Sunda, kerajaan / Jawa Barat

Kerajaan Sunda, 669 – 1579, terletak di Jawa barat.
Kerajaan Sunda adalah suatu kerajaan yang berada di Tanah Sunda (Jawa Barat) dan terkait erat dengan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan Sunda merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanagara.
* 669-1579:  kerajaan Sunda.
* 1333-1482: kerajaan Sunda disebut kerajaan Kawali, zaman pusat kerajaan Sunda berada di Kawali.
* 1482-1597: kerajaan Sunda disebut kerajaan Pajajaran, zaman pusat kerajaan Sunda berada di Pajajaran atau Pakuan Pajajaran.

The kingdom of Sunda, 669 – 1579, was located on Jawa, West Jawa.
Kingdom of Sunda was a kingdom in the Land of Sunda and was closely related with the Kingdom of Galuh. Both kingdoms were parts of the kingdom of Tarumanagara.
The kingdom of Sunda was called
Pajajaran kingdom, when its capital was Pajajaran or Pakuan Pajajaran (Bogor) in Java Bara. The beginning of the founding of the Pajajaran kingdom was when Sri Baduga Maharaha came to power, in 1482.
For english, click here

Lokasi prov. Jawa Barat


Kerajaan Sunda

* Peninggalan kerajaan Sunda: di bawah


Garis kerajaan-kerajaan di Jawa: link


Foto sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Foto sultan dan raja, yang masih ada di Jawa: link
* Foto keraton di Jawa, yang masih ada: link
* Foto Batavia (Jakarta) masa dulu: link
* Foto Jawa masa dulu: link
* Penyerbuan Batavia oleh Sultan Agung, 1628/1628: link
* Foto perang Diponegoro, 1825: link
* Foto situs kuno di Jawa: link


Video sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Untuk video-video sejarah Jawa, klik di sini


KERAJAAN SUNDA, 669 – 1579

Sejarah kerajaan Sunda

Umum, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh

Setelah kerajaan Tarumanegara tamat pada sekitar tahun 650 M lantaran serbuan dari kerajaan Sriwijaya, muncul dua kerajaan baru di tanah Pasundan, yakni:
– kerajaan Sunda dan
– kerajaan Galuh.

Pusat kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh berada di lokasi yang berbeda.
Kerajaan Sunda berpusat di Pakuan Pajajaran (Bogor sekarang), sedangkan kerajaan Galuh berpusat di Ciamis.

Sebelum menjadi kerajaan yang berdaulat, Sunda dan Galuh berada di bawah taklukan Tarumanegara pada masa pemerintahan Maharaja Linggawarman (666-669 M). Setelah Maharaja Linggawarman wafat, tampuk kepemimpinan kerajaan Tarumanegara diteruskan oleh menantunya yang kemudian bergelar Sri Maharaja Tarusbawa.

Peninggalan Candi masa kerajaan Sunda

Peninggalan Candi Masa Kerajaan Sunda

Pada periode inilah terjadi pergolakan. Penguasa Galuh, Wretikandayun, memberontak dan melepaskan diri dari Tarumanegara. Tahun 612, Raja Wretikandayun mendeklarasikan kerajaan Galuh sebagai pemerintahan yang berdaulat.

Situasi ini membuat Tarumanegara semakin melemah hingga akhirnya runtuh karena serangan dari kerajaan Sriwijaya pada sekitar 650 Masehi.

Sri Maharaja Tarusbawa (669 – 723) kemudian mendirikan pemerintahan baru bernama kerajaan Sunda di tepi hulu Sungai Cipakancilan yang termasuk wilayah Bogor sekarang.

Kerajaan Galuh adalah kerajaan Hindu-Buddha di Jawa yang lokasinya terletak antara Sungai Citarum dan Sungai Cisarayu. Kerajaan ini didirikan oleh Wretikandayun pada 612 masehi. Selama berkuasa, kerajaan Galuh sering terlibat perang saudara dengan kerajaan Sunda. Dua kerajaan ini pun sempat disatukan pada 723-739 M, tetapi pecah kembali.

Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Wastukancana (1371-1475 M).

Sejarah kerajaan Sunda

Garis sejarah:
* 669-1579:  kerajaan Sunda.
* 1333-1482: kerajaan Sunda disebut kerajaan Kawali, zaman pusat kerajaan Sunda berada di Kawali.
* 1482-1597: kerajaan Sunda disebut kerajaan Pajajaran, zaman pusat kerajaan Sunda berada di Pajajaran atau Pakuan Pajajaran.

Menurut Naskah Wangsakerta, sebelum berdiri menjadi kerajaan mandiri, kerajaan Sunda berdiri menggantikan Tarumanagara. Raja Tarumanagara sendiri yang terakhir bernama Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi. Ia memerintah selama 3 tahun yaitu tahun 666-669 M.

Ia menikah dengan Dewi Ganggasari yang berasal dari Indraprahasta. Pernikahannya dikaruniai dua anak perempuan yang bernama Dewi Manasih dan Sobakancana.

Dewi Manasih menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sementara Sobakanca menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayas, pendiri kerajaan Sriwijaya.

Setelah Linggawarman ini wafat, kekuasaan kerajaan turun kepada menantunya, Tarusbawa. Quipperrian, hal ini membuat penguasa Galuh yang bernama Wretikandayun memberontak dan akhirnya melepas diri dari Tarumanagara.

Tarusbawa kemudian memindahkan kekuasaan ke Sunda, di hulu Sungai Pakancilan yang saat ini dekat dengan Bogor. Sedangkan Tarumanagara berubah tahtanya menjadi di bawah kekuasaan kerajaan Sunda. Beliau dinobatkan menjadi raja Sunda pada tahun 669 M.

Setelah beliau wafat, Sanjaya berhasil menggabungkan kerajaan Sunda dengan Galuh. Sanjaya sendiri merupakan cicit dari pendiri kerajaan Galuh dan cucu dari Ratu Shima yang merupakan pemimpin kerajaan Kalingga.

Ia kemudian memimpin Kalingga dan mendirikan kerajaan Mataram Kuno sekaligus Wangsa Sanjaya. Karena harus bertakhta di Kalingga, Sanjaya memberi kekuasaan Sunda pada puteranya yang bernama Rakeyan Panaraban. Namun, Sunda Galuh justru terpecah kembali. Hingga Panaraban akhirnya membagi kekuasaan pada kedua puteranya.

Sang Manarah memegang Galuh dan Sang Bangga memegang Sunda. Berabad-abad lamanya, kedua kerajaan menjalani kehidupannya masing-masing.

Hingga akhirnya kedua kerajaan bersatu kembali, berkat pernikahan Jayadewata yang mendapat gelar Sri Baduga Maharaja dari Galuh dengan Ambetkasih dari Sunda. Di bawah kepemimpinan Jayadewata, kerajaan Sunda dikenal dengan kerajaan Pajajaran (Pakuan Pajajaran).

Namun, sayangnya di tahun 1579, kerajaan Pakuan Pajajaran harus mengalami masa keruntuhan. Kerajaan ini diserang oleh kesultanan Banten yang membuat kerajaan ini harus mengakhiri riwayat panjang perjuangannya.

Kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh, 680 M

Kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh, 680 M

Kehancuran kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran akhirnya hancur di tahun 1579 karena serangan kerajaan Sunda lain yakni kesultanan Banten. Kerajaan Pajajaran berakhir dengan dibawanya Palangka Sriman Sriwacana dari Pakuan Pajajaran menuju Keraton Surosowan yang berada di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu sebesar 200 x 160 x 20 cm tersebut dibawa menuju Banten sebab tradisi politik membuat Pakuan Pajajaran tidak bisa menobatkan Raja yang baru dan menjadi pertanda jika Maulana Yusuf merupakan penerus dari kerajaan Sunda yang sah sebab buyut perempuannya adalah Putri Sri Baduga Maharaja.
Palangka Sriman Sriwacana ini bisa dilihat di depan bekas Keraton Surosowan di daerah Banten dan masyarakat Banten menyebutnya dengan Watu Gilang yang berarti mengkilap dan memiliki arti yang sama dengan Sriman.

Wilayah kerajaan Galuh dan kerajaan Sunda


Click to enlarge --- klik untuk memperbesar


Daftar raja kerajaan Sunda/ Pajajaran

Tahun-tahun masa pemerintaha para raja Sunda secara lebih terperinci dapat ditemukan pada naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):

669-723: Tarusbawa (menantu Linggawarman
723-732: Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa)
732-739: Tamperan Barmawijaya
739-766: Rakeyan Banga
766-783: Rakeyan Medang Prabu Hulukujang
783-795: Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang
795-819: Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi
819-895: Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon
891-895: Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus
895-913: Windusakti Prabu Déwageng

913-916: Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi
916-942: Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading)
942-954: Atmayadarma Hariwangsa
954-964: Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading)
964-973: Munding Ganawirya
973-989: Rakeyan Wulung Gadung
989-1012: Brajawisésa
1012-1019: Déwa Sanghyang
1019-1030: Sanghyang Ageng

1030-1042: Sri Jayabupati (Detya Maharaja)
1042-1065: Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja
1065-1155: Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta
1155-1157: Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur
1157-1175: Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja
1175-1297: Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu
1297-1303: Ragasuci (Sang Mokténg Taman

1303-1311: Citraganda (Sang Mokténg Tanjung
1311-1333: Prabu Linggadéwata
1333-1340: Prabu Ajiguna Linggawisésa
1340-1350: Prabu Ragamulya Luhurprabawa
1350-1357: Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat)
1357-1371: Prabu Bunisora, Adik Linggabuanawisesa
1371-1475: Prabu Niskala Wastu Kancana putra Linggabuanawisesa
1475-1482: Prabu Susuktunggal sebagai Raja Sunda saja, karena sepeninggal Prabu Niskala Wastu Kancana kerajaan dipecah dua di antara Prabu Susuktunggal dan Prabu Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat.

Kerajaan Sunda disebut kerajaan Pajajaran, saat beribukota di kota Pajajaran atau Pakuan Pajajaran (Bogor) di Jawa Bara. Awal berdirinya kerajaan Pajajaran dihitung pada tahun Sri Baduga Maharaha berkuasa, yakni tahun 1482.

1482-1535: Jayadéwata Sri Baduga Maharaja, putra Dewa Niskala
1521-1535: Prabu Surawisésa
1535-1543: Prabu Déwatabuanawisésa
1543-1551:  Prabu Sakti
1551-1567: Prabu Nilakéndra
1567-1579: Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana


Prasasti peninggalan kerajaan Sunda

Prasasti Cikapundung
Prasasti Cikapundung adalah salah satu dari prasasti peninggalan Kerajaan Sunda.
Prasasti ini isinya pendek, hanya berisi “angka tahun 1263 Saka (1341 Masehi)”

———————-

Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda Kelapa (1522)
Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau Padrão Sunda Kelapa adalah sebuah prasasti berbentuk tugu batu (padrão) yang ditemukan pada tahun 1918 di Batavia, Hindia Belanda. Prasasti ini menandai perjanjian Kerajaan Sunda–Kerajaan Portugal yang dibuat oleh utusan dagang Portugis dari Malaka.

———————-

Prasasti Huludayeuh
Prasasti Huludayeuh adalah salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Sunda.
Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksara dan berbahasa Sunda Kuno, tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang.

———————-

Prasasti Ulubelu
Prasasti Ulubelu adalah salah satu dari prasasti yang diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda dari abad ke-15 M, yang ditemukan di Ulubelu, Desa Rebangpunggung, Lampung pada tahun 1936.
Isi prasasti berupa mantra permintaan tolong kepada kepada dewa-dewa utama, yaitu Batara Guru (Siwa), Brahma, dan Wisnu, serta selain itu juga kepada dewa penguasa air, tanah, dan pohon agar menjaga keselamatan dari semua musuh.


Situs peninggalan kerajaan Sunda

Candi Cangkuang
Namanya Candi Cangkuang, yang di dalamnya terdapat patung Siwa Hindu. Candi ini berdiri di sebuah pulau kecil yang berada di tengah-tengah Situ Cangkuang. Candi Cangkuang merupakan bangunan peninggalan masa Hindu-Budha yang diperkirakan berasal dari abad VII-VIII M.

————————–

Situs Karangkamulyan
Situs Karangkamulyan adalah situs arkeologi yang terletak di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh. Lokasinya berada di jalan poros Ciamis-Banjar dengan luas 25,5 hektar. Situs ini bercorak Hindu-Sunda.

————————–

Situs Batu Kalde, Pangandaran


Peta kuno Jawa

Klik di sini untuk peta kuno Jawa tahun 1598, 1612, 1614, 1659, 1660, 1706, 1800-an, awal abad ke-18, 1840.

Jawa, awal abad ke-18

1234


Sumber kerajaan Sunda

– Sejarah kerajaan Sunda di Wiki: Wiki
Sejarah kerajaan Sunda: https://tirto.id/
– Sejarah kerajaan Sunda: http://sejarah-kerajaan-di-indonesia.blogspot.co.id/
– Sejarah berdirinya kerajaan Sunda: https://www.gramedia.com/literasi/
– Daftar raja Sunda: https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda#Raja-raja_Kerajaan_Sunda-Galuh
—————————-
– Kerajaan Tarumanagara: https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/java-today/tarumanagara-kerajaan-358-669/
– Kerajaan Galuh:  https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/java-today/raja-of-sunda-galuh/
– Kerajaan Sunda Galuh: https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sunda_Galuh


Leave a comment

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.