Suku Kaili – Prov. Sulawesi Tengah

Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau. Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso.
Jumlah populasinya sekitar 300.000-350.000 jiwa.

Kerajaan-kerajaan di Tanah Suku Kaili: link

Kab. Donggala


* Foto foto Suku Kaili: link


Lihat pula

– Kerajaan2 di Tanah Kaili: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/kaili-kerajaan2-di-tanah-kaili/
– Pitunggota Kaili: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/pitunggota-prov-sulawesi-tengah-wilayah-suku-kaili/


Umum

Sukua atau Orang Kaili oleh sebagian ahli ilmu bangsa-bangsa disebut juga sebagai orang Toraja Barat atau Toraja Palu, Toraja Parigi-Kaili, Toraja Sigi. Mereka berdiam di wilayah Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah populasinya sekitar 300.000-350.000 jiwa. Suku bangsa Kaili sebenarnya terdiri dari banyak sub-suku bangsa.

Dalam pergaulan antar suku bangsa di Sulawesi bagian tengah setiap nama suku bangsa dilengkapi dengan prefiks to yang berarti “orang”. Sehingga orang Kaili disebut Tokaili atau To Kaili. Sub suku yang lain juga adalah Palu (To-ri-Palu), Biromaru, Dolo, Sigi, Pakuli, Bangga, Baluase, Sibalaya, Sidondo, Lindu, Banggakoro, Tamungkolowi, Baku, Kulawi, Tawaeli (Payapi), Susu, Balinggi, Dolago, Petimpe, Raranggonau dan Parigi.


Mata pencaharian Suku Kaili

Mata pencaharian utama masyarakat Kaili adalah bercocok tanam di sawah dan ladang. Tanaman yang biasa mereka tanam adalah padi, jagung dan sayur-sayuran. Selain itu, pada masa sekarang mereka juga bertanam cengkeh, kopi dan kelapa. Dari hutan mereka mengumpulkan kayu hitam, damar, dan rotan yang cukup mahal harganya. Sebagian di antara mereka menangkap ikan di sekitar pantai dan muara sungai. Mereka juga terkenal sebagai penenun kain tradisional yang cukup terkenal, yaitu sarung Donggala.

Image result for suku kaili

Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian besar tanah dataran dilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan daerah persawahan. Kadang pada musim paceklik masyarakat menanam jagung, sehingga sering juga mereka memakan nasi dari beras jagung (campuran beras dan jagung giling).

Alat pertanian suku Kaili di antaranya : pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi (cangkul), pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan di antaranya: panambe, meka, rompo, jala dan tagau.


Kekerabatan, kekeluargaan dan kemasyarakatan Suku Kaili

Masyarakat ini menggunakan sistem hubungan kekerabatan bilateral. Hubungan perjodohan yang menjadi dambaan lama adalah endogami dan kuatnya pengaruh orang tua dalam penentuan jodoh. Walaupun bentuk keluarga batih cukup berfungsi, akan tetapi kelompok kekerabatan yang terutama adalah keluarga luas bilateral yang mereka sebut ntina. Keluarga luas ini diaktifkan terutama dalam setiap upacara daur hidup. Akan tetapi masyarakat ini juga mengenal sistem pewarisan menurut keturunan ibu dan sistem menetap setelah kawin yang uksorilokal sifatnya.

Struktur sosial masyarakat Kaili pada masa dulu terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah maradika, yaitu golongan bangsawan keturunan bekas raja-raja Kaili dari cikal bakal mereka yang dikenal sebagai to manuru, kedua adalah lapisan to guranungata, yaitu keturunan para pembesar bawahan raja-raja zaman dulu, ketiga lapisan to dea, yaitu orang kebanyakan, dan terakhir lapisan batua atau hamba sahaya. Rajanya mereka sebut magau. Dalam pemerintahannya setiap magau biasanya dibantu oleh beberapa orang tokoh, antara lain, madika malolo (raja muda), madika matua (mangkubumi yang mengurus kemakmuran), ponggawa (pemimpin adat perkauman), galara (penyelenggara hukum peradilan adat), tadulako (panglima atau hulubalang pertahanan dan keamanan), pabicara (semacam hakim), sekarang pelapisan sosial seperti ini semakin hilang.


Agama dan kepercayaan Suku Kaili

Pada masa sekarang sebagian besar orang Kaili menganut agama Islam. Sebelum agama Islam masuk pada abad ke-17, sistem kepercayaan lama mereka yang disebut Balia merupakan pemujaan kepada dewa-dewa dan roh nenek moyang. Dewa tertinggi mereka sebut dengan berbagai gelar, seperti Topetaru (sang pencipta), Topebagi (sang penentu), Topejadi (sang pencipta). Setelah agama islam masuk para penganut dewa-dewa ini mengenal pula istilah Alatala bagi dewa tertingginya.

Dewa kesuburan mereka sebut Buriro. Makhluk-makhluk halus yang menghuni lembah, gunung dan benda-benda yang dianggap keramat disebut tampilangi. Kekuatan-kekuatan gaib dari para dukun dan tukang tenung mereka sebut doti. Kegiatan religi Balia diadakan di rumah pemujaan yang disebut Lobo. Sistem pemujaan religi seperti diperkirakan sebagai salah satu sebab mengapa orang Kaili terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok keagamaan yang sering tertutup dan terasing sifatnya.

Kegiatan saling menolong dalam kehidupan masyarakat Kaili terutama sekali terlihat dalam pelaksanaan upacara-upacara adat yang amat banyak memakan biaya. Saling tolong ini merupakan kewajiban setiap anggota kekerabatan dan mereka namakan sintuvu. Kegiatan gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kaili sekarang banyak mengambil dasarnya dari sintuvu itu.


Sejarah kerajaan-kerajaan di Tanah Suku Kaili

Untuk sejarah kerajaan kerajaan Suku Kaili, klik:https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sulawesi/kaili-kerajaan2-di-tanah-kaili/


Pemerintahan

Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur organisasi pemerintahan di dalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda). Di dalam penyelenggaraan pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (Dewan Pemerintahan Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/Perdana Menteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam Negeri), GALARA (Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan Keamanan/ Panglima Perang) dan SABANDARA (Bendahara dan Urusan Pelabuhan).

Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan Permusyawaratan Rakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk PITUNGGOTA NGATA(Dewan yg Mewakili Tujuh Penjuru Wilayah) atau PATANGGOTA NGATA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah). Bentuk Kota Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan yang memiliki banyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru. Ketua Kota Pitunggota atau Kota Patanggota disebut BALIGAU.

Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa tingkatan yaitu MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau bangsawan),TOTUA NUNGATA (golongan keturunan tokoh-tokoh masyarakat), TO DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golongan hamba/budak).

Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai beberapa raja-raja yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi dan Kulavi. Raja-raja tersebut mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satu dengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu dengan lainnya serta mempererat kekerabatan.

Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu domba antara raja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah Belanda menguasai seluruh daerah kerajaan di Tanah kaili. Tetapi sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda. Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa akhirnya beberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada di antaranya yang ditangkap dan ditawan oleh Belanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.


Sistem Pemerintahan (asli) Suku Kaili yang terlupakan.

– Sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2781056948625673&set=gm.2492708294335430&type=3&theater

Kerajaan-kerajaan di Lembah Palu seringkali dituliskan dengan sebutan Kagaua, yaitu sistem pemerintahan tradisional yang dikepalai oleh seorang Magau. Sejatinya Kagaua merupakan sistem pemerintahan hasil adopsi dari kerajaan-kerajaan di Wilayah Selatan Sulawesi. Perangkat-perangkatnya pun sangat identik dengan apa yang ada di sana, sebut saja Magau dan Mangkau, Madika Matua/Malolo dan Maradika, Sabandara dan Samannara, Galara dan Gallarang, serta Pabicara.

Dalam Perkembangannya, kemudian diadopsi pula beberapa Istilah dari Kerajaan Ternate, semisal ;Kapita (Lau) dan Mayori. Kesultanan Islam pun mempengaruhi Sistem Kagaua dengan diangkatnya seorang Qadhi.
Sejarah Kagaua sebenarnya bukan sesuatu yang berdiri sendiri, mulanya, Suku Kaili hidup berkelompok dengan mengangkat seorang Kepala suku yang disebut sebagai Toma Langgai, Kolektivitas tersebut lahir dari imbas sering terjadinya perang antar suku saat itu, sehingga ketokohan seorang Toma Langgai diangkat berdasarkan kesaktiannya.

Setelah era Toma Langgai, terbentuklah Struktur Organisasi Kerajaan yang lebih maju di Lembah Palu ,sistem itu bernama Langganunu. Menurut beberapa literatur, Langganunu eksis di abad ke-16. Kepala Pemerintahan dalam sistem itu juga disebut sebagai Langganunu, Sebagai Pembantu Langganunu terdapat jabatan To’ Oge Lele, Toma Oge, Tanggarene, Sobo ,m Polelea , Ulutomba danPanjunju. Dalam perkembangannya kemudian Sistem ini dipengaruhi oleh Melayu di Sumatra, karena dengan diangkatnya Pembantu Orang Dekat Langganunu yang disebut sebagai Datu (Datuk) Oge.

Moh Noor Lembah dalam Bukunya, Silsilah Kita Santina, menuliskan; Bahwa pengalihan sistem dari Langganunu ke Kagaua dipelopori oleh seorang tokoh Kerajaan Tawaeli bernama Yuntonu Lemba ,atau Langgo, dalam buku tersebut beliau mengisahkan perjalanan Langgo ke beberapa Kerajaan seperti Gowa, Bone dan Luwu, serta persahabatan Langgo dengan seorang Raja Gowa, bernama ; I Manrigau Dg. Bonto Karaeng Lakiung.


Sumber

– Suku Kaili di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili
– Suku Kaili: http://suku-dunia.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-suku-kaili.html
– Suku Kaili:
https://www.50detik.com/blog/sejarah-suku-kaili/
Sistem Pemerintahan (asli) Suku Kaili:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2781056948625673&set=gm.2492708294335430&type=3&theater
– Tradisi budaya suku Kaili:
http://dikadwijaya.blogspot.co.id/2014/11/tradisi-budaya-masyarakat-suku-kaili_15.html
– Kota Palu dan suku Kaili: http://wisatapalu.com/sejarah-kota-palu-dan-suku-kaili


 

Blog at WordPress.com.