Panai (Labuhanbilik), kesultanan / Prov. Sumatera Utara – kab. Labuhan Batu

Kesultanan Panai (Labuhanbilik) terletak di Sumatera, Kab.Labuhan Batu, Prov. Sumatera Utara. Kesultanan ini didirikan sekitar tahun 1815.

The Sultanate of Panai (Labuhanbilik) was located on Sumatera, District Labuhan Batu, province of north Sumatera. Founded in 1815.
For english, click here

Lokasi kab. Labuhanbatu


Garis kerajaan-kerajaan di Sumatera: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sumatera

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sumatera: link
* Foto sultan dan raja di Sumatera dulu: link

* Foto Istana kerajaan di Sumatera: link


KESULTANAN PANAI

Sejarah kesultanan Panai, didirikan 1815

Labuhan bilik merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Panai yang memiliki daerah kekuasaan dari kecamatan Panai Hilir, Panai Hulu dan Panai Tengah. Kesultanan Panai masih dibawah pemerintahan Kesultanan Asahan sebagai pusat kerajaan. Setelah ditaklukan oleh Belanda Kesultanan ini hilang dan melebur bergabung dengan Indonesia pada tahun 1946.

Penjajah Belanda memasuki wilayah Labuhan Batu berkisar tahun 1825.
Sebelum penjajahan Belanda memasuki daerah Labuhanbatu, sistem pemerintahan Labuhanbatu bersifat monarkhi yang Kepala Pemerintahan disebut Sultan atau Raja yang dibantu oleh seorang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja yang bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri).

Wilayah Labuhan Batu: Kesultanan Kota Pinang, Kesultanan Kualuh, Kesultanan Bilah, Kesultanan Panai (wilayah kerajaan Kampung Raja), 1900 M

Kesultanan Bilah, 1900

Kesultanan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari empat kesultanan, yaitu:

  1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang
  2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir
  3. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik
  4. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
  5. Ditambah satu Half-Bestuur Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan

Labuhanbilik atau Panai didirikan oleh Sutan Kaharuddin (Marhum Kaharuddin), raja Kerajaan Panai ke 4, disekitar tahun 1815.
Sebelumnya pusat kerajaan masih berada di hulu sungai. Sementara itu, kerajaan Panai dibentuk oleh Raja Murai Perkasa Alam.

—————————–

Sepuluh abad yang lalu, sebelum Kerajaan Panai berdiri, nama Panai atau Pannai telah ada. Nama ini ditemukan pada tahun 1030 M dalam sebuah prasasti, yaitu kerajaan Pannai.
Pannai yang dimaksud disini terletak di daerah sungai Barumun (Panai), wilayah Sumatera Timur.
– Kerajaan Pannai, abad ke11 – ke14: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumatera/panai-kerajaan-kuno-labuhan-batu/

Tengku Machmud Mangedar Alamsyah. Raja terakhir Kerajaan Melayu Panai di Labuhan Bilik, 1940. Tengku Machmud Mangedar Alamsyah menggantikan Tengku Kelana Putra gelar Sultan Gagaralam Rahmat’ullah.


SEJARAH KESULTANAN DI LABUHAN BATU

Sistem Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat monarkhi. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari.hari (semacam Perdana Menteri).

Kesultanan/kerajaan yang terdapat di wilayah kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 (empat) kesultanan yaitu :

1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang.
2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir.
3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik.
Ditambah 1 (satu) Half-bestuur yaitu Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan.

Sistem pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala pemerintahan disebut Sultan atau Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Seri Maharaja yang bertugas sebagai kepala pemrintahan sehari-hari (semacam perdana Mentri).

Tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu. Dari berbagai keterangan yang dihimpun, Belanda masuk ke Labuhanbatu sekira tahun 1825, namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu adalah usai Perang Paderi (berkisar tahun 1831).

Pada tahun 1862, kesatuan Angkatan Laut Belanda dibawah pimpinan Bevel Hebee datang ke kampung Labuhanbatu  (di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui Sungai Barumun, di kampung Labuhanbatu tersebut Belanda membuat tempat pendaratan dari batu beton. Lama kelamaan tempat pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratan/persinggahan kapal-kapal yang kemudian menjadi sebuah kampung (desa) yang lebih besar dan namanya disebut Pelabuhan Batu. Akhirnya nama pelabuhan batu ini dipersingkat sebutannya menjadi Labuhanbatu. Kemudian nama itu melekat dan ditetapkan menjadi nama wilayah Kabupaten Labuhanbatu.


Peta-peta kuno Sumatera

Untuk peta kuno Sumatera (1565, 1588, 1598, 1601, 1616, 1620, 1707, 1725, 1760), klik di sini

Sumatera, tahun 1707


Sumber kesultanan Panai

– Sejarah kesultanan Panai: http://fsknsu.blogspot.com/
– Sejarah kesultanan Panai: http://panekotaku.blogspot.co.id/

Sumber kerajaan-kerajaan di kab. Labuhan Batu

Sejarah kerajaan di Labuhan Batu: https://sumut.antaranews.com
– Sejarah kerajaan di Labuhan Batu: http://desahutagodang.blogspot.com
– Sejarah kerajaan di Labuhan Batu: http://earning-news.blogspot.co.id/


Peta kerajaan-kerajaan di Sumatera Utara abad ke-19

Kerajaan-kerajaan wilayah prov. Sumatera Utara sekarang. Abad ke-19


Leave a comment

Leave a comment

Blog at WordPress.com.