yang bertepatan dengan Rabu 12 Sura 1670 tahun Jawa (17 Februari 1745).

Gejolak politik diselesaikan pada masa Sunan Pakubuwana III, setelah kesultanan Mataram terpecah menjadi dua. Pada 13 februari 1755 wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu kesultanan Ngayogyakarta dan kesultanan Kasuhunan Surakarta, pembagian wilayah ini diatur dalam Perjanjian Giyanti (1755). Kemudian pada tahun 1757 dengan campur tangan Belanda dan berdasarkan perjanjian Salatiga (1757), kesultanan Mataram dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu kesultanan Yogyakarta, kasuhunan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
Dan pada tahun 1813 kesultanan Yogyakarta dipecah lagi menjadi dua yaitu kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Sebagai konsekuensi dari bentuk negara kesatuan yang dipilih oleh Republik Indonesia sebagai negara induk, maka pada tahun 1950 status negara dependen Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (bersama-sama dengan Kadipaten Pakualaman) diturunkan menjadi daerah istimewa setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumber Wiki: link

– Video sejarah kesultanan Mataram 1576-2020: link

Jawa tahun 1700, kesultanan Mataram

—————————

Jawa tahun 1757 setelah Perjanjian Giyanti: Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran

—————————

Jawa tahun 1830: Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran dan Paku Alaman


3) Perjanjiaan Giyanti (1755)

Perjanjian Giyanti adalah kesepakatan antara VOC, pihak Mataram (diwakili oleh Sunan Pakubuwana III), dan kelompok Pangeran Mangkubumi. Kelompok Pangeran Sambernyawa tidak dilibatkan dalam perjanjian ini.

Perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 ini secara de facto dan de jure menandai berakhirnya Kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Nama Giyanti diambil dari lokasi penandatanganan perjanjian ini, yaitu di Desa Giyanti (ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi di Dukuh Kerten, Desa Jantiharjo), di tenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah.

Berdasarkan perjanjian ini, wilayah Mataram dibagi dua: wilayah di sebelah timur Kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta. Di dalamnya juga terdapat klausul, bahwa pihak VOC dapat menentukan siapa yang menguasai kedua wilayah itu jika diperlukan.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti

Naskah Perjanjian Giyanti 1755


4) Daftar Sultan

– Sumber / Source:  Wiki

Click to enlarge

Click to enlarge


5) Tata pemerintahan kesultanan

Untuk tata pemerintahan kesultanan: klik


6) Sejarah keraton-keraton dari kesultanan Mataram sampai sekarang

Kesultanan Mataram berdiri 1586 – 1755.

Ibu kota dan keraton kesultanan Mataram berpindah beberapa kali:
* 1587–1613: Keraton Kotagede.
Keraton ini merupakan kediaman raja sekaligus pusat wilayah kesultanan Mataram sekitar tahun 1588-1613 pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, yang kemudian dikenal sebagai raja pertama dari kesultanan Mataram.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1613-1645: Keraton Karta.
Keraton Karta didirikan oleh Sultan Agung pada tahun 1613, kemudian pada 1618 baru digunakan hingga 1645.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1646-1680: Keraton Plered.
Keraton ini dibangun raja Amangkurat I dari Mataram. Amangkurat pindah dari kraton lama di Karta. Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666.
Kraton Plered ditinggalkan tahun 1680 oleh putera Amangkurat I, Amangkurat II, yang pindah ke Kartasura.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1680-1755: Keraton Kartasura.
Keraton di Kartasura dibangun oleh Sunan Amangkurat II atau Sunan Amangkurat Amral (1677-1703) dengan suatu pertimbangan bahwa Keraton Mataram Pleret sudah pernah diduduki musuh (Trunajaya).
– Untuk lengkap dan foto: link

1755: Perjanjian Giyanti: kesultanan Mataram dibagi dua.

Wilayah kesultanan Mataram dibagi dua melalui Perjanjian Giyanti tahun 1755:
– Kesultanan Surakarta.
Wilayah di sebelah timur Kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram, Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Keraton Surakarta,
– Kesultanan Yogyakarta.
Wilayah di sebelah diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Keraton Yogyakarta.

Keraton kesultanan Surakarta: link
Keraton kesultanan Yogyakarta: link


7) Keraton Yogyakarta

1) Keraton Ambarketawang

Menurut sejarah, akibat perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah kerajaan Mataram Islam menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunana Surakarta, dibangunlah Kraton Yogyakarta. Saat proses pembangunan kraton, untuk sementara Sultan Hamengkubuwana I dan keluarganya tinggal di sebelah barat kota Yogyakarta yang dikenal sebagai pesanggrahan Ambarketawang, selama setahun, tepatnya dari 9 oktober 1755 hingga 7 oktober 1756.
– Keraton Ambarketawang: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/java-today/keraton-bekas-kesultanan-yogyakarta-ambarketawang-jawa-tengah-d-i-yogyakarta/

2) Keraton Ngayogyakerto Hadiningrat

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.
– Sumber: Wiki
– Foto Keraton Yogyakarta: klik di sini


8) Taman Sari / Waterpalace – ꦠꦩꦤ꧀ꦱꦫꦶꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦡ

Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dapat dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9.
– Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Sari_Yogyakarta
Foto foto Taman Sari: klik di sini


9) Pemakaman raja kerajaan Islam Mataram di Kota Gede

Makam raja di Yogyakarta tak hanya di Imogiri, kab. Bantul tapi terdapat juga makam raja-raja Mataram Islam di Kotagede, Yogyakarta. Meski tak sebesar kompleks pemakaman di Imogiri, namun Makam Raja Mataram Islam di Kotagede banyak dikunjungi peziarah. Memasuki gerbang kompleks makam ini peziarah akan menemukan bangunan Masjid Gedhe Mataram yang dibangun oleh Raja Mataram keempat Sultan Agung pada tahun 1640. Masjid Gedhe Mataram ini merupakan masjid tertua di Yogyakarta yang dibangun bergotong royong dengan masyarakat sekitar yang umumnya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Di sisi selatan masjid terdapat gerbang masuk ke kompleks makam raja Mataram. Makam raja ini menjadi bukti kerajaan Mataram di Kotagede yang hingga kini lokasi pastinya belum ditemukan.
Di kompleks ini terdapat sejumlah makam raja antara lain:
– pendiri desa Mataram Ki Ageng Pamanahan,
– raja Mataram Islam pertama Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati, – Raja Pajang,
– sultan Hadiwijaya atau terkenal dengan nama Joko Tingkir,
– panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan,
– raja Mataram kedua Panembahan Hanyakrawati.

* Foto foto Pemakaman di Kota Gede: link

Pemakaman Kota Gede

Pemakaman Kota Gede

 


10) Pemakaman sultan kesultanan Mataram di Imogiri

Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri, atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks permakaman yang berlokasi di Desa Girirejo dan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Sewu.
Di sini dimakamkan:
Sultan Agung,
Sri Ratu Batang,
Hamangkurat Amral, dan
Hamangkurat Mas.

Ada wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dan wilayah makam raja Ngayogyakarta Hadiningrat.
Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi empat hastana dan di sini dimakamkan raja-raja dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Wilayah makam raja Ngayogyakarta Hadiningrat dibagi menjadi 3 hastana dan disini dimakamkan raja-raja dari Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

* Lebih lengkap: klik di sini
* Foto foto pemakaman di Imogiri: klik di sini

Pemakaman Imogiri


11) Sumber kesultanan Yogyakarta

– Sejarah kesultanan Yogyakarta di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Ngayogyakarta_Hadiningrat
Sejarah kesultanan Yogyakarta:  http://www.kerajaannusantara.com/
– Sejarah kesultanan Yogyakarta: https://www.gramedia.com/
– Sejarah kesultanan Yogyakarta:
https://www.kompas.com/stori
Daftar Sultan Yogyakarta di Wiki: link
– Silsilah lengkap sultan Yogyakarta: http://www.beritaunik.net/

Tentang keraton Yogyakarta di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Ngayogyakarta_Hadiningrat
– Tentang keraton Yogyakarta:
https://gudeg.net/direktori/
.
Perjanjian Giyanti, 1755: link


Sri Sultan Hamengkubuwono X

Sri Sultan Hamengkubuwono X

z flag

————————————–
Lokasi penandatanganan Perjanjian Giyanti, 1755

————————————

Afbeeldingsresultaat voor ‎keraton yogyakarta


Leave a comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: