Tondong, kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan – kab. Sinjai

Kerajaan Tondong terletak di prov. Sulawesi Selatan, kab. Sinjai.
Kerajaan Lamatti, kerajaan Tondong, dan kerajaan Bulo-Bulo tergabung dalam aliansi, yang disebut Tellu Limpu pada abad ke-16 Masehi.

Lokasi kab. Sinjai


Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto istana kerajaan2 di Sulawesi: link


KERAJAAN TONDONG

Sejarah kerajaan Tondong

Kerajaan Lamatti. kerajaan Tondong, dan kerajaan Bulo-Bulo tergabung dalam aliansi yang disebut Tellu Limpu pada abad ke-16 Masehi.

Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.
Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.


Federasi Pitu Limpu dan Tellu Limpu

Aliansi  Pitu Limpoe dan Tellu Limpoe berdiri abad ke-16 Masehi.

Kabupaten Sinjai mempunyai nilai historis tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Provinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari sebagian kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.

Tellu Limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada tidak jauh pesisir pantai yakni kerajaan yakni:
Tondong,
Bulo-Bulo dan
Lamatti.

Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni:
– Turungen,
Manimpahoi,
– Terasa,
Pao,
– Manipi,
– Suka dan
– Bala Suka.

Karakter dan karakter masyarakat tercermin dari system pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di selang kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan adab Yakni Sipakatau yaitu saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai pemikiran “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna jika khilaf saling mengingatkan.

Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berlanjut pada wilayahnya masing-masing tanpa berada pertentangan dan peperangan yang terjadi di selang mereka.

Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang berada di Kabupaten Sinjai pada masa lalu bertambah jelas dengan dibangunnya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, karena dibangun di Balangnipa yang kini menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena dibangun secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.

Serangan Belanda tahun 1559 – 1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.

Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda bagi mengadu domba menentang keras upaya Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang berada di suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo bagi melakukan peran terhadap kerajaan Gowa. Peristiwa ini terjadi tahun 1639. Hal ini diakibatkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG.


Sumber sejarah wilayah Sinjai / Pitu Limpu dan Tellu Limpu

Sejarah: https://www.sinjaikab.go.id
Sejarah: https://kemenag.sinjaikab.go.id/
Sejarah: https://p2k.unkris.ac.id/ c
– Sejarah: http://yayasanhajiabuukkusu.blogspot.com/


 

Blog at WordPress.com.