Kesultanan Sumbawa atau juga dikenal dengan kerajaan Samawa: dari 1674. Terletak di pulau Sumbawa, kota Sumbawa Besar, Prov. Nusa Tenggara Barat.
The Sultanate of Sumbawa, also known as the kingdom of Samawa: founded 1674; located on the island of Sumbawa, in the city of Sumbawa.
For english, click here
Lokasi pulau Sumbawa
————————-
Lokasi kota Sumbawa Besar di Pulau Sumbawa
Foto kesultanan Sumbawa
* Foto kesultanan Sumbawa: link
* Foto Istana Dalam Loka: link
* Video penobatan (installation) Sultan, 2011: link
* Video penobatan (installation) Sultan, 2011: link
Foto kerajaan-kerajaan di P. Sumbawa
* Foto raja-raja dulu di P. Sumbawa: link
* Foto raja-raja yang masih ada di P. Sumbawa: link
* Foto istana di P. Sumbawa: link
* Foto situs kuno di P. Sumbawa: link
Video sejarah Sumbawa dan NTB, 40.000 SM – sekarang: link
Garis kerajaan-kerajaan di Sumbawa: link
KESULTANAN SUMBAWA
Hidup kembali kesultanan 2011
Sejarah kesultanan Sumbawa
Daftar Raja
Istana / Palace
Peta kuno pulau Sumbawa
Sejarah singkat pulau Sumbawa
Sumber / Source
Sultan sekarang dan hidup kembali kesultanan, 2011
Setelah vakuum 36 tahun, Sultan baru dilantik, tahun 2011. link
Nama Sultan: Sultan Sumbawa XVII, Daeng Abdurrahman Kaharuddin.
Sultan Sumbawa XVII, Daeng Abdurrahman Kaharuddin.
Sejarah kesultanan Sumbawa
c.1650: Sumbawa dibentuk.
1816: Letusan Tambora pada tahun 1815 mengacaukan negara.
1837: Negara dipulihkan.
1908: Negara dipadamkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
1931: Garis aturan secara nominal dipulihkan.
Masa kesultanan Sumbawa dimulai sejak berakhirnya Dinasti Dewa Awan Kuning yang menganut paham Animisme. Tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu Dinasti Dewa Awan Kuning. Diperkirakan agama Hindu-Budha telah berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Sumbawa sekitar 200 tahun sebelum invasi kerajaan Majapahit ke wilayah ini.
Masuknya Islam ke Sumbawa telah mempercepat dan mengkatalis terbentuknya kesultanan Sumbawa yang dikenal dengan nama Dinasti Dewa Dalam Bawa. Agama Islam masuk ke Pulau Sumbawa lebih dahulu dari pada Pulau Lombok antara tahun 1450–1540 yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Jawa dan Sumatera, khususnya Palembang.
Sultan yang pertama memimpin Sumbawa adalah Dewa Mas Pamayam (Mas Cini) 1648-1666. Ada tiga “gelar induk” atau Puin Kajuluk yang digunakan sebagai nama gelar kesultanan Sumbawa: Sultan Harun Arrasyid, Sultan Jalaluddin, dan Sultan Kaharuddin.
Pemberhentian Mas Goa secara paksa pada tahun 1673 mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di Sumbawa. Satu tahun berikutnya, pada 1674 Dinasti baru terbentuk dan diberi nama Dinasti Dewa Dalam Bawa. Saat itu rakyat Sumbawa sudah mulai memeluk agama Islam. Dinasti Dewa Dalam Bawa ini berkuasa hingga tahun 1958.
Tahun 1673, Kompeni (Belanda) mendarat di Sumbawa. Tahun 1674, 12 Juni 1674, kerajaan Sumbawa terpaksa menanda tangani perjanjian dengan Kompeni Belanda dan melepaskan haknya atas Selaparang. Tahun 1702, Raja Mas Bantan menyerahkan kerajaan kepada puteranya Amas Madina yang bergelar Muhammad Jalaluddin Syah. Tahun 1723, Sultan Muhammad Jalaluddin dari Sumbawa menyerang kekuasaan Bali di Selaparang.
Pada tahun 1732 kekuasaan atas kesultanan Sumbawa kembali dipegang oleh keturunan Mas Bantan (Sultan Harunurrasyid) yaitu Sultan Muhammad Kaharuddin I (1732-1758) anak dari Dewa Maja Jereweh.
Setelah Sultan Kaharuddin I wafat, kekuasaan diambil alih oleh istrinya, I Sugiratu Karaeng Bontoparang, yang bergelar Sultanah Siti Aisyah yang merupakan anak Sultan Muhammad Jalaluddin Syah. Raja wanita ini dikenal sering berselisih paham dengan pembantu-pembantu sultan, sehingga pada tahun 1761 ia diturunkan dari tahta. I Sugiratu Karaeng Bontoparang sejatinya akan digantikan oleh Lalu Mustanderman Datu Bajing, namun ia menolak. Lalu Mustanderman Datu Bajing kemudian menyarankan untuk mengangkat adiknya yaitu Lalu Onye Datu Ungkap Sermin (1761-1762). Setelah masuknya VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) Belanda, Kesultanan Sumbawa berhasil ditaklukkan dan menjadi bagian wilayah Gubernemen Celebes, dan sesuai dengan pembagian wilayah afdeeling maka Sumbawa masuk wilayah Karesidenan Timor (Timor en Onderhoorigheden) dengan ibu kota di Sumbawa Besar.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III (1833-1931), dibangun Istana Dalam Loka Samawa. Hal ini sangat dimungkinkan karena Sultan Muhammad Jalaluddin III menjalankan roda pemerintahan selama 48 tahun. Setelah ia meninggal pada tahun 1931, tahta sultan turun kepada putra mahkota, yang mendapat gelar Sultan Muhammad Kaharruddin III.
Setelah Sultan Muhammad Kaharuddin III wafat pada tahun 1975, sempat terjadi kekosongan tahta kesultanan Sumbawa selama 36 tahun. Baru pada 5 April 2011 melalui musakara rea Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) putra mahkota Sultan Muhammad Kaharuddin III, Daeng Muhammad Abdurrahman Kaharuddin, dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa ke-17 dengan gelar Sultan Muhammad Kaharuddin IV.
Sultan Sumbawa Kaharuddin III dan permaisuri, diabadikan sehabis upacara Penobatan tahun 1931.
Daftar Sultan
Penguasa Dinasti Dewa Dalam Bawa.
Dinasti Dewa Dalam Bawa berkuasa sejak berakhirnya pemerintahan Dinasti Awan Kuning yaitu pada tahun 1623.
* 1675 – 1701: Dewa Mas Bantan
* 1701 – 1725: Dewa Mas Madina
* 1725 – 1731: Dewa Mas Muhammad Jalaluddin I
* 1731 – 1759: Dewa Mas Mapasusung Muhammad Kahharuddi
* 1759 – 1761: I Sugi Karaeng Bantoa (f)
* 1761 – 1763: Hasanuddin Datu Jereweh
* 1763 – 1766: Dewa Mas Muhammad Jalaluddin II
* 1766 – 1780: Mappacongga Mustapha
* 1780 – 1791: Mahmud Datu Jereweh
* 1791 – 1795: Safiatuddin Daeng Masiki
* 1796 – 1816: Muhammad Kahharuddin II
* 1816 – 1837: Disrupted
* 1837 – 1843: Lulo Murso
* 1843 – 1883: Amarullah
* 1883 – 1908: Muhammad Jalaluddin
* 1908 – 1931: Interregnum
* 1931 – 1958: Muhammad Kahharuddin III (d. 1975)
* 1958 – 2011: Interregnum
* 5 Apr 2011: Muhammad Kahharuddin IV (b. 1941)
– Sumber / Source: link
Istana / Palace
Ada 3 Istana
1) Istana Bala Kuning
Istana ini adalah kediaman pribadi Sultan Muhammad Kaharuddin.
* Foto Istana Bala Kuning: link
2) Istana Dalam Loka
Istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan-bangunan istana yang telah dibangun di tanah tersebut sebelumnya karena telah lapuk dimakan usia bahkan hangus terbakar. Istana-istana itu diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia. Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata yakni dalam yang berarti istana atau rumah-rumah di dalam istana dan loka yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka bermakna istana tempat tinggal raja.
* Foto Istana Dalam Loka: link
* Tentang istana Dalam Loka: benyaminlakitan.com
3) Istana Wisma Praja
Bangunan bersejarah selain Istana Dalam Loka adalah Wisma Praja yang terletak di Brangbara, Sumbawa Besar. Dibangun pada tahun 1932, merupakan tempat kediaman terakhir Sultan Kaharuddin II, dan kemudian menjadi istana Belanda. Arsitektur khas Belanda tampak kental sekali pada bangunan ini. Di kawasan ini dulunya berdiri rumah-rumah pegawai kerajaan yang sekarang tidak ada lagi.
* Foto foto Wisma Praja: link
* Tentang Istana: http://titiendj-panorama.blogspot.co.id/2014/07/sejenak-melongok-sumbawa.html
Kemutar Telu, federasi 3 kerajaan di bawah kesultanan Sumbawa
Tiga kerajaan di bawah kekuasaan kesultanan Sumbawa, yaitu kerajaan Taliwang, kerajaan Seran dan kerajaan Jereweh, merupakan federasi Kemutar Telu; mereka mempunyai delapan macam kewajiban, menurut istilah adatnya “Sonap lawang blau balu” (melalui pintu delapan) yaitu:
* Pertama: Nguri, persembahan berupa uang dalam bilangan tertentu menurut kedudukan sesuaru pejabat kepada raja, bila Raja ditimpa duka / suka.
* Kedua: Turut membuat kuta (benteng) negeri Sumbawa, membuat tembok “Dalam” dan mengumpulkan kayu sepang.
* Ketiga: Mengumpulkan kain dan orang, serta ikut mengiringi raja bila berkunjung ke Makassar.
* Keempat: Membawa hantaran (istilah adatnya: perisi atau tekan tonang) dan menghadiri upacara kematian.
* Kelima: Sama dengan empat pada upacara perkawinan, khitan dan sebagainya.
* Keenam: Membuat / mengerjakan bendungan dan selokan bersama rakyat dari Mata hingga Sekongkang
* Ketujuh: Memberi bantuan jika terjadi peperangan
* Kedelapan: Membayar uang peti.
Peta kuno pulau Sumbawa (Cambaua)
Klik di sini untuk peta pulau Sumbawa tahun 1598, 1606 Sumbawa / Nusantara, 1614, 1615, 1697 Sumbawa / Nusantara 1800-an, 1856, 1856, 1910.
Pulau Sumbawa 1615
Sejarah singkat kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa
Abad ke-13: kerajaan2 kecil yang merupakan permulaan sejarah Samawa (Sumbawa), kerajaan2 kecil tersebut sudah ada sekitar abad ke-13 masehi oleh kerajaan2 hindu pengaruh dari majapahit. Kerajaan2 kecil di Tana Samawa adalah:
– Kerajaan Gunung Setia di Sumbawa
– Kerajaan Ai Renung di Batu Tering, Moyo Hulu
– Kerajaan Dewa Mas Kuning di selesek, Ropang
– Kerajaan Dewa Awan Kuning di Sampar Semulan
– Kerajaan Perumpak dekat pernek
– Kerajaan Gunung Galesa di Moyo Hilir
– Kerajaan Tangko di Empang
– Kerajaan Kolong di Plampang
– Kerajaan Alas di Alas
– Kerajaan Seran di Seteluk
– Kerajaan Taliwang di Taliwang
– Kerajaan Jereweh di Jereweh
Kerajaan2 kecil di Tana Samawa di persatukan menjadi satu kerajaan pada tahun 1623, pada masa pemerintahan Raja Goa I Mangarangi Daeng Manrabia, Sultan Alauddin TU Menanga RI Gaukanna.
Abad ke 14 dan 15: di Sumbawa terdapat sekitar 8 buah kerajaan besar dengan masing-masing memiliki kerajaan satelit, yaitu:
1) Kerajaan Utan Kadali di Utan,
2) Kerajaan Seran di Seteluk, KSB,
3) Kerajaan Taliwang, di KSB,
4) Kerajaan Jereweh di KSB,
5) Kerajaan Ngali, di Lape,
6) Kerajaan Sampar Samulan di Moyo Hulu.
7) Kerajaan Gunung Galesa, di Olat Po Moyo Hilir,
8) Kerajaan Gunung Setia di Sumbawa.
Dari kedelapan kerajaan yang disebut di atas, 5 (lima) diantaranya merupakan kerajaan tertua, yaitu:
Kerajaan Ngali,
Kerajaan Utan Kadali,
Kerajaan Sampar Samulan,
Kerajaan Seran, dan
Kerajaan Taliwang.
Kerajaan Ngali diperkirakan berdiri pada abad ke-5 M. Kerajaan ini merupakan kerajaan paling tua dan terbesar di Sumbawa pada saat itu dengan wilayah kekuasaan mencakup wilayah Sumbawa Timur dan sebagian Sumbawa Selatan.
Nagarakretagama abad ke-14 menyebutkan beberapa kerajaan yang berada di Sumbawa: Dompu, Bima, Sape dan Sang Hyang Api. Empat kerajaan kecil di Sumbawa barat merupakan ketergantungan kekaisaran Majapahit di Jawa Timur. Karena sumber daya alam, Sumbawa sering diserang oleh kekuatan luar – dari Jawa, Bali, Makassar, Belanda dan Jepang.
Kelahiran Dompu sebagai cikal bakal kerajaan telah dimulai sejak abad ke-7 yaitu pada zaman Sriwijaya. Menjadi kesultanan tahun 1545.
Kerajaan Bima abad ke14 – ke15 adalah salah satu wilayah di bawah kekuasaan Majapahit. Kesultanan Bima didirikan tahun 1640.
Kerajaan Sumbawa sudah ada abad ke-14. Kerajaan ini menjadi kesultanan tahun ca 1650.
Belanda pertama kali tiba di Sumbawa pada tahun 1605, namun tidak secara efektif memerintah Sumbawa sampai awal abad ke-20.
Kerajaan Gelgel di Bali memerintah Sumbawa barat untuk waktu yang singkat juga. Bagian timur pulau itu juga merupakan rumah bagi kesultanan Bima, sebuah pemerintahan Islam yang memiliki hubungan dengan orang Bugis dan Makasar di Sulawesi Selatan, serta kepolisian Melayu-Islam lainnya di nusantara.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa orang-orang di pulau Sumbawa dikenal di Hindia Belanda karena madu, kuda, kayu sappan mereka untuk memproduksi pewarna merah, dan kayu cendana digunakan untuk dupa dan obat-obatan. Kawasan itu dianggap sangat produktif secara pertanian.
Pada abad ke-18, Belanda mengenalkan perkebunan kopi di lereng barat Gunung Tambora, sebuah gunung berapi di sisi utara Sumbawa, sehingga menciptakan varian kopi Tambora.
Letusan kolosal Tambora pada tahun 1815 adalah salah satu yang paling kuat sepanjang masa, mendepak 150 kilometer kubik abu dan puing ke atmosfer. Letusan tersebut menewaskan hingga 71.000 orang dan memicu periode pendinginan global yang dikenal sebagai “Tahun Tanpa Musim Panas” pada tahun 1816. Ini juga tampaknya menghancurkan budaya kecil afinitas Asia Tenggara, yang dikenal oleh para arkeolog sebagai “budaya Tambora”. Akibat letusan Gunung Tambora 3 kerjaan di Sumbawa dihancur: kerajaan Sanggar, kerajaan Tambora dan kerajaan Pekat.
Sultan Muhammad Djalaluddinsyah III [1883 -1931] Sultan Sumbawa ke- 16, berfoto bersama Tau Rabawa petugas pembawa Parewa Kamutar (1900)
Sumber kesultanan Sumbawa
– Kesultanan Sumbawa di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Sumbawa
– Sejarah kesultanan Sumbawa: link
– Sejarah kesultanan Sumbawa: link
– Sejarah kesultanan Sumbawa: http://www.sumbawakab.go.id/index_static.html?id=108
– Daftar Raja Sumbawa: link
– Tentang istana Dalam Loka: https://benyaminlakitan.com/2014/12/08/indonesia-145-istana-dalam-loka-sumbawa-besar/
– Tentang Istana: http://titiendj-panorama.blogspot.co.id/2014/07/sejenak-melongok-sumbawa.html
– Sejarah keris kesultanan Bima dan Sumbawa: link
———————-
Facebook
On Facebook: link
Peta lokasi kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa