Kerajaan Batulolong terletak di pulau Alor. Kab. Alor, Prov. Nusa Tenggara Timur.
The Kingdom of Batulolong is located on the island of Alor. District of Alor, province of Nusa Tenggara Timor.
For english, click here
Lokasi pulau Alor
* Foto raja raja sekarang dan dulu di pulau Alor: link
* Foto suku suku di pulau Alor: link
* Video sejarah kerajaan2 di P. Alor dan Nusa Tenggara Timur, abad 1 M-sekarang: link
KERAJAAN BATULOLONG
Tentang raja kerajaan Batulolong
2020: Raja kerajaan Batulolong: Semuel Karimaley.
– Sumber foto: Semuel Karimaley, Facebook
Sejarah kerajaan Batulolong
Pulau Alor yang terletak di Utara Pulau Timor pada waktu lalu terbagi atas beberapa Kerajaan Kecil salah satunya adalah Kerajaan Batulolong di Alor Selatan. Jejak Peninggalan Batulolong sampai sekarang masih terdapat di kampung Kiraman berupa situs kerajaan lama dan barang-barang pusaka.
Menurut tradisi penguasa pertama, atau Tuhan Batulolong, berasal dari Timur-Timor: Kepanu Kani. Raja ini, lahir pada tahun 1928, adalah adik dari raja yang berkuasa terakhir Batulolong dengan nama Raja Lourens Karimalei, yang adalah penguasa Batulolong ke-14, 1947-1962.
Dia meninggal pada tahun 1996.
Para raja sebagian besar dimulai sebagai pantai–raja / penguasa, yang datang dari pulau-pulau lain dan mencoba untuk membuat kerjasama dengan orang-orang pedalaman.
– Sejarah lengkap kerajaan Batulolong: klik di sini
Lokasi “The landschappen” di pulau Alor tahun 1918. Sumber: Stokhof 1984. Landschap adalah distrik saat pemerintahan colonial belanda. Distrik ini sering ikut perbatasan kerajaan sebelumnya
Daftar raja
1) Nama raja-raja adat kerajaan Batulolong sebelum penjajahan, adalah sebagai berikut:
- Raja Karlaukep
- Raja Maleikari I
- Raja Awenlo
- Raja Awengkari I
- Raja Losa
- Raja Asakamen
- Raja Laubana
- Raja Maleikari II
- Raja Lauika
- Raja Karlau
- Raja Laubaki
- Raja Kamusawen I
- Raja Karimalei
- Raja Sarata
- Raja Makunimau
- Raja Laukosi
Ke-16 raja termasuk raja Karlaukep adalah raja adat sebelum masa penjajahan hingga raja-raja ini masing-masing membuat peraturannya sesuai dengan perkembangan adat dan kebudayaannya mereka (caraprimitif).
– Sumber: http://jonlambai.blogspot.co.id/2010/11/ringkasan-sejarah-perjalanan-raja.html
2) Daftar raja Batulolong abad ke-20
* Kepanu Kani; 1st Lord of B. From Loehuwehha/E-Timor. Founder of kampong Kiraman.The capital of kerajaan Batulolong (Batulolong princuipality).
* Karamalei Gabapa/Bapada-10 th Lord; ruled mid 19th century-1897.
* Chasper alais Kamusang Karimalei alaias Kamusi Kamusiweng.Son; until abdication 12-6-1914.
* Alfonsius Fredrik Awengkari; son of brother; abd. 1st half of 1937; born ca. 1871; alias Risi Bera.
* Wilhelmus Awengkari; son;born ca. 1909; abdicated 11-8-1943; died 1943. In 1938 already sick; wakil(representative raja)then: Kapitan Laubea. After abdication a certain Malekari was temporary-raja.Born ca. 1918,died 1998.B 1927.
* Lourens Karimalei. 1947-62; died 1996; son of br. of Raja Chasper.
* Constantijn Karimalei; brother; born 1928.
– Sumber: D.P.Tick: https://batulolong.wordpress.com/2009/08/10/batulolongku/
Raja kerajaan Batulolong: Raja Constantijn Karimalei, 2008
Kerajaan-kerajaan di pulau Alor
* Kerajaan Abui,
* Kerajaan Alor,
* Kerajaan Batulolong,
* Kerajaan Bungabali,
* Kerajaan Kolana,
* Kerajaan Kui,
* Kerajaan Mataru,
* Kerajaan Pureman.
Sejarah kerajaan-kerajaan di pulau Alor
Menurut ceritra yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah ke Abui sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Munaseli.
Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, pada akhirnya juga terlibat dalam sebuah perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit, mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui.
Sekitar awal tahun 1300-an, detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli, tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alo. Para tentara Majapahit ini akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama karya Empu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan.
Galiau yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu dengan lainnya. Bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama.
Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 Putra Mau Wolang dari Majapahit dan mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua diantara mereka memerintah daerah tersebut. Pada masa ini ada sebuah perjanjian yang disepakati,dimana perjanjian itu dinamakan perjanjian Lisabon pada tahun 1851.
Berdasarkan catatan Antonio Pigafetta, seorang ilmuwan dan penjelajah asal Venesia, pada 9 sampai 25 Januari 1522, pulau Alor-Pantar dikunjungi oleh kapal Victoria, yakni sisa terakhir dari armada Magellan. Antonio menulis bahwa ketika sampai ke Alor-Pantar, ia menemukan penduduk pulau ini buas seperti hewan dan makan daging manusia. Mereka tidak mempunyai raja dan tidak berpakaian. Mereka hanya memakai kulit kayu, kecuali kalau pergi ke medan perang.
Berdasarkan sejarah, pada masa kekuasaan Portugis, Portugis di Alor hanya terbatas pada pengibaran bendera pada beberapa daerah pesisir, seperti di Kui, Mataru, Batulolong, Kolana, dan Blagar. Begitu pula pada masa awal pendudukan Belanda, hanya terbatas pada pengakuan atas penguasa-penguasa yang berada di pesisir dan pada penempatan seorang Posthouder di Alor Kecil, tepatnya di pintu teluk Kabola pada tahun 1861.
Dengan Perjanjian Lisabon pada tahun 1851, kepulauan Alor diserahkan kepada Belanda dan pulau Atauru diserahkan kepada Portugis. Orang-orang Portugis sendiri sebenarnya tidak pernah benar-benar menduduki Alor, walaupun masih ada sisa-sisa dari zaman Portugis seperti sebuah jangkar besar di Alor Kecil.
Pada tahun 1911, Pemerintah colonial Belanda memindahkan pelabuhan laut utama dan pusat Pemerintahan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi. Kalabahi dipilih karena datarannya lebih luas dan lautnya lebih teduh. Kota Kalabahi artinya pohon kusambi, yang mana dulunya memang menghutani dataran ini. Dengan pemindahan pusat kekuasaan ke Kalabahi, Pemerintah colonial Belanda menempatkan Mr. Bouman sebagai Kontroler pertama di Alor. Sebelumnya tanda kehadiran colonial belanda di Alor, hanya terdiri dari seorang penjaga pos dan seorang serdadu berpangkat letnan.
Pada masa kontroler Bouman, beberapa pegawai pemerintah Belanda didatangkan. Upaya-upaya mengkristenkan para penganut animismepun mulai dilakukan. Baptisan pertama dilakukan pada tahun 1908 di pantai Dulolong. Pada masa ini Alor terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui, Batulolong, Kolana, Baranusa dan Alor. Kerajaan Alor wilayahnya meliputi seluruh jasirah Kabola (bagian utara pulau Alor).
Pada tahun 1912 terjadi pengalihan kekuasaan raja dari dinasti Tulimau di Alor Besar kepada dinasti Nampira di Dulolong. Pemerintah colonial Belanda lebih cenderung memilih Nampira Bukang menjadi raja Alor sebab beliau berpendidikan dan fasih berbahasa belanda. Sebagai kompensasi, putra mahkota Tulimau ditunjuk sebagai kapitan Lembur. Pengalihan kekuasaan ini menyebabkan terjadinya beberapa pemberontakan namun dapat diredam dengan bantuan Belanda, sehingga sehingga secara tidak langsung pengalihan kekuasaan ini telah menjadi bibit salah satu lembaran hitam sejarah Alor dengan terbunuhnya Bala Nampira.
Di masa pendudukan Belanda di tahun 1910 -1916, Belanda banyak mendapat tantangan dari rakyat Alor-Pantar. Kerajaan-kerajaan yang terkenal sering melakukan perlawanan adalah Kerajaan Bunga Bali, Kerajaan Kui, Kerajaan Kolana, Kerajaan Pureman, Kerajaan Mataru, Kerajaan Batulolong, Kerajaan Baranusa, Kerajaan Pandai, dan Kerajaan Blagar. Namun, Belanda dengan devide et impera (Politik pecah belah atau politik adu domba) dan Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) akhirnya berhasil menaklukkan para raja tersebut. Dari 9 kerajaan yang sering melakukan perlawanan, Belanda akhirnya melakukan perampingan hingga tertinggal 4 kerajaan, yakni Kerajaan Kui, Kerajaan Alor Pantar, Kerajaan Kolana, dan Kerajaan Batulolong. Dengan demikian, Belanda semakin mudah melakukan pengawasan.
Kepaulauan Sunda Kecil 1602
Kepaulauan Sunda Kecil 1748 (Alor = I. Omba)
Sumber / Source
– Sejarah kerajaan Batulolong: http://jonlambai.blogspot.co.id/2010/11/ringkasan-sejarah-perjalanan-raja.html
– Sejarah kerajaan Batulolong: https://www.kompasiana.com/john.lambai.com/550056e7a33311c271510697/sejarah-kerajaan-batulolong
– Daftar raja Batulolong abad ke-20, oleh D.P.Tick: https://batulolong.wordpress.com/2009/08/10/batulolongku/
– Tentang raja Batulolong (2008): http://indonesianrecretion.blogspot.co.id/2008/09/raja-constantijn-karimalei-of.html
————–
– Sejarah kerajaan2 P. Alor: http://inihari.co/blog/2019/03/03/sekilas-tentang-sejarah-alor/
– Sejarah kerajaan2 P. Alor: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Alor#Sejarah
– Sejarah kerajaan2 P. Alor: http://alorkab.go.id/new/index.php/profil/sejarah1
– Suku Alor: http://suku-dunia.blogspot.nl/2014/08/sejarah-suku-alor-di-nusa-tenggara.html
Pingback: Batulolong, Kerajaan | Sultans and Raja’s in Indonesia « dvdfreian