Kesultanan Berau: 1377 – 1810. Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma.
Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah pada tahun 1810 menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.
The Sultanate of Berau: 1377 – 1810. Was a kingdom on Kalimantan, located in the district Berau. In 1810 this sultanate was split into the Sultanate of Gunung Tabur and the Sultanate of Sambaliung.
For english, click here
Lokasi kab. Berau
Garis kerajaan-kerajaan di Kalimantan: link
Foto kerajaan-kerajaan di Kalimantan
* Foto sultan dan raja yang masih ada di Kalimantan: link
* Foto raja2 di Kalimantan dulu: link
* Foto istana kerajaan di Kalimantan: link
* Foto Kalimantan dulu: link
* Foto perang belanda di Kalimantan, abad ke-19: link
KESULTANAN BERAU
Sejarah kerajaan Berau, 1377-1810
Kerajaan Berau merupakan institusi pemerintahan yang pernah berdiri di Kalimantan pada abad ke-15. Kemudian terpecah dua pada awal abad ke-19, menjadi Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.
Kerjaan Berau lahir dari penggabungan lima “nagari” (disebut juga “banuwa”) dan dua “kampung”, yakni wilayah-wilayah administratif yang berlaku pada zaman itu. Nagari-nagari dan kampung-kampung tersebut adalah Nagari Marancang, Nagari Kuran, Nagari Bulalung, Nagari Sawakung, Nagari Pantai, Kampung Bunyut, serta Kampung Lati.
Pada pemerintahan Sultan Muhammad Hasanuddin (1731-1767) dan Sultan Zainal Abidin (1779-1800), Islam menjadi agama mayoritas penduduk Berau. Gelar “Sultan” yang disandang raja (sebagai pengganti “Aji”) merupakan penanda bahwa Islam menjadi agama resmi kerajaan.
Bibit perpecahan dalam lingkungan keluarga kerajaan sejatinya sudah dimulai setelah era kekuasaan Aji Dilayas, raja Berau ke-9. Ketika itu, sang Raja yang beristri banyak memiliki banyak keturunan. Kemudian dua di antaranya sama kuat sebagai kandidat pengganti raja, yakni Pangeran Tua dan Pangeran Dipati. Dalam memutuskan siapa yang berhak mengantikan ayah mereka, terjadi sejumlah perdebatan besar di kalangan keluarga kerajaan.
Khawatir konflik akan semakin membesar, diambillah keputusan bersama, bahwa Kerajaan Berau akan dipimpin secara bergantian oleh keduanya dan oleh keturunan keduanya. Sebagai putra sulung, Pangeran Tua mendapat kesempatan memerintah sejak 1673 hingga 1700. Sementara adiknya, Pangeran Dipati memerintah sejak 1700 hingga 1731.
C. 1810: Sementara keturunan Aji Pangeran Tua, dengan pewaris tahta Raja Alam bergelar Sultan Alimuddin, mendapat wilayah di sebelah selatan Sungai Berau, serta di wilayah kiri dan kanan Sungai Kelay. Sultan Gazi Mahyudi kemudian mendirikan Kesultanan Gunung Tabur. Sementara Raja Alam mendirikan Kesultanan Sambaliung. Sebelumnya daerah-daerah milik Berau yang telah memisahkan diri dan berdiri sendiri adalah Bulungan.
– Sumber: link
Sejarah perpecahan dua kerajaan di Berau
– Sumber: https://defkeratonsambaliung.wordpress.com/2016/02/11/sejarah-perpecahan-dua-kerajaan-di-berau/
Pada awalnya bernama Kerajaan Berau, Raja Berau yang pertama adalah Baddit Dipattung dengan gelar Aji Surya Nata Kusuma 1377-1401. Lalu pada permulaan abad ke-17 pergantian Raja secara teratur dari ayah kepada anak spt yg terjadi 9 generasi terdahulu tdk terbagi lagi. Karena Aji Dilayas Raja ke IX berputra dua orang Pangeran yang berlainan ibu yaitu Pangeran Tua dan Pangeran Dipati.
Aji Suryanata Kusuma yang nama lainnya adalah BADDIT DIPATTUNG. Beliau ini adalah raja Berau yang pertama.
Sesudah Aji Dilayas mangkat kedua pangeran ini masing-masing didukung keluarga ibunya bersikeras mau menjadi raja. Akhirnya dengan keputusan musyawarah kerajaan kedua pangeran dan seterusnya keturunan mereka bergantian menjadi raja. Hingga akhirnya sampai pada Raja Alam (Sultan Alimuddin ) putera Sultan Amiril Mukminin turunan Pangeran Tua. Ketika giliran Raja Alam terjadi kericuhan sebab turunan Pangeran Dipati sudah 5 kali mendapat giliran sebagai Raja sedang turunan Pangeran Tua baru 4 kali.
Suasana menjadi tegang hal ini memicu terjadinya insiden dibeberapa tempat. Setiap musyawarah kerajaan dan kedua keluarga dalam penetapan giliran selalu timbul persengketaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup kedua keluarga ini.
Lalu diputuskan (1810) untuk membagi wilayah atas dua Kesultanan. Yaitu sebelah Utara sungai Berau (Kuran) serta tanah kiri kanan sungai Segah menjadi Kerajaan Gunung Tabur diperintah oleh Sultan Gazi Mahyudin (Sultan Aji Kuning II ) kemudian sebelah Selatan sungai Berau (Kuran) dan tanah kiri kanan sungai Kelay menjadi Kerajaan Sambaliung diperintah oleh Raja Alam (Sultan Alimuddin ).
Kedudukan pemerintah di Muara Bangun dipindahkan. Sultan Aji Kuning II memilih Gunung Tabur yg terletak disebelah kanan Muara cabang sungai Segah sebagai pusat pemerintahannya. Sultan Alimuddin ( Raja Alam ) memindahkan pusat pemerintahannya di kampung Gayam sebelah kanan masuk sungai Kelay disebut Tanjoeng. Sesuai dengan keputusan Seminar Hari Jadi Kota Tanjung Redeb tahun 1992 peristiwa itu terjadi pada tanggal 15 September tahun 1810 yang selalu diperingati di Berau setiap tahun sebagai Hari Jadi Kota Tanjung Redeb.
Sultan Alimuddin inilah Sultan pertama dari Tanjung yang kemudian bernama Kerajaan Sambaliung. Dulu posisi istananya ada di Tanjung dekat Muara kanan sungai Kelay tetapi dibakar dan dihancurkan oleh Belanda. Setelah kerajaan Berau terbagi dua, kedua Kesultanan ini hidup berdampingan secara damai, karena mereka sadar bahwa mereka berasal dari satu rumpun keluarga besar Aji Surya Nata Kusuma. Kesultanan Sambaliungpun membangun istananya kembali. Hanya penulis-penulis sejarah Belanda membesar-besarkan perbedaan pendapat antara kedua Kesultanan itu sesuai dengan politik adu domba demi suksesnya penjajahan mereka. Jadi saat perpecahan terjadi bukan karena campur tangan Belanda justru setelah perpecahan tsb Belanda berusaha ingin menghancurkan keduanya.
Kesultanan Berau, 1750
Silsilah Raja Berau
Daftar raja, sumber: Wiki
1377-1401: Raja Aji Surya Natakesuma/ Baddit Dipatung,
1401-1426: Raja Aji Nikullan,
1426-1451: Raja Aji Nikutak,
1451-1470: Raja Aji Nigindang,
1470-1495: Raja Aji Panjang Ruma,
1495-1524: Raja Aji Tumanggung Barani,
1524-1550: Raja Aji Sura Raja,
1550-1576: Raja Aji Surga Balindung,
1576-1600: Raja Aji Dilayas (1576-1600)
1600-1624: Raja Aji Pangeran Tua,
1624-1650: Raja Aji Pangeran Dipati,
1650-1676: Raja Aji Kuning I (Aji Kuning Berau),
1676-1700: Sultan Muhammad Hasanuddin (diketahui sultan pertama kesultanan berau),
1700-1740: Sultan Zainal Abidin I (Sultan Zainal Abidin Kesultanan Berau),
1740-1760: Sultan Muhammad Badaruddin,
1760-1777: Sultan Maulana Muhammad Salehuddin (Sultan Salehuddin Berau),
1777-1800: Sultan Amiril Mu’minin,
1800-1810: Sultan Zainal Abidin II (sultan terakhir Kesultanan Berau).
Silsilah raja-raja Berau, Sambaliung, Gunung Tabur, klik di sini
Peta Kalimantan (Borneo) kuno
Untuk peta-peta Kalimantan kuno (1570, 1572, 1594, 1601, 1602, 1740, 1747, 1760, 1835), klik di sini.
Peta Kalimantan (Borneo) tahun 1601
Sumber kesultanan Berau
– Sejarah kerajaan Berau di Wiki: link
– Sejarah kerajaan Berau: https://borneohistory57.blogspot.com/
– Sejarah kerajaan Berau: https://beraukab.go.id/v2/
– Sejarah kerajaan Berau: http://saprudin01.blogspot.nl/
– Daftar raja Berau di Wiki: link
Berau ca. 1820 divided into 2 sultanates:Gunung Tabur(former Berau sultan dynasty)and Sambaliung.