Sriwijaja, kerajaan / Prov. Sumatera Selatan – wil. Palembang

Kerajaan Sriwijaya, 670 – 1180, terletak di Sumatera. Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang, prov. Sumatera Selatan.
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.

The kingdom of Sriwijaya, 670 – 1180. Located on Sumatera. The centre of this kingdom was located in Palembang area. Province of South Sumatera.
For english, click here

Lokasi Palembang di Sumatera


* Foto kerajaan Sriwijaya: link
*
Video peninggalan kerajaan Sriwijaya: link
* Video komplek Candi Muaro: link


Garis kerajaan-kerajaan di Sumatera: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sumatera

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sumatera: link
* Foto sultan dan raja di Sumatera dulu: link

* Foto Istana kerajaan di Sumatera: link


KERAJAAN SRIWIJAYA

Sejarah kerajaan Sriwijaya, 670 – 1180

Umum

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya terletak di tepian Sungai Musi, di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Pada masanya, kerajaan maritim ini banyak memberi pengaruh di nusantara. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh raja Balaputradewa, yang berkuasa pada abad ke-9.
Pada masa kejayaannya, Sriwijaya mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka dan daerah kekuasaannya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Selain itu, kebesarannya juga dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim, politik, dan ekonomi. Dalam Bahasa Sanskerta, Sriwijaya berasal dari kata sri yang berarti cahaya dan wijaya yang artinya kemenangan.
Jadi, arti Sriwijaya adalah kemenangan yang gemilang. Setelah beberapa abad berkuasa, kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11.

Kerajaan Sriwijaya, 945 M

Wilayah Aceh, 945 M

Sejarah awal kerajaan Sriwijaya

Dari prasasti prasasti kerajaan Sriwijaya, yaitu Prasasti Kota Kapur, diketahui bahwa kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 dan pendirinya disebut Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Sejak awal didirikan, Sriwijaya diperkirakan telah berhasil menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka dan Belitung, dan Lampung. Sri Jayanasa bahkan mencoba untuk melancarkan ekspedisi militer menyerang Jawa yang dianggap tidak mau berbakti kepada raja Sriwijaya.
Sementara dari Prasasti Kedukan Bukit, diketahui bahwa Dapunta Hyang berasal dari Minanga Tamwan, yang lokasinya tepatnya masih diperdebatkan. Diceritakan pula bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan dengan memimpin 20.000 tentara dari Minanga Tamwan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil menaklukkan daerah-daerah yang strategis untuk perdagangan sehingga kerajaan Sriwijaya menjadi berkembang dan makmur.

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya

Puncak kejayaan kerajaan Sriwijaya dapat diraih pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang maritim dengan menguasai jalur perdagangan melalui Selat Malaka, Selat Sunda, dan Semenanjung Malaya. Rakyatnya pun hidup dengan makmur karena kerajaan mendapatkan banyak pemasukan dari pajak kapal-kapal dagang yang melintas.
Untuk menjaga stabilitas kerajaan, dibangunlah armada laut yang kuat supaya dapat mengatasi gangguan di jalur pelayaran. Sriwijaya juga menjalin menjalin hubungan perdagangan dengan India, Cina, dan bangsa-bangsa lain. Selain menonjol di bidang maritim, kerajaan Sriwijaya juga maju di bidang politik, ekonomi, dan agama. Di bidang politik, Sriwijaya dianggap sebagai kerajaan nasional pertama karena wilayah kekuasaannya sangat luas.
Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat dengan kerajaan Benggala yang kala itu dipimpin oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda. Hal tersebut menandakan Balaputradewa memerhatikan ilmu pengetahuan bagia generasi mudanya.

Keruntuhan kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11. Kemunduran melanda berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi dan politik. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya:
– Berulangkali diserang Colamandala dari India,
– Terdesak kerajaan Thailand dan Singasari,
– Banyak raja-raja taklukan yang melepaskan diri,
– Mengalami kemunduran ekonomi dan perdagangan karena bandar-bandar pentingnya melepaskan diri.

– Untuk lengkap, https://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya

Perkembangan Kemaharajaan Sriwijaya, bermula di Palembang pada abad ke-7, menyebar ke sebagian besar Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, Kamboja, hingga surut sebagai kerajaan Malayu Dharmasraya pada abad ke-13.


Sistem pemerintahan kerajaan Sriwijaya

Untuk sistem pemerintahan, klik disini


Daftar raja kerajaan Sriwijaya

– Sumber / Source: Wiki

Klik gambar untuk besar



Candi peninggalan kerajaan Sriwijaya

Candi Muara Takus

———————–
Candi Biaro Bahal

———————–
Candi Muaro Jambi

———————–
Gapura Sriwijaya


Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya

Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang berahi merupakan prasasti yang terletak didaerah Jambi, Kabupaten Merangin, Kecamatan Pemenang. Aksara Pallawalah yang menjadi bentuk tulisan dari prasasti tersebut dan bahasa Melayu kuno menjadi bahasa yang digunakan untuk menceritakan atau memberikan informasi tentang kerajaan Sriwijaya yang kekuasaannya sampai ke daerah Jambi. Prasasti ini di temukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir Belanda  L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin.

—————————

Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu adalah prasasti Sriwijaya dari abad ke-7 yang ditemukan di Sabokingking, 3 Ilir, Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan, sekitar tahun 1950-an. Prasasti ini berada di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan nomor inventaris D.155. Prasasti tersebut diukir di atas batu andesit berukuran tinggi 118 cm dan lebar 148 cm. Bagian atas batu dihiasi dengan tujuh kepala naga, dan di bagian bawahnya terdapat semacam semburan air untuk menyalurkan air yang kemungkinan besar disiramkan ke atas batu tersebut pada saat upacara upacara kesetiaan.

—————————

    Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (Residen Palembang) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang / Bukit Siguntang dan dikenal sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 23 Maret 684 M. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta dengan nomor inventaris D.145.

—————————

Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah adalah sebuah prasasti pada batu peninggalan Sriwijaya, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 M. Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.

—————————

Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit ditemukan di desa Haur Kuning, Lampung. Informasi yang terdapat dalam prasasti hunjung langit ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dan akasara Pallawa. Susunan pesan dalam prasasti hunjung langit ini tidak cukup jelas karena tingkat keausan batunya sangat tinggi. Namun, setelah diidentifikasi prasasti hunjung langit diperkirakan berasal dari tahun 997 M dan isinya mengenai pemberian tanah sima.

—————————

Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh C.J. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatra Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.


Sumber kerajaan Sriwijaya

Sejarah kerajaan Sriwijaya di Wiki: Wiki
– Sejarah kerajaan Sriwijaya:https://www.kompas.com/stori/
– Sejarah kerajaan Sriwijaya:
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/
– Sejarah kerajaan Sriwijaya: https://www.detik.com/
Sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya: http://www.siswapedia.com/
Daftar Raja: Wiki
– 9 Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya: http://kisahasalusul.blogspot.com/


Leave a comment

Leave a comment

Blog at WordPress.com.