Luwu, kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan – kab. Luwu

Bendera kerajaan Luwu

Bendera kerajaan Luwu

.

Kerajaan Luwu, sudah ada abad 10: Kerajaan ini Suku Bugis, terletak di Sulawesi, Kab. Luwu, prov. Sulawesi Selatan. Pada 1889, Gubernur Hindia Belanda di Makassar menyatakan bahwa masa kejayaan Luwu antara abad ke-10 sampai 14, tetapi tidak ada bukti lebih lanjut.
Raja bergelar Datu.

The Kingdom of Luwu, already existed in the 10th century. It located in the district Luwu. South Sulawesi. It is a kingdom of the Bugis People. In 1889, the Governor of the Dutch East Indies in Makassar stated that Luwu’s heyday was between the 10th and 14th centuries, but there is no further evidence.
The title of the king is Datu.
For english, click here

Lokasi kabupaten Luwu


Kerajaan Luwu

* Foto kerajaan Luwu: link
* Foto Istana kerajaan Luwu: link


Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto istana kerajaan2 di Sulawesi: link


KERAJAAN LUWU

1 Tentang Raja
2 Sejarah kerajaan Luwu
3 Kekuasan kerajaan di wilayah suku-suku To Poso
4 Struktur pemerintahan Kedatuan Luwu
5 Daftar Raja 
6 Skema silsilah para raja di Sulawesi Selatan

7 Istana / Palace
8 Peta-peta Sulawesi masa dulu

9 Sumber / Source


1) Tentang Datu (Raja), 2019

Datu Luwu ke-40 (Raja) 2019: Andi Maradang Mackulau Opu Daeng Bau.
Andi Maradang merupakan putera dari Andi Mackulau Opu Daeng Parebba, anak kandung Andi Djemma dari pernikahan dengan istri pertamanya, Andi Kasirang.
Diangkat sebagai Datu Luwu tahun 2012.

Afbeeldingsresultaat voor Datu Luwu Maradang Mackulau.


2) Sejarah kerajaan Luwu

Awal mula berdirinya kerajaan Luwu

Berbicara tentang kapan berdirinya kerajaan Luwu belum ada sumber yang akurat yang bisa menjelaskan secara pasti tahun di dirikannya kerajaan Luwu tersebut. Kerajaan Luwu baru terunkap secara resmi setelah ditulis oleh Prapanca pada saman Gajah Mada tahun 1364 dalam bukunya Negarakertagama bersamaan dengan kerajaan yang ada di Sulawesi sebagai fase periode kerajaan di Nusantara.
Tetapi jika bersumber dari data ini maka kerajaan Luwu itu berawal dari Simpurusiang padahal dalam sumber I Lagaligo terangkan bahwa pemerintahan Luwu pernah dibawah raja yang bernama Batara Guru dan Batara Lattu. Kerajaan Luwu juga diperkirakan se-zaman dengan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan lain di pulau Jawa.
Dari perkiraan itu sehingga ada yang menduga bahwa kerajaan Luwu sudah ada pada abad ke-10 dan jika menghitung mundur dari masa pemerintahan Simpurusiang (raja Luwu III) yang berkuasa pada tahun 1268 dengan adanya jarak kekosongan pemerintahan selama 300 tahun maka besar kemungkinan masa pemerintahan Batara Lattu berakhir pada tahun 948 M dimana dalam buku Sarita Pawiloy-Ringkasan Sejarah Luwu dikatakan, bahwa Batara Lattu memerintah selama 20 tahun. Dari sumber ini dapat disimpulkan bahwa Batara Guru memerintah pada tahun 900 lebih jika menghitung mundur lagi dimasa pemerintahan Batara Lattu.

Lokasi kerajaan Luwu, 1600 M

Poso, 1600 M

Kerajaan Luwu sejak abad ke-14

Pada abad ke-14 Luwu telah menjadi entitas yang ditakuti di bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara. Penguasa pertama yang diketahui secara nyata adalah Dewaraja (memerintah 1495-1520). Cerita saat ini di Sulawesi Selatan menceritakan serangan agresifnya terhadap kerajaan tetangga, Wajo dan Sidenreng. Kekuasaan Luwu mulai memudar pada abad ke-16 oleh meningkatnya kekuatan kerajaan agraris dari selatan, dan kekalahan militernya ditetapkan dalam Tawarik Bone.

Pada tanggal 4 atau 5 Februari 1605, Datu Luwu, La Patiwareq, Daeng Pareqbung, menjadi penguasa yang pertama dari wilayah Sulawesi bagian selatan yang memeluk Islam, menggunakan gelar Sultan Muhammad Wali Mu’z’hir (atau Muzahir) al-din. Dia dimakamkan di Malangke dan disebut dalam kronik sebagai Matinroe ri Wareq, (“Dia yang tidur di Wareq”), bekas pusat istana Luwu. Guru agamanya, Dato Sulaiman, dikuburkan di dekatnya.
Sekitar tahun 1620, Malangke ditinggalkan dan sebuah ibu kota baru didirikan di sebelah barat, Palopo. Tidak diketahui mengapa wilayah Malangke, yang populasinya mungkin mencapai 15.000 pada abad ke-16, tiba-tiba ditinggalkan: kemungkinan besar termasuk penurunan harga barang besi dan potensi ekonomi perdagangan dengan suku-suku dari dataran tinggi Toraja.

Kerajaan Luwu pada abad ke-19

Pada abad ke-19, Luwu telah menjadi kerajaan kecil. James Brooke, yang di kemudian hari menjadi Rajah Sarawak, menulis pada tahun 1830-an bahwa “Luwu adalah kerajaan Bugis tertua, dan yang paling rusak […] Palopo adalah kota yang menyedihkan, yang terdiri dari sekitar 300 rumah, tersebar dan bobrok […] Sulit dipercaya bahwa Luwu bisa menjadi negara yang kuat, kecuali dalam keadaan peradaban asli yang sangat rendah.”

Kerajaan Luwu pada abad ke-20

Pada tahun 1905 belanda mendarat di Tanah Luwu, namun mendapat perlawanan yang dipimpin Hulubalang Andi Tadda bersama laskarnya di Ponjalae (putra gamaru, 2011). Belanda akhirnya berhasil menduduki pusat Kedatuan Luwu di Palopo. Belanda akhirnya membangun sarana dan prasarana untuk memenuhi keperluan pemerintahan penjajah diseluruh wilayah kerajaan Luwu, mulai dari selatan di Pitumpanua sampai ke utara Poso, dan dari tenggara Kolaka (Mekongga) hingga ke barat Tana Toraja. Sistem pemerintahan Luwu dibagi dalam dua tingat pemerintahan yaitu:

  1. Pemerintahan tingkat tinggi dipegang langung oleh pihak Belanda
  2. Pemerintahan tingkat rendah dipegang oleh pihak Swapraja.

Setelah Belanda menguasai Luwu dan daerah-daerah sekitarnya, maka lama kelamaan kerajaan itu diperkecil wilayah kekuasaannya dengan siasat “Divide at imperal” (moh. Natsir, 1962;5-). Wilayah kerajaan Luwu kemudian dibagi sekehendak dan demi kepentingan Belanda menjadi dua Afdeling dan satu Distrik.

  1. Poso dipisahkan dan dibentuk menjadi satu Afdeling.
  2. Pitumpanua dibentuk Distrik dan dimasukkan dalam wilayah kekuasaan Wajo
  3. Luwu juga di jadikan Afdeling yang berkedudukan di Palopo.

Selanjutnya Afdeling Luwu dibagi menjadi lima Onder Afdeling yaitu

  1. Onder Afdeling Palopo, dengan ibukotanya Palopo
  2. Onder Afdeling Makale dengan ibukotanya Makale
  3. Onder Afdeling Masamba dengan ibukotanya Masamba
  4. Onder Afdeling Malili dengan ibukotanya Malili
  5. Onder Afdeling Mekongga dengan ibukotanya Kolaka.

Andi Djemma, Datu Luwu, 1935-1965


3) Kekuasan kerajaan di wilayah suku-suku To Poso

Untuk kekuasan kerajaan di wilayah suku-suku To Poso, klik di sini


4) Struktur pemerintahan Kedatuan Luwu

Ada beberapa struktur jabatan dalam Kedatuan Luwu:
1. Datu Luwu (Pajung Luwu)
2. Opu Cenning (Wakil Datu)
3. Para Menteri :
    (1). Opu To Marilaleng (menteri dalam negeri)
    (2). Opu To Patunru (menteri pertahanan dan keamanan)
    (3). Opu To Balirante (menteri luar negeri)
    (4). Opu To Pabbicara (menteri sekretaris negara)
4. Matoa
    (1) Matoa Wage
    (2) Matoa Cendrana
    (3) Matoa Anre Guru Anattoriolong
5. Kepala Wilayah
    (1) Makole Baebunta
    (2) Maddika Bua

    (3) Maddika Ponrang.

Datu Luwu Y.M. Datu Luwu dan Y.M. Arumpone

5) Daftar Raja

 Nama-nama Pajung atau Datu yang pernah memerintah Kerajaan Luwu yang diawali oleh kepemimpinan Batara Guru dan diakhiri oleh Andi Djemma sebagai raja terakhir.
.
* Datu Luwu ke-1: Batara Guru, bergelar To Manurung merupakan Pajung .
* Datu Luwu ke-2: Batara Lattu’, merupakan Pajung, memerintah selama 20 tahun.
* 1268-1293: Datu Luwu ke-3: Simpurusiang, merupakan Pajung
* 1293-1330: Datu Luwu ke-4: Anakaji, merupakan Pajung
* 1330-1365: Datu Luwu ke-5: Tampa Balusu, merupakan Pajung
* 1365-1402: Datu Luwu ke- 6: Tanra Balusu, merupakan Pajung
* 1402-1426: Datu Luwu ke-7: Toampanangi, merupakan Pajung

* 1426-1458: Datu Luwu ke-8: Batara Guru II, merupakan Pajung
* 1458-1465: Datu Luwu ke-9: La Mariawa, merupakan Pajung
* 1465-1507: Datu Luwu ke-10: Risaolebbi, merupakan Pajung
* 1507-1541: Datu Luwu ke-11: Dewaraja, bergelar Maningoe’ ri Bajo merupakan Pajung
*  1541-1556: Datu Luwu ke-12: Tosangkawana, merupakan Pajung
* 1556-1571: Datu Luwu ke-13: Maoge, merupakan Pajung
* 1571-1587: Datu Luwu ke-14: We Tenri Rawe’, merupakan Pajung
*  1587-1615: Datu Luwu ke-15: Andi Pattiware’ Daeng Parabung atau Pattiarase, bergelar Petta Matinroe’ Pattimang merupakan Pajung

* 1615-1637: Datu Luwu ke-16: Patipasaung, merupakan Pajung
* 1637-1663: Datu Luwu ke-17: La Basso atau La Pakeubangan atau Sultan Ahmad Nazaruddin, bergelar Petta Matinroe’ ri Gowa (Lokkoe’) merupakan Pajung
* 1663-1704: Datu Luwu ke-18 dan ke-20: Settiaraja, bergelar Petta Matinroe’ ri Tompoq Tikkaq merupakan Pajung
Datu Luwu ke-19: Petta Matinroe’ ri Polka, merupakan Pajung, memerintah ketika Settiaraja pergi membantu Gowa menghadapi VOC.
* 1704-1715: Datu Luwu ke-21: La Onro Topalaguna, bergelar Petta Matinroe’ ri Langkanae’ merupakan Pajung
* 1706-1715: Datu Luwu ke-22: Batari Tungke, bergelar Sultan Fatimah Petta Matinroe’ ri Pattiro merupakan Pajung
* 1715-1748: Datu Luwu ke-23: Batari Tojang, bergelar Sultan Zaenab Matinroe’ ri Tippulue’ merupakan Pajung
* 1748-1778: Datu Luwu ke-24 dan ke-26: We Tenri Leleang, bergelar Petta Matinroe’ ri Soreang merupakan Pajung
* 1760-1765: Datu Luwu ke-25: Tosibengngareng, bergelar La Kaseng Patta Matinroe’ ri Kaluku Bodoe’ merupakan Pajung

* 1778-1810: Datu Luwu ke-27: La Tenri Peppang atau Daeng Pali’, bergelar Petta Matinroe’ ri Sabbangparu merupakan Pajung
* 1810-1825: Datu Luwu ke-28: We Tenri Awaru atau Sultan Hawa, bergelar Petta Matinroe’ ri Tengngana Luwu merupakan Pajung
* 1825-1854: Datu Luwu ke-29: La Oddang Pero, bergelar Petta Matinroe’ Kombong Beru merupakan Pajung
* 1854-1880: Datu Luwu ke-30: Patipatau atau Abdul Karim Toapanyompa, bergelar Petta Matinroe’ ri Limpomajang, merupakan Pajung
* 1880-1883: Datu Luwu ke-31: We Addi Luwu, bergelar Petta Matinroe’ Temmalullu merupakan Pajung
* 1883-1901: Datu Luwu ke-32: Iskandar Opu Daeng Pali’, bergelar Petta Matinroe’ ri Matakko merupakan Pajung
* 1901-1935: Datu Luwu ke-33: Andi Kambo atau Siti Husaimah Andi Kambo Opu Daeng Risompa Sultan Zaenab, bergelar Petta Matinroe’ ri Bintanna merupakan Pajung
* 1935-1965: Datu Luwu ke-34 dan ke-36: Andi Jemma, bergelar Petta Matinroe’ ri Amaradekanna merupakan Pajung
* Datu Luwu ke-35: Andi Jelling, merupakan Pajung, memerintah ketika Andi Jemma ditahan dan diasingkan oleh Belanda.
* Datu Luwu ke-40: La Maradang Andi Mackulau Opu To Bau diangkat pada tahun 2012.

Andi Jemma, Pahlawan Nasional Republik Indonesia, klik di sini

– Sumber: http://wijakalibarru.blogspot.co.id/2014/09/kerajaan-luwu.html

Pabbicara kerajaan Luwu


6) Skema silsilah para raja di Sulawesi Selatan

Silsilah awal budaya para raja di Sulawesi Selatan. Oleh: A.I. Sulolipu.
Penerus raja raja Luwu, Gowa, Bone, Soppeng, Wajo dan Selayar.

Untuk besar, klik “view image”


7) Istana / Palace

1) Istana Datu Luwu, Museum Batara Guru.
Istana ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an, di atas tanah bekas “Saoraja”. Istana sebelumnya terbuat dari kayu, konon bertiang 88 buah yang diratakan dengan tanah oleh Pemerintah Belanda.

Bangunan permanen ini dibangun dengan arsitektur Eropa, oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Dimaksudkan untuk mengambil hati Penguasa Kerajaan Luwu, tetapi oleh kebanyakan bangsawan Luwu dianggap sebagai cara untuk menghilangkan jejak sejarah Kerajaan Luwu sebagai kerajaan yang dihormati dan disegani kerajaan-kerajaan lain di jazirah Sulawesi secara khusus dan Nusantara secara umum.
https://menitisejarahistanakedatuanluwu11.blogspot.com/2019/01/meniti-sejarah-istana-datu-luwu.html
* Foto Istana kerajaan Luwu: link


2) Istana Langkanae   
Rumah Adat Langkanae ini adalah istana kediaman Raja Luwu, namun sangat di sayangkan karena rumah adat Luwu ini dibongkar karena belanda tidak ingin adanya jejak sejarah tentang kerajaan Luwu. Rumah adat Luwu atau disebut Rumah Adat Langkanae ini terbuat dari bahan utama kayu yang di mana rumah adat ini memiliki 88 tiang. Meski Rumah Adat Luwu pernah dihancurkan oleh Belanda, namun kita masi dapat melihat replika dari rumah adat Luwu di Museum Lagaligo Benteng Rotterdam, kota Makassar.

—————-

 Singgasana Datu Luwu

“Teddung pulawang” adalah payung emas di sebelah kiri singgasana di Istana Luwu yang hanya diperuntukkan bagi penggunaan raja atau Datu ‘Luwu. Yang merah “teddung maejae” hanya diperuntukkan bagi raja jika ia telah menjalani 7 hingga 40 hari meditasi di sebuah gubuk tanpa atap di luar istana. Selama meditasi, ia melakukan diet minimum berupa ubi jalar manis dan tanpa nasi. Sejauh ini sangat sedikit raja yang berhasil mendapatkan hak untuk menggunakan payung merah.


8) Peta-peta Sulawesi masa dulu

Untuk peta peta kuno (1606, 1633, 1683, 1700, 1757, 1872, abad ke-19): klik di sini

Peta Sulawesi dan Maluku, tahun 1683


9) Sumber / Source

Sejarah kerajaan Luwu: https://id.wikipedia.org/wiki/Kedatuan_Luwu
– Sejarah kerajaan Luwu: https://suryapost.co/
– Sejarah kerajaan Luwu: https://istanadatuluwu.wordpress.com/
– Sejarah kerajaan Luwu: http://kota-islam.blogspot.co.id/
Daftar Raja Luwu: http://wijakalibarru.blogspot.co.id/
Tentang Istana: http://www.exploresouthsulawesi.com/berita-46-kawasan-istana-kerajaan-luwu.html

Struktur pemerintahan kerajaan Luwu: http://zangpriboemi.blogspot.co.id/
Info tentang Datu Luwu (jan. 2014): https://zulhamhafid.wordpress.com/


Peta kerajaan Luwu akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20


Leave a comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: