Kerajaan Kotawaringin: 1615 – 1948. Terletak di Kalimantan, Kab. Kotawaringin Barat, prov. Kalimantan Tengah.
Gelar raja Kotawaringin: Pangeran Ratu.
Kerajaan Kepangeranan Kotawaringin (Kutaringin) adalah sebuah kerajaan kepangeranan yang merupakan cabang keturunan kesultanan Banjar. Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637.
Kerajaan ini dengan rajanya masih ada (2022).
Kingdom of Kotawaringin: 1615 – 1948. Located in the district of West Kotawaringin. The first Dutch contract with Kotawaringin was in 1637. This kingdom still exists.
The title of the king of Kotawaringin: Pangeran Ratu.
For english, click here
Lokasi Kab. Kotawaringin
Foto kerajaan Kotawaringin
* Foto kerajaan Kotawaringin: link
* Foto Istana Kuning: link
* Foto Istana Al Nursari: link
Garis kerajaan-kerajaan di Kalimantan: link
Foto kerajaan-kerajaan di Kalimantan
* Foto sultan dan raja yang masih ada di Kalimantan: link
* Foto raja2 di Kalimantan dulu: link
* Foto istana kerajaan di Kalimantan: link
* Foto Kalimantan dulu: link
* Foto perang belanda di Kalimantan, abad ke-19: link
KERAJAAN KOTAWARINGIN
1 Kebangkitan kerajaan, 2010.
2 Sejarah kerajaan Kotawaringin
3 Daftar Raja
4 Istana
5 Singgasana kerajaan Kotawaringin
6 Peta Kalimantan (Borneo) kuno
7 Sumber / Source
1) Kebangkitan kerajaan, 2010.
16 mei 2010
Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah dinobatkan sebagai Sultan ke-15 Kesultanan Kotawaringin.
Penobatan dilaksanakan di Istana Kuning, Minggu (16/5). Alidin merupakan putra tertua dari Sultan ke-14 Kotawaringin, Pangeran Ratu Alamsyah.
Tentang gelar raja Kotawaringin
Sejak diperintah Dinasti Banjarmasin, Kotawaringin secara langsung menjadi bagian dari Kesultanan Banjar, sehingga sultan-sultan Kotawaringin selalu memakai gelar Pangeran jika mereka berada di Banjar. Tetapi di dalam lingkungan Kotawaringin sendiri, para Pangeran (Pangeran Ratu) yang menjadi raja juga disebut dengan “Sultan” karena kedudukannya sejajar dengan Sultan Muda/Pangeran Mahkota di Kesultanan Banjar.
2) Sejarah kerajaan Kotawaringin, 1615 – 1948
Kerajaan Kepangeranan Kotawaringin (Kutaringin) adalah sebuah kerajaan kepangeranan yang merupakan cabang keturunan kesultanan Banjar dengan wilayah intinya sekarang yang menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah yang menurut catatan istana al-Nursari (terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615 atau tahun 1619 atau 1530.
Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun ini dianggap pertama kalinya Kotawaringin diperintah seorang Raja sesuai dengan Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis tahun 1663 dan di antara isinya tentang berdirinya kerajaan Kotawaringin pada masa Sultan Mustain Billah (1595 – 1620).
Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian yang dipimpin oleh Dipati Ngganding. Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan kesultanan Banjar, negeri Kotawaringin merupakan salah satu negara dependensi (negara bagian) di dalam “negara Banjar Raya”.
Sejak diperintah Dinasti Banjarmasin, Kotawaringin secara langsung menjadi bagian dari kesultanan Banjar, sehingga sultan-sultan Kotawaringin selalu memakai gelar Pangeran jika mereka berada di Banjar. Tetapi di dalam lingkungan Kotawaringin sendiri, para Pangeran (Pangeran Ratu) yang menjadi raja juga disebut dengan “Sultan” karena kedudukannya sejajar dengan Sultan Muda/Pangeran Mahkota di kesultanan Banjar.
Lokasi kerajaan Kotawaringin, 1817
Kerajaan Kotawaringin merupakan pecahan kesultanan Banjar pada masa Sultan Banjar IV Mustainbillah (1595 – 1620) yang diberikan kepada puteranya Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Sebelumnya Kotawaringin merupakan sebuah kadipaten, yang semula ditugaskan oleh Sultan Mustainbillah sebagai kepala pemerintahan di Kotawaringin adalah Dipati Ngganding (1615)?.
Oleh Dipati Ngganding kemudian diserahkan kepada menantunya Pangeran Dipati Anta-Kasuma. Menurut Hikayat Banjar, wilayah Kotawaringin adalah semua desa-desa di sebelah barat Banjar (sungai Banjar = sungai Barito) hingga sungai Jelai. Wilayah kerajaan Kotawaringin paling barat adalah Tanjung Sambar (Kabupaten Ketapang), batas utara adalah Gunung Sarang Pruya (kabupaten Melawi) dan di timur sampai sungai Mendawai (Tanjung Malatayur) yaitu bagian barat Provinsi Kalimantan Tengah, sedangkan bagian timur Kalimantan Tengah yang dikenal sebagai daerah Biaju (Tanah Dayak) serta daerah pedalaman yang takluk kepadanya tetap di bawah otoritas kepala suku Dayak.
Kotawaringin sempat menjajah negeri Matan dan Lawai atau Pinoh dan menuntut daerah Jelai sebagai wilayahnya. Daerah aliran sungai Pinoh (Kabupaten Melawi) merupakan termasuk wilayah kerajaan Kotawaringin. Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.
Sultan IX Pangeran Ratu Imanuddin (1805-1841) memindahkan pusat pemerintahan dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun di Istana Kuning.
Setelah Kemerdekaan RI, wilayah kerajaan menjadi bagian wilayah negara Republik Indonesia dengan status kewedanan. Selanjutnya, wilayah tersebut mengalami perkembangan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat.
– Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kotawaringin
Kebangkitan kerajaan, 2010.
16 mei 2010: Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah dinobatkan sebagai Sultan ke-15 Kesultanan
Kotawaringin. Penobatan dilaksanakan di Istana Kuning, Minggu. Alidin merupakan putra tertua
dari Sultan ke-14 Kotawaringin, Pangeran Ratu Alamsyah.
Pengukuhan gelar Raja Muda Pada Pangeran Muhamad Imanudin Putra Mahkota Kesultanan Kotawaringin oleh Sri Paduka Sultan Kotawaringin Pangeran Ratu Sukma Alamsyah ke-13.
Gelar Raja Muda diberikan sebelum Alm Sri Paduka Mangkat (wafat 1939) pada Putra Mahkota dengan gelar Pangeran Kusuma Anum Alamsyah 1937 di halaman Istana Kuning Indrasari
setelah Sri Paduka Sultan Kotawaringin wafat tahun 1939.
Pada Tahun 1940 Putra Mahkota Raja Muda di nobatkan sebagai Sultan Kotawaringin ke-14 dengan gelar Sri Paduka Pangeran Ratu Alamsyah ke-14
3) Daftar Raja
Daftar Pangeran Ratu (Pangeran Adipati) Kutaringin
Pangeran Ratu (Adipati) yang pernah memerintah hingga masuknya penjajah Belanda dengan urutan sebagai berikut:
- ?-1598: Tongara Mandi (Adipati atau Dipati Ngganding/Dipati Gendang
- 1598-1633/1637: Kiai Gede (penjabat Adipati)- keponakan Tongara Mandi
- 1637-1650: Pangeran Dipati Anta-Kasuma (menantu Dipati Ngganding) – mangkubumi Kiai Gede
- 1650-1700: Pangeran Mas Adipati (anak) – mangkubumi Dipati Gading
- 1700-1720: Panembahan Kota Waringin (anak) – mangkubumi Dipati Gading
- 1720-1750: Pangeran Prabu/Panembahan Derut (anak) – mangkubumi Pangeran Dira
- 1750-1770: Pangeran Adipati Muda (anak) – mangkubumi Pangeran Cakra
- 1770-1785: Pangeran Panghulu (anak) – mangkubumi Pangeran Anom
- 1785-1792: Pangeran Ratu Bagawan (anak) – mangkubumi Pangeran Paku Negara
- 1792-1817: Pangeran Ratu Anom Kasuma Yudha (anak)
- 1817-1855: Pangeran Imanudin/Pangeran Ratu Anom (anak)
- 1855-1865: Pangeran Akhmad Hermansyah (anak)
- 1865-1904: Pangeran Ratu Anom Alamsyah I (anak)
- 1905-1913: Pangeran Ratu Sukma Negara (paman)
- 1913-1939: Pangeran Ratu sukma Alamsyah (cucu)
- 1939-1948: Pangeran Kasuma Anom Alamsyah II (anak)
- Pangeran Muasyidin Syah(dynastychief/son of last Pangeran Ratu of K.;f.i. in 2008)
- 2010 – sekarang: Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah (anak Pangeran Ratu Sukma Alamsyah)
– Sumber / Source Wiki: link
Pangeran Adipati ke-15, Alidin Sukma Alamsyah.
4) Istana
Ada 2 Istana
1) Istana Lawang Agung Bukit Indra Kencana atau disebut juga dengan Istana Kuning di Pangkalan Bun.
Istana Kuning ini merupakan Istana kedua Kesultanan Kutaringin dan dibangun saat kerajaan dipimpin oleh Sultan ke-9 Pangeran Ratu Muhammad Imanuddin (1805-1841).
Kuning terdiri dari empat bangunan yaitu: Bangsal (tempat penerimaan tamu kerajaan), Rumbang (tempat raja bersemedi), Dalem Kuning (pusat pemerintahan, dan tempat tinggal raja), dan Pedahiran (ruang makan kerajaan).
– Istana Kuning: https://cakidur.wordpress.com/
* Foto Istana Kuning kerajaan Kotawaringin: link
Istana Lawang Agung Bukit Indra Kencana atau disebut juga dengan Istana Kuning
2) Istana Al Nursari
Astana ini didirikan pada tahun 1867 M oleh Sultan Pangeran Paku Sukma Negara (Sultan Ke XII). Fungsi dari Astana Al-Nursari ini bukanlah sebagai istana pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja, melainkan sebagai tempat tinggal kaum bangsawan keturunan Raja/Sultan Kotawaringin yang masih menetap di Kotawaringin Lama setelah perpindahan pusat kerajaan ke Pangkalan Bun.
– Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
* Foto istana Al Nursari: link
Istana Al Nursari
5) Singgasana kerajaan Kotawaringin
6) Peta Kalimantan (Borneo) kuno
Untuk peta-peta Kalimantan kuno (1570, 1572, 1594, 1601, 1602, 1740, 1747, 1760, 1835), klik di sini.
Peta Kalimantan (Borneo) tahun 1601
7) Sumber kerajaan Jongkong
– Sejarah kerajaan Kotawaringin di Wiki: link
– Sejarah kerajaan Kotawaringin: http://tahtabanjar.blogspot.co.id/
– Sejarah kerajaan Kotawaringin: https://daerah.sindonews.com/read/
– Sejarah kerajaan Kotawaringin: https://situsbudaya.id/kerajaan-kotawaringin/
– Daftar Raja Kotawaringin: https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kotawaringin
– Sejarah Istana: https://cakidur.wordpress.com/
– Sejarah Istana: link
Peta kerajaan-kerajaan Kalimantan Barat dulu
Kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat, tahun 1800
———————
Kerajaan-kerajaan di Kalimantan barat abad ke-19 dan awal abad ke-20
Tolong perjelas lagi apa faktor penyebab asal usul Kotim…
Untuk sejarah kesultanan Kotawaringin, lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kotawaringin. Makasi, Paul.
Koreksi : nama kerajaannya bukan Kotawaringin, tapi Kutaringin
Terima kasih atas koreksi Anda, kami sudah ubah nama di website !
Dengan hormat, Paul