Kerajaan Pamekasan: abad ke16 – 1853. Terletak di tengah pulau Madura, Kabupaten Pamekasan.
The kingdom of Pamekasan: 16th century – 1853. The kingdom was located on the island of Madura, district Pamekasan.
For english, click here
Lokasi pulau Madura
————————-
Lokasi kabupaten Pamekasan
Foto kerajaan Pamekasan: link
Foto Madura
* Foto suku Madura dulu: link
* Foto suku Madura sekarang: link
* Foto raja dan penguasa di Madura: link
Video Suku Madura
* Video tarian adat Madura: link
* Video tari Topeng Madura: link
* Video rumah tradisional khas Madura: link
KERAJAAN PAMEKASAN
Sejarah kerajaan Pamekasan
Daftar raja
Panembahan Ronggo Sukowati
Keraton
Sejarah kerajaan-kerajaan di Madura
Sumber
Sejarah kerajaan Pamekasan, abad ke16 – 1853
Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan.
Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh raja Kertanegara.
Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.
Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri.
Pada abad 19, Pemerintahan Hindia Belanda memberdayakan kelebihan dan kekuatan warga lokal demi mencari keuntungan. Iming-iming gelar kebesaran oleh pihak Hindia Belanda menjadi format legitimatif tersendiri bagi para kolonial. Gelar Sultan diberikan oleh pihak Kolonial kepada Raja Sumenep pada tahun 1825, Raja Pamekasan di tahun 1830, Raja Bangkalan di tahun 1847 diberi gelar Panembahan.
Tahun 1858, Madura dire-organisasi kembali menjadi dua Karesidenan, Madura timur dengan Ibukota Karesidenan di Pamekasan dan Madura Barat dengan Ibukota Karesidenan di Bangkalan, dengan masing masing Karesidenan dikuasai Oleh Belanda. Dan pada 1858 memutuskan untuk menghapus kerajaan Pribumi dan kerajaan Pamekasan menjadi bagian dari Karesidenan dari struktur birokrasi Kolonial, dan pada tahun 1883 dihapuskan kerajaan Sumenep, dan berikut kerajaan Bangkalan pada tahun 1885.
– Sumber dan sejarah lengkap: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pamekasan
Pangeran Adipati Ario Suryokusumo (1842–1853), juga dikenal sebagai Raden Banjir. Beliau cucu Panembahan Mangkuadiningrat. Menjadi raja Pamekasan saat usianya berumur 12 tahun; setelah 9 tahun mengundurkan diri dan kembali ke Sumenep.
Daftar Raja / list of kings
No | Bupati (Nama lain) |
Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | ||
1 | Panembahan Ronggo Sukowati | 1530 | 1616 | ||
2 | Pangeran Purboyo & Pangeran Jimat | 1616 | 1624 | ||
3 | Pangeran Megatsari | 1624 | |||
4 | R. Kanoman R.T.A. Wirosari Ghung Seppo Sumenep |
1685 | |||
5 | R. Dhaksena R.T.A Adikoro I |
1685 | 1708 | ||
6 | R. Sasena R.T.A. Joyonegoro |
1708 | 1708 | ||
7 | R. Asral R.T.A Adikoro II |
1708 | 1737 | ||
8 | R. Sujono R.T.A Adikoro III |
1737 | 1743 | ||
9 | R. Ismail R.T.A Adikoro IV |
1743 | 1750 | ||
10 | R.T.A. Adiningrat | 1750 | 1752 | ||
11 | R. Alsari R.T.A. Cokroadiningrat I Ghung Seppo Pamekasan |
1752 | 1800 | ||
12 | R. Alsana R.T.A Cokroadiningrat II Ghung Tenga |
1800 | 1804 | ||
13 | R. Palgunadi Pangeran Mangku Adiningrat |
1804 | 1842 | ||
14 | R. Banjir Pangeran Adipati Arya Surya Kusumo Raganata |
1842 | 1854 | ||
15 | R. Ario Moh. Hasan | 1854 | 1891 | ||
16 | R. Ario Abdul Aziz Pangeran Mangunadiningrat |
1891 | 1922 | ||
17 | R. Abdul Jabbar R. Adipati Ario Kertoamoprojo |
1922 | 1934 | ||
18 | R. Adipati Abdul Aziz R. Adipati Ario Mangkuadiningrat |
1934 | 1942 | ||
19 | R. Zainal Fattah R. Tumenggung Notoadikusumo |
1942 | 1950 |
– Sumber daftar bupati Pamekasan: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Bupati_Pamekasan
Panembahan Ronggo Sukowati
Panembahan Ronggosukowati menjadi raja di Pamekasan pada periode tahun 1530-1616 masehi, pada saat itu rakyat Pamekasan semakin banyak yang menganut ajaran agama Islam.
Sebelum Pamekasan dipimpin oleh Panembahan Ronggosukuwati, mayoritas rakyat Pamekasan masih menganut agama hindu-budha. Pada masa itu kepemimpinan di Pamekasan masih berada di tangan ayahanda Panembahan Ronggosukowati, yaitu Pangeran Bonorogo. Melihat usia yang sudah tidak muda lagi dan sudah tidak mampu memimpin kerajaan, akhirnya Pangeran Bonorogo menyerahkan kekuasaannya kepada Panembahan Ronggosukowati.
Pangeran Ronggosukowati
Sebelum memimpin Pamekasan, Panembahan Ronggosukowati sempat belajar Agama Islam dan menjadi santri dari Sunan Giri. Setelah pengetahuan Agama Islam nya sudah dirasa cukup, maka beliau pulang ke Pamekasan. Semenjak itulah Pamekasan untuk pertama kalinya dipimpin oleh seorang Raja Islam. Pada masa pemerintahannya, Islam semakin dikenal dan sudah banyak masyarakat yang memeluk Agama Islam. Islam juga sudah ada di Jawa jauh sebelum abad lima belas.
– Sumber: https://jawatimuran.net/2013/04/22/panembahan-ronggo-sukowati-pa%C2%ADmekasan/
– Sumber: http://www.umarfadil.com/2016/12/mengenal-lagu-daerah-pamekasan.html
Pasarean Panembahan Ronggosukowati di Komplek Pemakaman Raja-raja Pamekasan di Kolpajung, Pamekasan. Pemilik Keris Joko Piturun. (Foto/Mata Pamekasan)
Keraton Mandiraras
Bangunan Keraton Mandiraras saat ini menjadi pusat Pemerintahan Bupati Pamekasan. Keraton Mandiraras terletak di tengah-tengah kota Pamekasan.
Keraton Mandiraras dan beberapa kompleks bangunan di sekitarnya ini dibangun pada masa Pangeran Ronggosukowati yang masih memiliki hubungan dengan kerajaan Majapahit. Walaupun dibangun sejak jaman Majapahit namun, hingga sekarang sebagian besar bangunan masih tetap utuh.
Keraton Mandiraras
Sejarah kerajaan-kerajaan di Madura
Sejarah Madura berawal dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati Madura pertama di abad ke-13. Dalam kitab Nagarakertagama khususnya pada lagu ke-15 dikatakan bahwa Pulau Madura pada mulanya menyatu dengan tanah Jawa, hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 1365-an orang Madura dan Jawa merupakan bagian dari masyarakat, budaya yang sama.
Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kerajaan Hindu Jawa Timur seperti Kediri, Singhasari dan Majapahit. Antara 1500 dan 1624, penguasa Madura sampai batas tertentu bergantung pada kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik dan Surabaya. Pada 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram.
Pada tahun 1624, Sultan Agung dari Mataram menaklukkan Madura dan pemerintahan pulau itu berada di bawah kekuasaan Cakraningrat, satu garis pangeran. Keluarga Cakraningrat menentang kekuasaan Jawa Tengah dan seringkali menaklukkan sebagian besar Mataram.
Setelah Perang Suksesi Jawa Pertama antara Amangkurat III dan pamannya, Pangeran Puger, Belanda menguasai setengah bagian timur Madura pada tahun 1705. Pengakuan Belanda atas Puger dipengaruhi oleh penguasa Madura Barat, Cakraningrat II yang diperkirakan mendukung klaim Puger dengan harapan perang baru di Jawa Tengah akan memberikan kesempatan bagi orang Madura untuk ikut campur. Namun, ketika Amangkurat ditangkap dan diasingkan ke Ceylon, Puger mengambil gelar Pakubuwono I dan menandatangani perjanjian dengan Belanda yang memberi mereka Madura Timur.
Para Cakraningrat setuju untuk membantu Belanda menumpas pemberontakan tahun 1740 di Jawa Tengah setelah pembantaian Cina tahun 1740. Dalam perjanjian tahun 1743 dengan Belanda, Pakubuwono I menyerahkan kedaulatan penuh Madura kepada Belanda, yang diperebutkan oleh Cakraningrat IV. Cakraningrat melarikan diri ke Banjarmasin, berlindung dengan Inggris, dirampok dan dikhianati oleh sultan, dan ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Tanjung Harapan.
Pada abad 19, Pemerintahan Hindia Belanda memberdayakan kelebihan dan kekuatan warga lokal demi mencari keuntungan. Iming-iming gelar kebesaran oleh pihak Hindia Belanda menjadi format legitimatif tersendiri bagi para kolonial. Gelar Sultan diberikan oleh pihak Kolonial kepada Raja Sumenep pada tahun 1825, Raja Pamekasan di tahun 1830, Raja Bangkalan di tahun 1847 diberi gelar Panembahan.
Tahun 1858 , Madura dire-organisasi kembali menjadi dua Karesidenan, Madura timur dengan Ibukota Karesidenan di Pamekasan dan Madura Barat dengan Ibukota Karesidenan di Bangkalan, dengan masing masing Karesidenan dikuasai Oleh Belanda. Dan pada 1858 memutuskan untuk menghapus Kerajaan Pribumi dan Kerajaan Pamekasan menjadi bagian dari Karesidenan dari struktur birokrasi Kolonial, dan pada tahun 1883 dihapuskan Kerajaan Sumenep, dan berikut Kerajaan Bangkalan pada tahun 1885.
Sumber / Source
– Sejarah Kab. Pamekasan di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pamekasan#Sejarah_Kabupaten_Pamekasan
– Sejarah Kab. Pamekasan: http://kamilpramuka.blogspot.com/2012/08/sejarah-pamekasan.html
– Sejarah Kab. Pamekasan: http://www.pulaumadura.com/2015/01/asal-usul-kabupaten-pamekasan-madura.html
– Sumber daftar bupati Pamekasan: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Bupati_Pamekasan
– Panembahan Ronggosukawati: https://jawatimuran.net/2013/04/22/panembahan-ronggo-sukowati-pa%C2%ADmekasan/
– Panembahan Ronggosukawati: http://www.umarfadil.com/2016/12/mengenal-lagu-daerah-pamekasan.html
– Kejayaan kerajaan Pamekasan pada pemerintahan pangeran Ronggosukowati: http://agussiswoyo.com/sejarah-nusantara/kejayaan-kerajaan-pamekasan-pada-pemerintahan-pangeran-ronggosukowati/
———————-
– Sejarah pulau Madura: https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Madura#Sejarah
– Asal usul pulau Madura: https://madurajatim.wordpress.com/2011/06/14/asal-usul-pulau-madura/
Peta lokasi Madura tahun 1616
Great article. My grandfather was the regent from Pamekasan from 1942-1950: Zainalfattah Notoadikusumo.
I would love to get more information about him.
My father Raden Ario Muhamet Hasan Notoadikusumo sadly past away in Amsterdam.
Thank you for your reaction. But, we are sorry not having more information.
Paul, editor of the website
Hi Sri Djelita,
I am Indra Jaya Prawira Yuda, the grand children of Itje Hadidjah Notoadikusomo (Hasan Notoadikusumo sister’s) who passed away in 2009, Surabaya, Indonesia.
I am the oldest grand children of her and now live in Jakarta. Hoping you and all family member in NL are well. Kindly also send my warm greetings to all family. I am so glad that I can found my family here.
mohon informasi silsilah panembahan adipati adiningrat I trims