Bendera kesultanan Buton
.
Kesultanan Buton, 1332–1960, berdiri tahun 1332. Terletak di Sulawesi, Kab. Buton, prov. Sulawesi Tenggara.
Muncul konflik internal di lingkungan kerajaan yang memperlemah kekuatan kesultanan Buton. Berbagai ancaman terus menyelimuti Buton hingga akhirnya Indonesia merdeka pada 1945.
Setelah vakum selama lebih kurang 52 tahun, pada tanggal 25 mei 2012 dilantik Sultan baru di Masjid Agung Keraton Buton.
The Sultanate of Buton (1332-1960) was founded in 1332. It is located on the island of Buton. South-east Sulawesi.
For english, click here
Lokasi kabupaten Buton
Kesultanan Buton
* Foto kesultanan Buton: link
* Video: pelantikan / installation Sultan Buton (2012): link
Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link
Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi
* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto istana kerajaan2 di Sulawesi: link
Lihat juga:
* Sejarah lengkap kesultanan Buton
* Sejarah perang Belanda-Buton, 1755
* Proses pemilihan sultan
KESULTANAN BUTON
1 Hidup kembali kesultanan
2 Proses pemilihan sultan
3 Sejarah kesultanan Buton
4 Daftar raja dan sultan Buton
5 Perang Belanda – Buton,1755
6 Perang Buton – Makasar, 1666-1667
7 Pemerintahan
8 Istana
9 Sumber / Source
1) Hidup kembali kesultanan, 2012
Setelah vakum selama lebih kurang 52 tahun, pada tanggal 25 mei 2012 dilantik Sultan baru di Masjid Agung Keraton Buton, La Ode Izzat Manarfa, Sultan Buton ke-40.
——————
Video Pelantikan Sultan Buton, 13 des. 2012
2) Proses pemilihan sultan Buton
Untuk proses pemilihan sultan Buton, klik di sini
3) Sejarah kesultanan Buton, 1332–1960
Sebelum kerajaan Buton adalah kerajaan Wolio.
Cikal bakal kerajaan Buton untuk menjadi sebuah kerajaan pertama kali dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati yang oleh sumber lisan mereka berasal dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke – 13.
Mpu Prapanca juga menyebut nama Pulau Buton di dalam bukunya, Kakawin Nagarakretagama. Sejarah yang umum diketahui orang, bahwa Kerajaan Bone di Sulawesi lebih dulu menerima agama Islam yang dibawa oleh Datuk ri Bandang yang berasal dari Minangkabau sekitar tahun 1605. Sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Kubra lebih dulu sampai di Pulau Buton, yaitu pada tahun 1412.
Kerajaan Buton didirikan atas kesepakatan tiga kelompok atau rombongan yang datang secara bergelombang. Gelombang pertama berasal dari kerajaan Sriwijaya. Kelompok berikutnya berasal dari Kekaisaran Cina dan menetap di Buton. Kelompok ketiga berasal dari Kerajaan Majapahit.
Lokasi kesultanan Buton, 1800 M
Kerajaan Buton berdiri tahun 1332. Awal pemerintahan dipimpin seorang perempuan bergelar Ratu Wa Kaa Kaa. Kemudian raja kedua pun perempuan yaitu Ratu Bulawambona. Setelah dua raja perempuan, dilanjutkan Raja Bataraguru, Raja Tuarade, Raja Rajamulae, dan terakhir Raja Murhum. Ketika Buton memeluk agama Islam, maka Raja Murhum bergelar Sultan Murhum.
Kerajaan Buton secara resminya menjadi sebuah kerajaan Islam pada masa pemerintahan Raja Buton ke-6, yaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo.
Kesultanan Buton memiliki hubungan yang cukup baik dengan VOC. Pada 1612, VOC mengimkan utusannya ke wilayah Buton, dan pada 1613 dilakukan perjanjian antara VOC dan Buton.
Hubungan keduanya mulai retak pada 1637, hingga terjadilah perang yang berlangsung selama setahun. Perang menimbulkan banyak korban berjatuhan di kedua pihak. Namun sampai perang berakhir, VOC tidak berhasil menjatuhkan dan merebut benteng kesultanan Buton.
Perang kembali terjadi pada 1752, 1755, dan 1776, karena VOC melakukan kecurangan dalam perdagangan rempah-rempah di wilayah Buton yang sangat merugikan. Di bawah pimpinan Sultan La Karambau, Buton berhasil mengatasi Belanda.
Namun, muncul konflik internal di lingkungan kerajaan yang memperlemah kekuatan kesultanan Buton. Berbagai ancaman terus menyelimuti Buton hingga akhirnya Indonesia merdeka pada 1945.
Setelah vakum selama lebih kurang 52 tahun, pada tanggal 25 mei 2012 dilantik Sultan baru di Masjid Agung Keraton Buton.
– Sumber: Wiki
– Sejarah lengkap kesultanan Buton
Peta wilayah kekuasaan kesultanan Buton (tahun ?)
4) Daftar raja dan sultan Buton
Raja raja
Pertengahan abad ke-14: Ratu ke I Wa Kaa Kaa
Akhir abad ke-14: Ratu ke II Bulawambona
Awal abad ke-15: Raja ke III Bataraguru
Akhir abad ke-15: Raja ke IV Tua Rade
Awal abad ke-16: Raja ke V Mulae
1491-1537: Raja ke VI La Kilaponto / Timbang Timbaga / Halu Oleo / Murhum
Kerajaan Buton beralih menjadi kesultanan sejak masa pemerintahan raja ke-6, yakni La Kilaponto atau Raja Murhum (1491-1537).
Sultan sultan
1) 1491-1537: Sultan Murhum
2) 1545-1552: Sultan La Tumparasi
3) 1566-1570: Sultan La Sangaji
4) 1578-1615: Sultan La Elangi
5) 1617-1619: Sultan La Balawo
6) 1632-1645: Sultan La Buke
7) 1645-1646: Sultan La Saparagau
8) 1647-1654: Sultan La Cila
9) 1654-1664: Sultan La Awu
10) 1664-1669: Sultan La Simbata
11) 1669-1680: Sultan La Tangkaraja
12)1680-1689: Sultan La Tumpamana
13) 1689-1697: Sultan La Umati
14) 1697-1702: Sultan La Dini
15) 1702: Sultan La Rabaenga
16) 1702-1709: Sultan La Sadaha
17) 1709-1711: Sultan La Ibi
18) 1711-1712: Sultan La Tumparasi
19) 1712-1750: Sultan Langkariri
20) 1750-1752: Sultan La Karambau
21) 1752-1759: Sultan Hamim
22) 1759-1760: Sultan La Seha
23) 1760-1763: Sultan La Karambau
24) 1763-1788: Sultan La Jampi
25) 1788-1791: Sultan La Masalalamu
26) 1791-1799: Sultan La Kopuru
27) 1799-1823: Sultan La Badaru
28) 1823-1824: Sultan La Dani
29) 1824-1851: Sultan Muh. Idrus
30) 1851-1861: Sultan Muh. Isa
31) 1871-1886: Sultan Muh. Salihi
32) 1886-1906: Sultan Muh. Umar
33) 1906-1911: Sultan Muh. Asikin
34) 1914: Sultan Muh. Husain
35) 1918-1921: Sultan Muh. Ali
36) 1922-1924: Sultan Muh. Saifu
37) 1928-1937: Sultan Muh. Hamidi
38) 1937-1960: Sultan Muh. Falihi
39) mei 2012-19 july 2013: La Ode Muhammad Jafar
40) 13 des. 2013 – sekarang La Ode Muhammad Izat Manarfa.
– Sumber: Wiki
Sultan Buton ke-37 La Ode Hamid (ke-5 dari kiri) bersama pejabat Kesultanan Buton
5) Perang Belanda – Buton, 1755 – 1756
Arsip Makassar No.73 tahun 1755—1756: “ekspedisi perang yang mutakhir (adalah) ke Buton di bawah kewenangan Kapten Rejisweber dari kemiliteran di Makassar”.
– Sejarah perang Belanda-Buton: klik di sini
6) Perang Buton – Makasar, 1666-1667
Perang Buton dengan kerajaan Makassar adalah konskuensi atas kesalahan tindakan Kesultanan Buton: 1) Buton telah memihak kepada VOC, 2) Buton telah menerima dan memberikan suaka kepada Arung Palakka.
Dipimpin Karaeng Bonto Marannu, armada Kerajaan Gowa didukung kesultanan Bima dan Luwu dengan 700 Armada kapal dan 20.000 prajurit menyerang Kesultanan Buton pada akhir tahun 1666, yang pada saat itu kesultanan Buton berada dibawah pemerintahan Sultan ke-10 La Simbata (Sultan Adilil Rakhiya; 1664-1669 M), Pertempuran hebat diteluk Bau-bau oleh kesultanan Buton di bantu dengan Belanda dibawah pimpinan Cornelis Speelman dan prajurit Bone bertempur melawan Armada kerajaan Gowa.
Pertempuran tersebut mengakibatkan kekalahan besar bagi kerajaan Gowa. Dan ribuan prajurit termasuk Karaeng Bonto Marannu di tawan dan di asingkan di Liwuto Makasu (baca; pulau Makasar). Dalam catatan Belanda, Pulau Makkasar dinamakan juga “Makassarsch Kerkhof” atau Kuburan Makassar. Adalah mantan Sultan Ke-9 Buton yang kemudian membebaskan dan memulangkan mereka, sedangkan Daeng Mandangi dan Daeng Mandongi, Serta Karaeng Gasalah kawin dengan penduduk setempat.
Bagi Buton, Speelman dan kompeninya telah memberi pertolongan atas ancaman dan serangan Gowa. Barulah setelah Gowa dikalahkan Buton merasa aman. Speelman menjadi tokoh yang cukup dikenal sebagai ambarali sebagaimana terungkap dalam sumber-sumber lokal yang diperkirakan ditulis pada abad ke-19 di Buton yaitu syair Kanturuna Mobelana.
Lakilaponto, Sultan Murhum – Haluoleo, Raja Muna VII, 1530-1538, Sultan Buton, 1538-1587.
7) Pemerintahan
Sistem kekuasaan di Buton ini bisa dibilang menarik karena konsep kekuasaannya tidak serupa dengan konsep kekuasaan di kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Struktur kekuasaan kesultanan ditopang dua golongan bangsawan: golongan Kaomu dan Walaka. Wewenang pemilihan dan pengangkatan sultan berada di tangan golongan Walaka, namun yang menjadi sultan harus dari golongan Kaomu. Jadi bisa dikatakan kalau seorang raja dipilih bukan berdasarkan keturunan, tetapi berdasarkan pilihan di antara yang terbaik.
Kelompok Walaka yang merupakan keturunan dari Si Panjonga memiliki tugas untuk mengumpulkan bibit-bibit unggul untuk dilatih dan dididik sedemikian rupa sehingga para calon raja memiliki bekal yang cukup ketika berkuasa nanti. Berdasarkan penelitian, Ratu Waa Kaa Kaa adalah proyek percobaan pertama kelompok Walaka ini Selain sistem pemilihan raja yang unik, sistem pemerintahannya juga bisa dikatakan lebih maju dari jamannya. Sistem pemerintahan kerajaan/kesultanan Buton dibagi dalam tiga bentuk kekuasaan:
* Sara Pangka sebagai lembaga eksekutif,
* Sara Gau sebagai lembaga legislatif, dan
* Sara Bhitara sebagai lembaga yudikatif.
– Sumber dan lengkap: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Buton#Pemerintahan
Setelah vakum selama lebih kurang 52 tahun, pada tanggal 25 mei 2012 dilantik Sultan baru di Masjid Agung Keraton Buton.
8) Istana kesultanan Buton: Malige
Terletak di daerah Wajo tidak jauh dari pusat kota Bau-Bau, berdiri sebuah bangunan yang megah dan nampak kokoh yaitu Istana Malige. Tempat ini merupakan rumah bagi Sultan Buton ke-37 yaitu Sultan Muhammad Hamidi Kaimuddin yang berkuasa sejak tahun 1927-1937.
Istana yang dibangun pada tahun 1929 ini memiliki 3 lantai yang hampir keseluruhannya terbuat dari kayu jati. Bila diamati dengan lebih seksama, Istana Malige seakan-akan terdiri dari bagian kepala, badan, dan kaki yang sarat dengan falsafah orang Buton.
Sekarang setelah 81 tahun sejak Istana Malige dibangun, bangunan tersebut tetap nampak kokoh sesakan-akan menyimpan kharismanya sebagai mantan tempat tinggal Sultan. Istana yang namanya diambil dari gelar sultan yang membangunnya yaitu Oputa Yi Malige, kini digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah Kesultanan Buton terutama masa pemerintahan Sultan Muhammad Hamidi Kaimuddin.
– Tentang Istana Malige: https://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
Istana Malige
9) Sumber kesultanan Buton
– Cikal bakal kerajaan Buton adalah kerajaan Wolio: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/wolio-kerajaan-sul-tenggara-kab-buton/
– Sejarah kerajaan Buton: https://id.wikipedia.org/wiki/
– Sejarah kerajaan Buton: http://tanjungkona.blogspot.co.id/
– Sejarah kerajaan Buton: https://www.kompas.com/stori/
– Pelantikan Sultan ke-40th pada 13 des. 2012: http://www.timur-angin.com/
– Sumber (des. 2011): http://www.antaranews.com/
– Sumber (mei 2012): http://opinion-publika.blogspot.co.id/
Peta-peta Sulawesi masa dulu
Untuk peta peta kuno (1606, 1633, 1683, 1700, 1757, 1872, abad ke-19): klik di sini
Peta Sulawesi dan Maluku, tahun 1683