Sintang, kerajaan / Prov. Kalimantan Barat


Kerajaan Sintang: abad ke-4 – 1950.
Terletak di Kalimantan, Kab. Sintang, Kalimantan Barat.
Kerajaan ini adalah kerajaan Hindu kemudian menjadi Kerajaan Islam yang pernah berdiri di Kota Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia. Penguasa Kerajaan Sintang disebut Panembahan Sintang.

The Kingdom of Sintang: 4th century – 1950. Located in the district of Sintang, West Kalimantan.
For english, click here

Kabupaten Sintang


Foto kerajaan Sintang

* Foto kerajaan Sintang: link
* Foto Istana Al Mukarramah, Kerajaan Sintang: link


Garis kerajaan-kerajaan di Kalimantan: link


Foto kerajaan-kerajaan di Kalimantan

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Kalimantan: link
* Foto raja2 di Kalimantan dulu: link
* Foto istana kerajaan di Kalimantan: link

* Foto Kalimantan dulu: link
* Foto perang belanda di Kalimantan, abad ke-19: link


KERAJAAN SINTANG

1 Kebangkitan kerajaan, 2006
2 Sejarah kerajaan Sintang
3 Daftar raja
4 Istana / Palace
5 Peta-peta kuno Kalimantan

5 Sumber 


1) Kebangkitan kerajaan, 2006

Gelar raja Sintang: Pangeran Ratu.

18 juli 2020
Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana ditunjuk sebagai sultan baru.
Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana langsung ditunjuk sebagai pengganti Sultan Sintang  H.R.M Ikhsan Perdana Ismail Tsafioeddin yang mangkat.
Penunjukan Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana sebagai penerus Kesultanan Al-Mukarramah Sintang dilakukan di atas pusara Sultan Sintang  H.R.M Ikhsan Perdana Ismail Tsafioeddin sebelum dimakamkan.
Sultan Sintang yang baru bergelar Pangeran Prabu Kesuma Negara VI.

16 juli 2020
Sultan Sintang, H.R.M. Ikhsan Perdana Ismail Tsafioeddin Sri Kusuma Negara V, wafat.

22 july 2006
HRM Ikhsani Perdana Ismail Tsafioeddin, yang bergelar Pangeran Ratu Sri Kesuma Negara V dinobatkan sebagai Sultan Sintang ke-30.
– Sumber / Source: link

Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana ditunjuk sebagai sultan baru, 18 juli 2020

————–

Panembahan Sintang, Pangeran Ratu Sri Negara HRM Ikhsan Perdana, wafat 16 juli 2020

zzz


2) Sejarah kerajaan Sintang, abad ke4 – 1950

Kerajaan Sintang adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Diduga, kerajaan Sintang pada mulanya adalah kerajaan bercorak hindu. Akan tetapi, tidak dikatahui secara pasti kapan berdirinya. Dalam perkembangannya, ajaran Islam mulai masuk ke wilayahnya dan kerajaan ini berubah menjadi bercorak Islam.
Kerajaan Sintang mulai mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh setelah menyepakati perjanjian dengan Belanda.

Lokasi kerajaan Sintang, 1845

Kerajaan Sintang, 1845

Sejarah berdirinya

Bukti sejarah berdirinya kerajaan Sintang dapat ditelusuri melalui sejumlah benda peninggalan, seperti batu lingga yang bergambar Mahadewa dan arca Nandi di Desa Tanjung Riah, Kecamatan Sepauk. Tidak jauh dari lokasi tersebut, ditemukan juga makam Aji Melayu, yang diduga merupakan nenek moyang raja-raja kerajaan Sintang.

Aji Melayu adalah penyebar agama Hindu di Sintang yang berasal dari Semenanjung Malaya. Ia datang pada abad ke-4 dan menikah dengan wanita cantik bernama Putung Kempat. Dari pernikahannya, Aji Melayu dikaruniai anak laki-laki bernama Dayang Lengkong, yang kelak keturunannya menjadi penguasa di Sintang. Adapun keturunan Dayang Lengkong adalah Demang Irawan, orang yang gemar bertualang bersama pengikutnya pada abad ke-13. Dalam petualangannya, ia sampai di daerah Tempunak, yang tengah terjadi konflik perebutan perbatasan antara Suku Dayak Desa dan Dayak Linoh.
Demang Irawan pun mencoba membantu dan berhasil meredam konflik antara kedua suku tersebut. Karena kebaikannya itu, ia diangkat menjadi pemimpin Suku Dayak Desa dan Linoh. Kekuasaaan Demang Irawan kemudian meluas dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Senatang, yang tepatnya di persimpangan Sungai Kapuas dan Melawi. Dari situlah, Senatang kemudian dikenal sebagai daerah Sintang, yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Sintang.

Berubah menjadi kerajaan Islam

Menjelang akhir abad ke-17, Abang Nata naik takhta dan menjadi penguasa Sintang pertama yang masuk Islam. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Nata Muhammad Syamsuddin Sa’adul Khari Waddin. Pada masa ini, Islam masuk dan berkembang di Sintang karena di bawa oleh pedagang dari Arab, Banjar, Serawak, dan Minangkabau. Salain menetapkan Sintang sebagai kesultanan Islam, Sultan Nata juga menyusun undang-undang, pendirian masjid, dan membangun istana kesultanan.
Pada 1736, Sultan Nata digantikan oleh putranya, Sultan Abdurrahman Muhammad Jalaluddin atau dikenal sebagai Sultan Aman. Pada masa Sultan Aman, Sintang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Selanjutnya, takhta kerajaan jatuh kepada Sultan Cecep. Semasa pemerintahan Sultan Cecep, dibangun masjid baru untuk menggantikan yang lama.

Masuknya pengaruh Belanda

Belanda pertama kali melakukan kontak dengan kerajaan Sintang ketika Sultan Muhammad Qamaruddin (1796-1851) berkuasa. Sultan Muhammad Qamaruddin memiliki empat putra, yaitu Gusti Djemadin (Pangeran Suma), Gusti Muhammad Djamaluddin atau Gusti Muhammad Yasin (Pangeran Adipati), Abang Abu (Pangeran Laksamana) dan Abang Abdullah (Pangeran Prabu).
Namun, karena Gusti Djemadin, yang menggantikan Sultan Muhammad Qamaruddin, tidak suka dengan kehadiran bangsa penjajah di wilayahnya, Belanda segera melakukan politik adu domba. Akhirnya, kekuasaan atas Sintang diserahkan kepada adiknya, Gusti Muhammad Yasin, yang bergelar Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin.
Pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Muhammad Djamaluddin inilah, Belanda datang kembali di bawah pimpinan D.J. van Dungen dan C.F. Goldman. Kedatangan itu menghasilkan kesepakatan dagang dalam kontrak sementara atau disebut Voorlooping Contract, yang ditandatangani pada 2 Desember 1822.

Runtuhnya kerajaan Sintang

Kerajaan Sintang kembali menyepakati perjanjian dengan Belanda pada tahun 1823, 1832, 1847, dan 1855. Serangkaian perjanjian itu semakin membuka peluang Belanda untuk ikut campur dalam urusan internal pemerintahan kerajaan Sintang. Pada 24 November 1823, ditandatangani kontak dengan Belanda, yang mana isi perjanjian itu secara tidak langsung meruntuhkan kedaulatan Kerajaan Sintang.
Berakhirnya Sintang ditandai dengan dibukanya kantor Belanda dengan menempatkan H. van Cafferon sebagai asisten residen. Sejak itu hingga masa penjajahan Jepang, Sintang menjadi daerah swapraja. Pada sekitar tahun 1960-an, Sintang menjadi kabupaten di bawah pemerintahan Indonesia.
Sumber: https://www.kompas.com/stori/

Kebangkitan kerajaan, 2006

22 july 2006: HRM Ikhsani Perdana Ismail Tsafioeddin, yang bergelar Pangeran Ratu Sri Kesuma Negara V dinobatkan sebagai Sultan Sintang ke-30.

Raden Abdul Bachri Danu Perdana, Panembahan Sintang (1943-1944)


3) Daftar Raja

Mulai dari zaman sejarah peradaban yang bercorakan Hindu Negeri Sintang ini pernah di perintah secara berturut-turut oleh para raja, ratu dan penembahan, antara lain:

Abad ke-7: Aji Melayu diperkirakan merupakan nenek moyang raja-raja Kesultanan Sintang

1262-1291: Demang Irawan (Jubair Irawan I) sebagai raja pertama kerajaan Sintang yang bergelar Jubair I

Panembahan Samat Semah
Panembahan Ismail Zaubair Mali Jubairi Irawan II
Panembahan Tembilang Ari
1600-1643: Panembahan Pencin Pontin
1643-1672: Panembahan Tunggal
1672-1738: Sultan Muhammad Shamsuddin/Sultan Nata

1738-1786: Sultan Muhammad Jalaluddin
1786-1796: Sultan Muhammad Jamaluddin I
1796-1851: Sultan Muhammad Qamaruddin
1851-1855: Sultan Muhammad Jamaluddin II
1855-1889: Sultan Gusti Kusuma Negara I

1889-1905: Sultan Gusti Kusuma Negara II
1905-1913: Sultan Gusti Kusuma Negara III
1913-1934: Sultan Gusti Muhammad Jun Abdul Kadir
1934-1944: Sultan Gusti Kusuma Negara IV
1944-1950: Sultan Gusti Kusuma Negara V

18 juli 2020: Pangeran Raden Barry Danu Brata Perdana ditunjuk sebagai sultan baru.

Foto Sultan Muhammad Mulia Tsafioeddin Sambas beserta istri dan Sultan Sintang Raden Danu Perdana Al Mukkaram beserta istri yang juga adik Sultan Sambas.
Masa Pemerintahan Raden Danu Perdana Kusuma Negara IV pada tahun 1934 – 1944, kejadiannya berkisar tahun -tahun itu.  Istana Kesultanan Sintang dengan bentuk seperti saat ini dikerjakan sekitar tahun 1936/1937.


4) Istana / Palace

Nama Istana: Istana Al Mukaramah.
Sejak masa Sultan Nata ini pembangunan kompleks istana mulai dibangun, meskipun masih dengan bentuk dan arsitektur sederhana, yaitu mengadopsi Rumah Panjang, rumah khas masyarakat Dayak. Baru pada masa pemerintahan Raden Abdul Bachri Danu Perdana, dibangunlah gedung istana yang baru dengan nama Istana Al Mukarrammah. Istana ini dibangun pada tahun 1937. Sampai saat ini, kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik.
Foto Istana Al Mukarramah, Kerajaan Sintang: link

Istana Al Mukarramah, Kerajaan Sintang

Afbeeldingsresultaat voor kerajaan sintang istana


5) Peta Kalimantan kuno

Untuk peta-peta Kalimantan kuno (1570, 1572, 1594, 1601, 1602, 1740, 1747, 1760, 1835), klik di sini.

Peta Kalimantan (Borneo) tahun 1601


6) Sumber kerajaan Sintang

– Sejarah kesultanan Sintang: https://wisatakabupatensintang.wordpress.com/
Sejarah kesultanan Sintang: http://restorasiborneo.blogspot.com/
– Sejarah kesultanan Sintang: http://www.royalark.net/Indonesia/sintang.htm
Daftar Raja Sintang: https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Sintang
Tentang Istana Istana Al Mukaramah: https://wisato.id/wisata-budaya/


Kerajaan di Kalimantan Barat, 1800


Leave a comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: