Tiro, kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan – kab. Bulukumba

Kerajaan Tiro ada kerajaan di Sulawesi, Kab. Bulukumba, prov. Sulawesi Selatan. Kerajaan ini ada kerajaan Suku Konjo.

The kingdom of Tiro was located on Sulawesi, in the district of Bulukumba, prov. of  south Sulawesi.
For english, click here

Lokasi kab. Bulukumba


Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto istana kerajaan2 di Sulawesi: link


KERAJAAN TIRO

Sejarah kerajaan Tiro

Setelah pengaruh kekuasaan kerajaan Luwu mulai runtuh akibat perang Luwu dengan Gowa-Bone, maka kerajaan Tiro beralih dibawah pengaruh kekuatan kerajaan Gowa. Dan gelar I TOA Samparaja Dg Malaja menjadi Karaeng. (Samparaja Dg Malaja 1470 M – 1510 M).

Sebelum ada sistem pemerintahan dan Tiro belum di kenal sebagai suatu kerajaan, maka daerah ini terbagi dalam beberapa wilayah kecil berbentuk dusun yang di perintah oleh seseorang dengan gelar Barumbung semacam Kepala Suku. Barumbung mempunya otonomi penuh atas wilayahnya masing masing. Tali persaudaraan antara Barumbung amat erat sehingga tidak pernah terjadi pertumpahan darah antara mereka.

Saat Karaeng Tumapa’risi Kallong na bertahta di kerajaan Gowa, Beliau melakukan ekspansi kebeberapa kerajaan. Kerajaan Tiro tidak luput menjadi kerajaan taklukan atau kerajaan palili. Saat itu Tiro di perintah oleh Samparaja Daeng Malaja. Kerajaan Gowa sebagai penguasa merubah gelar dan tatanan pemerintahan di kerajaan Tiro diantaranya: I Toa berubah menjadi Karaeng, memakai gelar Daeng, Barumbung dihapus dan diganti menjadi Lompo atau Gallarrang.

Seiring berjalannya waktu maka pemerintahan di Tiro silih berganti dengan kisahnya masing-masing. Saat Launru Daeng Biasa bertahta di Kerajaan Tiro masuklah Agama Islam yang dibawa oleh Maula Abdul Jawad Khatib Bungsu yang di beri gelar Dato Tiro.

Masuknya agama islam dan menjadi agama wajib untuk semua orang di Kerajaan Tiro, merubah tatanan hidup dan struktur pemerintahan. Kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan syariat Islam di rubah bahkan ada yang dihapuskan/diharamkan diantaranya penyembelihan hewan lainnya harus sesuai dengan ajaran agama Islam, babi dan arak/minuman memabukkan di haramkan, minta hujan di possi tanah diganti dengan shalat minta hujan dan sebagainya.

Dampak dari perang Gowa dan Bone mempunyai dampak langsung dan tidak langsung, dampak tidak langsungnya adalah perubahan tatanan sosial dan pola pikir masyarakat di Sulawesi selatan sedangkan dampak langsungnya adalah berubahnya beberapa tata/struktur pemerintahan di beberapa kerajaan palili seperti kerajaan Tiro.

Setelah perjanjian Bongaya (1667) maka Tiro diserahkan ke kerajaan Bone. Kerajaan Bone menambah struktur pemerintahan baru yaitu sulewatang dan Macoa. Kerajaan Tiro tidak membayar upeti ke kerajaan Bone karena adanya hubungan darah antara Karaeng/Raja yang memerintah saat itu adalah turunan dari Mangkau di kerajaan Bone. (Kakeknya turunan Karaeng Tiro dan neneknya turunan Mangkau di Bone).

Kerajaan Bone tidak lama berkuasa di Tiro lalu di ambil alih oleh Belanda. Saat Tiro masuk kedalam kekuasaan Belanda maka beberapa wilayah dirubah nama pemerintahannya seperti Gallarang Salobundang berubah menjadi Kapala Salobundang, Gallarrang Hila-Hila berubah menjadi Kapala Hila-Hila.
– Sumber: http://tiropattiroang.blogspot.com/2017/03/tirodari-i-toa-hingga-karaeng.html


Raja raja (Karaeng) kerajaan Tiro

1) Raja raja sebelum kedatangan Islam

Setelah Karaeng Tiro Samparaja Dg Malaja meninggal, beliau digantikan oleh:
– “Lolo Hulaeng” anaknya. Kemudian Lolo Hulaeng digantikan oleh anak menantu:
– Samparaja Dg Malaja yang bernama ‘Rangkana Tenaya’, anak Karaeng Kajang Tu Sappaya Lilana suami dari ‘Hulaeng Dg Calla’ anak perempuan Karaeng Tiro Samparaja Dg Malaja. Dan setelah Karaeng Tiro ‘Rangkana Tenaya’ meninggal, beliau diganti oleh:
– ‘Dongko Dg Ngirate’, anak laki-lakinya.
Tetapi tidak lama menjabat sebagai Karaeng Tiro karena ia ke Gowa dan menikah di Gowa dengan seorang Janda dari Karaeng Baroanging di Gowa yang bernama ‘Lomo Dg Tapaja’.
Ia tidak boleh lagi kembali ke Tiro menjadi Karaeng. Ia lalu di gelar Karaeng Sanggaya yang tidak boleh lagi menikah dengan orang lain.
Lalu ia digantikan oleh:
– ‘Tiro Dg Sirikang’ saudaranya. Karaeng Tiro ini tidak lama menjadi Karaeng Tiro karena pergi ke Selayar. Kemudian digantikan oleh anak:
‘Dongko Dg Ngirate’ yang berada di Tiro bernama ‘Tello Dg Manurung’ yang digelar Karaeng Nguhangnga (Uban).
– Lalu beliau digantikan oleh saudaranya yang bernama ‘Ranggaya Dg Ngilalang’. Lalu digantikan oleh:
– ‘Lesso Dg Ngilalang’, menantu Karaeng Tiro ‘Tello Dg Manurung’. Karaeng Tiro ini di gelar ‘Lompo Teke’ yang artinya besar bebannya. Karena semua urusan dikerjakannya sendiri. Setelah meninggal beliau dikuburkan di Mehu, di area kampung Erelebu (Tiro), sehingga beliau di beri gelar ‘Karaeng Tinrowa ri Mehu’. Setelah Karaeng Tiro Lesso Dg Ngilalang meninggal, beliau digantikan oleh:
‘Kambu Dg Paolli’, anak lelaki dari Karaeng Tiro Tello Dg Manurung. Setelah itu, beliau lalu digantikan oleh saudaranya:
– ‘Launru Dg Biasa’ yang digelar Karaeng Ambibia (gemetar).

Inilah beberapa nama yang menjadi Karaeng di Tiro sebelum masuk Islam.

2) Raja raja setelah kedatangan Islam

Setelah kedatangan ulama Islam yang menyiarkan Agama Islam di Tiro, ulama tersebut diberi gelar ‘Dato’ atau Datuk Tiro. Beliaulah Karaeng pertama yang beragama Islam di Tiro sekitar tahun 1605 M (tidak terdapat dalam Lontara di Tiro tentang namanya dan siapa yang menggantikan setelahnya).

– Sumber: http://mudassirsabarrang.blogspot.com/2017/02/bab-iii-kerajaan-tiro-masa.html


Sejarah kerajaan-kerajaan di Bulukumba

Pada awal abad ke-16 adalah awal berkembangnya sebuah kekuatan pada kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Bulukumba baik dari segi ekonomi, pertahanan, serta, dapat mejalankan kekuasaannya dengan begitu baik sebagai penguasa kerajaan. Hanya saja ancaman dan tantangan sering datang dan pergi.
Kerajaan yang ada di kerajaan Tanete Bulukumba adalah Kajang Amma toa. Setelah kerajaan berdiri mulailah aturan Adat di budayakan ini yang terjadi di kerajaan kajang. Dan ada beberapa kerajaan kecil yang ada di Bulukumba perlu kita tahu bahwa sebelum nama bulukumba ada kerajaan kecil ini sudah ada terlebih dahulu, penamaan Bulukumba baru di bentuk setelah adanya pertentangan antara kerajaan Gowa
dan kerajaan Bone.
Beberapa kerajaan kecil ada di Bulukumba yaitu:
* kerajaan Tanete,
* kerajaan (Gantarang) Kindang,
* kerajaan Herlang,
* kerajaan Hero,
* kerajaan Langnge,
* kerajaan Ujung Loe,
* kerajaan Kajang,
* kerajaan Ara Bontohari,
* kerajaan Tiro.

Di abad ke-16-17 di masa itu kerajaan Bone dan kerajaan Gowa bertikai dalam perebutan wilayah kekuasaan yaitu daerah bangkeng buki’, yang berada di wilayah Bulukumba sekarang.
Akhirnya kedua kerajaan ini kembali berdamai serta mendukung para raja yang ada di Bulukumba tetap mempertahankan dan menjaga wilayah kekuasaan mereka.
Karena mereka sudah tau kelicikan Belanda dan para sekutunya, mereka mengadu domba semua raja-raja supaya saling bertikai. Karena Belanda berpikir jika semua kerajaan bersatu maka semakin sulit untuk di kuasai.

Peta Sulawesi selatan (incl. Bulukumba) tahun 1909


Peta-peta Sulawesi masa dulu

Untuk peta peta kuno (1606, 1633, 1683, 1700, 1757, 1872, abad ke-19): klik di sini

Peta Sulawesi dan Maluku, tahun 1683


Sumber / Source

– Sejarah kerajaan Tiro: http://mudassirsabarrang.blogspot.com/2017/02/bab-iii-kerajaan-tiro-masa.html
– Sejarah kerajaan Tiro: http://tiropattiroang.blogspot.com/2017/03/tirodari-i-toa-hingga-karaeng.html

– Sejarah Bulukumba: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba
– Kerajaan di Bulukumba: http://kerajaanbira.blogspot.co.id/2016/05/beberapa-kerajaan-di-bulukumba.html
– Sejarah Bulukumba: http://www.karebaterkini.com/2016/10/sejarah-bulukumba-dari-sejarah-penamaan.html
– Sejarah Bulukumba: http://anha-cess.blogspot.co.id/2008/02/sejarah-bulukumba.html


Leave a comment

Leave a comment

Blog at WordPress.com.