Suku Pamona (Poso) – Prov. Sulawesi Tengah

Suku Pamona (Poso) ini mendiami Kabupaten Poso di Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu di Kecamatan Poso Kota Poso Pesisir, Una-Una, Walea, Lage, Pamona Utara, Pamona Selatan, Ampana Kota, Ampana Barone, Ulubongka, dan Tojo. Jumlah populasinya sekitar 125.000 jiwa.

Wilayah Poso


Referensi : Adriani en Kruyt 1912, Kennedy 1935, Kaudern 1937

Mata pencaharian Suku Pamona

Mata pencaharian utama masyarakat ini adalah pertanian di ladang tebang bakar dan berpindah, walaupun sebagian sudah ada pula yang bercocok tanam menetap di sawah dan kebun. Tanaman utamanya adalah padi, disamping jagung, sayur-mayur dan palawija. Pada masa sekarang mereka semakin tertarik kepada pertanian menetap, terutama sejak diperkenalkannya tanaman komoditi seperti cengkeh dan kopi. Sebagian anggota masyarakatnya masih memiliki mata pencaharian sebagai peramu hasil hutan dan berburu binatang liar.

Afbeeldingsresultaat voor suku pamona

Kekerabatan Suku Pamona

Prinsip hubungan kekerabatan orang Pamona pada dasarnya bilateral. Pasangan keluarga baru biasanya tinggal di lingkungan rumah pihak isteri, sampai mereka mempunyai anak pertama dan sudah merasa sanggup untuk berdiri sendiri.

Agama dan kepercayaan Suku Pamona

Pada masa sekarang orang Pamona sudah memeluk agama Islam atau Kristen. Sistem kepercayaan asli mereka bersifat animisme dan mempercayai adanya dewa-dewa (pue) yang mempengaruhi alam dan kehidupan. Tokoh dewa yang paling mereka segani adalah Pue N’Palaburu, yaitu dewa pencipta alam yang berdiam di tempat matahari terbit dan terbenam, karena itu juga dikenal sebagai Dewa Matahari. Tokoh dewa yang sering dimintai pertolongan dalam pengobatan penyakit karena gangguan roh jahat adalah Pue Ni Songi. Dewa yang sering pula dihubungi untuk berbagai upacara keagamaan adalah Wurake. Selain dewa-dewa, kekuatan adikodrati lain mereka anggap berasal dari roh-roh nenek moyang. Kekuatan makhluk gaib itu hanya bisa dihubungi dengan perantaraan para syaman. Roh para leluhur perlu diberi sesajian dalam setiap tahap proses perputaran lingkaran hidup, serta untuk meminta perlindungan agar jangan diganggu oleh makhluk jadi-jadian yang disebut tau mepongko.

Afbeeldingsresultaat voor suku pamona


Struktur sosial masyarakat Pamona

 – Sumber: Pramaartha Pode, https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10215714263551808&set=gm.1161594130709676&type=3&theater

Molamoa

Dalam berbagai tulisan sudah sering saya sampaikan untuk memahami struktur sosial masyarakat Poso, setidaknya sampai dengan akhir abad 19 maka kita harus memahami terlebih dahulu agama suku to Pamona yang lazim dikenal Molamoa.
Kalau kita memahami agama molamoa, maka kita akan mengenali apa perbedaan Mokole, kabose, Tau Madago hingga Watua.

Mari kita cermati agama suku Pamona dan hubungannya dengan struktur sosial masyarakat Pamona.
Pertama, masyarakat Pamona mengenai ada Tiga Dunia: dunia atas, dunia saat hidup dan dunia bawah tanah (dunia orang mati).

Ketika orang meninggal, arwahnya tidak langsung naik ke dunia atas (surga) tetapi masuk terlebih dahulu ke dunia orang mati (dunia bawah). Dan arwahnya baru akan bisa ke surga ketika dilakukan MOtengke atau Mogave (Pesta Besar) untuk pemakaman kedua kalinya.

Afbeeldingsresultaat voor suku pamona

Itulah sebabnya To Pamona wajib melakukan Motengke agar orang tuanya masuk ke surga (dunia atas)

Kedua, dalam kehidupan sehari-hari orang Pamona selalu dipimpin oleh spirit atau roh leluhur. baik saat kelahiran, kematian, peperangan maupun bercocok tanam.

Dalam satu rumpun keluarga yang disana banyak tau madago, terpilihlah satu orang yang disebut kabose yang memiliki keahlian mampu bercakap cakap dengan arwah leluhur.
Tidak semua orang mampu memiliki karunia untuk menjadi kabose ini. karena arwah leluhur tidak akan mau bercakap cakap dengan seseorang yang bukan turunannya.

Jadi dalam konteks itulah seorang Kabose lahir menjadi pemimpin diantara keluarga besarnya sebagai penghubung antara orang yang masih hidup dengan leluhur yang hidup di dunia atas. berkat turun dari para leluhur.
Jadi lazim saat itu di dalam satu cesa terdapat seorang kabose atau beberapa kabose yang mewakili keluarga besarnya untuk berhubungan dengan arwah leluhur.

Diatas semua itu, terdapat spirit atau arwah wilayah yang merupakan penguasa atas semua wilayah yang ada termasuk gabungan dari beberapa desa.
Orang yang terpilih untuk mewakili masyarakat disuatu wilayah itulah yang disebut Mokole atau Raja dalam terminologi barat.
Sang Mokole adalah dia yang membawa aspirasi masyarakat yang hidup disuatu wilayah kepada leluhur mereka diatas langit. dan hanya kepada satu orang itulah, sang Mokole leluhur memberikan petunjuk petunjuk kepada manusia yang hidup di bumi.

Dan pada satu masa setelah era Datu Rombenunu di Pamona. Mokole itu adalah berasal dari Lamoesa. Mokole Lamoesa. Dia yang membawahi seluruh daratan tana Poso.
Sampai kemudian kekuasaan Lamoesa tergerus oleh Onda’e yang memisahkan diri dan pemimpinnya disebut Mokole Onda’e.

Begitulah struktur sosial masyarakat Pamona saat itu dimana seorang Mokole disokong oleh para kabosenya. dan para kabose merupakan seorang kepala keluarga dari banyat tau madago. dan tau madago yang diskong oleh para Watua.


Sumber

Suku Pamona (Poso): https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Pamona
– Suku Pamona (Poso): http://suku-dunia.blogspot.com/2014/11/sejarah-suku-pamona-di-sulawesi.html
– Suku Pamona (Poso): http://jaringangin1.blogspot.com/2014/02/asal-nenek-moyang-suku-pamona.html


 

 

Blog at WordPress.com.