Kerajaan Wehali terletak di pulau Timor, kecamatan Malaka Tengah, Kab. Malaka, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kerajaan ini sering disebutkan bersama dengan kerajaan tetangga, sebagai Wewiku-Wehali (Waiwiku-Wehale). Wehali memegang posisi senior di antara kerajaan-kerajaan kecil di Timor.
Kab. Malaka
* Foto raja-raja sekarang di Timor: link
* Foto raja-raja dulu di Timor: link
* Foto situs kuno pulau Timor: link
* Video sejarah P. Timor dan NTT, abad 1 M – sekarang: link
KERAJAAN WEWIKU / WEHALI
Tentang raja sekarang
Wewiku dan Wehali memiliki raja masing-masing. Wewiku dibentuk oleh raja-raja Wewiku, Umalor, Rabassa, Wedrok dan Haitimuk. Biasanya penguasa distrik Wewiku adalah raja Wewiku. Jadi raja ini adalah raja dari total Wewiku.
Sejarah kerajaan Wehali
– Sejarah lengkap kerajaan Wehali: klik di sini
Umum
Wehali (Wehale, Waihali, Veale) adalah nama dari sebuah kerajaan tradisional di pantai selatan Timor Tengah. Sering disebutkan bersama-sama dengan saudara tetangganya kerajaan, sebagai Wewiku–Wehali (Waiwiku–Wehale). Wehali memegang posisi senioritas ritual di antara banyak kerajaan Timor kecil.
Raja dipanggil “besar tuan” (Nai Bot) yang memegang gelar Maromak Oan (“anak Allah”). Tugasnya adalah ritual pasif, dalam arti simbolik “perempuan”, dan dia terus eksekutif “laki-laki” Bupati atau asisten sisinya, Liurai (“melebihi tanah“).
Menurut tradisi lisan, Wehali adalah tanah pertama yang muncul dari perairan yang pernah menutupi bumi, yang menjadi pusat atau asal-usul dunia dari perspektif orang Timor. Tradisi lain yang menyebutkan migrasi dari Sina Mutin Malaka (Cina Putih Malaka) di zaman kuno. Latar belakang sejarah ini tidak jelas, tetapi catatan Antonio Pigafetta dari Ekspedisi Magellan, yang mengunjungi Timor pada tahun 1522, menegaskan peran penting kerajaan Wewiku-Wehali di Pulau Timor. Pada abad ke-17, para penguasa dari Wehali digambarkan sebagai “seorang kaisar, dimana semua raja di pulau mematuhi dengan upeti, sebagai kedaulatan mereka”. Kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan kesultanan Makassar, tetapi kekuatan kerajaan ini diuji dengan invasi Portugis pada tahun 1642 dan 1665. Wehali sekarang berada di dalam lingkup kekuasaan Portugis tetapi tampaknya memiliki kontak terbatas dengan kekuasaan kolonial.
Perusahaan Hindia Timur Belanda
Kekuasaan Portugis atas Timor Barat berkurang setelah 1749, dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC) memperluas lingkup kekuasaan atas sebagian besar pulau. Pada 1750-an, Wehali mendekati VOC, dan pada tahun 1756 Liurai Jacinto Correia menandatangani kontrak dengan diplomat Belanda Johannes Andreas Paravicini. Menurut kontrak ini, Liurai adalah tuan atas sejumlah besar kerajaan Timor, termasuk Dirma, Laclo, Luca, Viqueque, Corara dan Banibani. Belanda berharap bahwa kontrak ini akan secara otomatis memperluas kekuasaan Belanda ke sebagian besar Timor Timur, tetapi hal ini tidak mencukupi. Pada dasarnya, Wehali terombang-ambing antara pihak Belanda dan Portugis hingga abad berikutnya.
Pemisahan dan kemudian pemerintahan kolonial
Batas kolonial di Timor akhirnya disepakati pada tahun 1859, membuat Wehali berada di pihak Belanda. Belanda mulai merestrukturisasi pembagian administratif di Belu dalam 1915-16, mencoba untuk menggunakan penguasa tradisional sebagai zelfbestuurders (raja di bawah pengawasan kolonial). Setelah tercapainya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, bentuk-bentuk tradisional di tata kelola pemerintahan dihapus, tetapi kelompok bangsawan tradisional masih bertahan.
Tentang Maromak Oan kerajaan Wehali
Hierarki Maromak Oan berada di atas Liurai Timor. Beberapa struktur hierarki kekuasaan di Timor ialah Maromak Oan sebagai hierarki tertinggi. Selanjutnya di bawah Maromak Oan ada Liurai. Di bawah Liurai ada Loro-Loro dan di bawah Loro-Loro ada Nai-Nai.
Maromak Oan atau Neno Anan adalah nama sematan yang diberikan kepada setiap raja yang berkuasa di Wesei Wehali yang memiliki pengertian bahwa setiap raja atau penguasa di kerajaan itu adalah Neno Anan atau Anak Tuhan
Mengapa sebutan Neno Anan bisa disematkan pada raja yang berkuasa di Wesei Wehali, sedangkan Neno Anan itu sendiri hanya ditujukan kepada Anak Allah atau Yesus Kristus?
Jawabannya adalah maka istilah Neno Anan atau Maromak Oan diperkenalkan oleh Belanda ketika membawa agama Kristen saat menduduki Wesei Wehali maka tentu nama sematan itu bisa mendekati kebenaran.
Istilah Maromak Oan atau Neno Anan yang disematkan pada setiap raja di Wesei Wehali adalah bentuk penghormatan bahwa raja yang berkuasa itu adalah anak Allah yaitu sebagai WAKIL ALLAH yang nyata dibumi untuk memerintah rakyatnya (Roma 13:1-7)
Neno Anan atau Maromak Oan sebagai penguasa diangkat dan ditetapkan oleh Allah untuk memerintah sehingga Neno Anan sebagai nama gelar adalah tepat karena kekuasaannya berasal dari atas dan ditetapkan oleh Uis Neno/Allah itu sendiri secara turun-temurun sampai pada batas waktu kekuasaannya berakhir
Istilah/nama gelar Maromak Oan atau Neno Anan adalah istilah yang unik yang hanya ada di Pulau Timor khususnya Kerajaan Wesei Wehali dan tidak ada pada kerajaan lain.
Keser Maromak Oan dari Wewiku Wehale bersama istri di Haitimuk. Beliau diakui oleh pemerintah Belu sebagai Maromak Oan dari Wewiku Wehale
Daftar Maromak Oan dan raja Wehali
I Daftar Maromak Oan (-sumber: https://en.wikipedia.org)
- Lakki Lorok
- Berek
- Halau Tuan
- Sera Berek Tuan
- Baria Korat
- Baria Fahuk Tuan
- Bere Klau [cucu Baria Korat]
- Seran Berek [keponakan]
- Barai Korak
- Baria Fahuk [keponakan Seran Berek]
- Baria Baek [keponakan]
- Baria Nahak (1892-1925) [keponakan]
- Seran Nahak (1925-1930; wafat 1970) [keponakan]
Keser Maromak Oan Hendricus Nahak Seran dari Wewiku Wehale. Sumber foto Jan Geerdink, FB
II Silsilah Liurai Fatuaruin (Liurai Wehali) yang memerintah
Liurai ke-1 : Diak Malaka
Dikisahkan, pada zaman dulu, liurai pertama adalah seorang wanita yang sangat cantik menawan, disanjung, diberi gelar Diak Malaka.
Ia adalah Liurai feto (Perempuan) dan kawin dengan Seran Taen Boboto Rui Makerek yang diberi gelar ”sui Likusaen, sui wehali” (sui dalam bahasa Tetun artinya: menanduk).
Liurai ke-2 : Don Peur
Dari perkawinan Hoa Diak Malaka dengan Seran Taen Baboto Ruin Makerek ini, lahirlah dua orang anak, salah seorang anak bernama Don Peur yang menggantikan ibunya sebagai Liurai kedua.
Sedangkan anaknya yang lain, seorang putri raja bernama Dona Hodak, kawin dengan raja Loosina bernama Hoa Sina Malaka Liurai.
Turunan dari perkawinan mereka hingga Liurai Liurai VII tidak diberi kehormatan untuk menjabat sebagai Liurai karena saat itu garis hukum keturunan masih diakui dari garis bapak (patriarchat)
Liurai ke-3 : Dasin Dinik Liurai
Lalu Dasi Don Peur sebagai Liurai II menikahi anak raja Dirma bernama Dasin Masaurain. Dari perkawinan mereka lahirlah dua bersaudara yakni Dasin Dinik Liurai sebagai Liurai yang ketiga sedangkan adiknya Dasin Eno Tinik Liurai meninggal sehingga tidak punya keturunan.
Liurai ke-4 : Dasin Neken Liurai
Dasin Dinik Liurai (Liurai III) kawin dengan Dasin Telek Masan Rain II, anak raja Melus Maketan.
Dari perkawinan ini, lahirlah Dasin Neken Liurai sebagai Liurai IV. Dasin Neken Liurai kawin dengan dua orang istri, yakni Dasin Abulorok, anak raja Jenilu dan Dasin Lese Bauk, anak raja Bakiduk.
Masa pemerintahan Liurai IV ini dikenal orang sebagai raja yang piawai dalam membagi tanah Timor. Zaman itulah banyak Raja-raja Wehali keluar dan menguasai tanah Timor.
Liurai ke-5 : Bada Mataus
Keempat anak hasil perkawinan Liurai IV dengan anak raja Jenilu diberi kuasa kuasai memerintah tanah Timor yang sudah dibaginya. Yakni Dasin Bada Mataus dijadikan Liurai V, tinggal di Wehali.
Dasin Ura Mataus Liurai Likusaen berkuasa di Dili. Dasin Soko Mataus Liurai di Kupang Sonbay dan Dasin Neken Mataus Liurai merantau ke Larantuka.
Liurai ke-6 : Dasin Don Alesu Fernandes
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa Liurai keempat (Dasin Neken Liurai) mempunyai dua orang istri. Hasil perkawinan dengan istri anak raja Bakiduk, yakni Dasin Don Alesu Fernandes diangkat sebagai Liurai VI.
Liurai ini dikenal sebagai raja yang menerima tongkat mas dan perak zaman Portugis. Juga sejarah mencatat, Liurai VI ini kawin dengan Dasin Hoa Tuka, anak raja Larantuka.
Liurai ke-7 : Dasin Liurai Mustika
Perkawinan Liurai VI dengan anak raja Larantuka ini melahirkan Dasin Liurai Muskita sebagai Liurai VII. Sampai di sini selesailah garis hukum keturunan Liurai yang biasa diambil dari garis patrilineal, maka sejarah mencatat bahwa untuk selanjutnya Liurai diambil dari garis matrilineal hingga sekarang sesuai hukum adat warga Wesei Wehali.
Liurai ke-8 : Seran Tae Boboto Rui Makerek II
Muskita memperistri Dasin Bano Tae Liurai dari garis keturunan matrilineal anak raja Babotin, lahirlah Seran Tae Boboto Rui Makerek II, yang diangkat sebagai Liurai VIII dan memerintah di Sasitamean.
Liurai VIII ini turunan langsung dari garis ketururan raja Bobotin bernama Dasin Tere Tae.
Liurai ke-9 : Dasin Tei Seran Liurai
Liurai VIII (Liurai Sasitamean) ini kawin dengan Telek Masan Rai III melahirkan Dasin Tei Seran Liurai yang kelak diangkat sebagai Liurai IX dan Nai Kmesak Maunbon.
Liurai ke-10 : Dasin Tere Atok Liurai
Kelak Liurai IX ini kawin dengan Dasin Telek Bian Manlea. Dari perkawinan ini lahirlah Dasin Tere Atok Liurai yang dimahkotai sebagai Liurai X.
Liurai ke-11 : Dasin Tere Atok II
Liurai X mempunyai dua isteri. Isteri pertama namanya Dasin Luruk Tey Seran dan dari perkawinan ini lahirlah Dasin Tere Atok II yang diangkat menjadi Liurai XI.
Liurai ke-12 : Dasin Tey Seran Liurai
Sedangkan dengan isteri kedua bernama Dasi Telek Tey Seran lahirlah Dasin Tey Seran Liurai, yang diberi gelar Liurai XII, raja Fatuaruin yakni bapak dari almarhum Liurai (Louis Sanaka Tey Seran).
Liurai ke-13 : Josef Seran Fahik
Ketika Liurai XII ini meninggal, anaknya (Louis Sanaka Tey Seran) masih kecil.
Ketika itu pemerintah mengambil inisiatif untuk mengisi kekosongan dengan memilih Josef Seran Fahik yang dikenal sebagai Nai Bot Liurai Malaka.
Josef Seran Fatin dalam percaturan politik pembentukan swapraja dipercaya untuk menjadi tampuk pimpinan Swapraja Malaka dan Belu.
Liurai ke-14 : Anton Tey Seran
Dikisahkan, Liurai XII kawin dengan Kolo Bian dari Sonaf Uimriso, turunan Ae Bian Manlea. Hasil Perkawinan ini adalah Anton Tey Seran yang sudah dinobatkan sebagai Liurai XIV tapi mendadak ke Bima, Sumbawa untuk belajar dibiayai oleh pemerintahan Hindia Belanda mengenai kesultanan.
Ia meninggal dan terakhir kerangkanya dipindahkan untuk dimakamkam di Belu.
Liurai ke-15 : Louis Sanaka Tey Seran
Louis Sanaka Tey Seran, adik kandung Anton Manek Tey Seran dinobatkan menjadi Liurai XV. Ia memperisteri Theresia Bete Niis, anak raja Bea Neno / Pah Un Bea Neno dan memiliki 10 anak.
Mereka adalah Gaudensia Luruk Tei Seran, Maria Hoar Tei Seran, Antonius Tei Seran, Magdalena Muti Tei Seran, Demitrius Nana Tei Seran, Natalia Adelina Bendita Tei Seran, Dominggus Arenkian Aria Neno Tei Seran, Yulianus Antonius Liurai, Flora Diana Mako Tei Seran dan Dominikus Hilarius Liurai.
Kerajaan Wesei-Wehali inilah yang sekarang berbentuk daerah otonomi baru dalam sistem pemerintahan Indonesia, Kabupaten Malaka yang berpusat di Betun Wehali. Di desa Wehali inilah, pusat kerajaan Wehali berada di Laran.
Wehali menggabungkan di Malaka 1916, di Belu 1930.
Liurai Luis Seneka Tei Serang. Died 11-5-2003.
Sejarah Timor
Pulau Timor dihuni sebagai bagian dari migrasi manusia yang telah membentuk Australasia secara lebih umum. Pada tahun 2011, bukti ditemukan pada manusia di Timor Timur pada 42.000 tahun yang lalu, di lokasi gua Jerimalai.
Sekitar 3000 SM, migrasi kedua membawa orang Melanesia. Orang-orang Veddo-Australoid sebelumnya mengundurkan diri saat ini ke pedalaman pegunungan. Akhirnya, proto-Melayu tiba dari Cina selatan dan Indocina utara.
Catatan sejarah paling awal tentang pulau Timor adalah Nagarakretagama abad ke-14, Canto 14, yang mengidentifikasi Timur sebagai pulau di dalam wilayah Majapahit. Timor dimasukkan ke dalam jaringan perdagangan Jawa, Cina, dan India kuno pada abad ke-14 sebagai pengekspor cendana aromatik, budak, madu dan lilin, dan diselesaikan oleh Portugis, pada akhir abad ke-16, dan Belanda, yang berbasis di Kupang, pada pertengahan abad ke-17.
Pulau Timor dijajah oleh Portugis pada abad ke-16; mengklaim pada tahun 1520. Para pelaut Portugis mungkin pertama kali tiba di Timor Timur sekitar tahun 1514. Penjelajah Eropa menemui beberapa kerajaan kecil di awal abad ke-16. Yang paling penting adalah Wehale di Timor Tengah. Pada waktu itu, lereng-lereng bukit diliputi hutan kayu cendana. Perdagangan kayu cendana sangat menguntungkan, dan pohon-pohon ini saja sudah cukup menjadi alasan bagi orang Portugis untuk mendirikan pos perdagangan. Gereja Katolik juga berminat pada daerah itu dan ingin mengirim para misionaris untuk menobatkan penduduk pribumi. Kedua faktor ini menggerakkan orang Portugis untuk mulai menjadikan pulau ini jajahan mereka pada tahun 1556.
VOC Belanda tiba pada tahun 1640, mendesak Portugis ke Timor Lorosa’e dan bentuk koloni Belanda-Timor.
Pertengkaran antara Belanda dan Portugal akhirnya menghasilkan sebuah perjanjian tahun 1859 dimana Portugal menyerahkan bagian barat pulau tersebut ke Belanda.
Sejarah kerajaan-kerajaan di pulau Timor
Pulau Timor dihuni sebagai bagian dari migrasi manusia yang telah membentuk Australasia secara lebih umum. Pada tahun 2011, bukti ditemukan pada manusia di Timor Timur pada 42.000 tahun yang lalu, di lokasi gua Jerimalai.
Sekitar 3000 SM, migrasi kedua membawa orang Melanesia. Orang-orang Veddo-Australoid sebelumnya mengundurkan diri saat ini ke pedalaman pegunungan. Akhirnya, proto-Melayu tiba dari Cina selatan dan Indocina utara.
Catatan sejarah paling awal tentang pulau Timor adalah Nagarakretagama abad ke-14, Canto 14, yang mengidentifikasi Timur sebagai pulau di dalam wilayah Majapahit. Timor dimasukkan ke dalam jaringan perdagangan Jawa, Cina, dan India kuno pada abad ke-14 sebagai pengekspor cendana aromatik, budak, madu dan lilin, dan diselesaikan oleh Portugis, pada akhir abad ke-16, dan Belanda, yang berbasis di Kupang, pada pertengahan abad ke-17.
Pulau Timor dijajah oleh Portugis pada abad ke-16; mengklaim pada tahun 1520. Para pelaut Portugis mungkin pertama kali tiba di Timor Timur sekitar tahun 1514. Penjelajah Eropa menemui beberapa kerajaan kecil di awal abad ke-16. Yang paling penting adalah Wehale di Timor Tengah. Pada waktu itu, lereng-lereng bukit diliputi hutan kayu cendana. Perdagangan kayu cendana sangat menguntungkan, dan pohon-pohon ini saja sudah cukup menjadi alasan bagi orang Portugis untuk mendirikan pos perdagangan. Gereja Katolik juga berminat pada daerah itu dan ingin mengirim para misionaris untuk menobatkan penduduk pribumi. Kedua faktor ini menggerakkan orang Portugis untuk mulai menjadikan pulau ini jajahan mereka pada tahun 1556.
VOC Belanda tiba pada tahun 1640, mendesak Portugis ke Timor Lorosa’e dan bentuk koloni Belanda-Timor.
Pertengkaran antara Belanda dan Portugal akhirnya menghasilkan sebuah perjanjian tahun 1859 dimana Portugal menyerahkan bagian barat pulau tersebut ke Belanda.
Zaman kebangkitan nasional (1900-1942)
Pada masa sesudah tahun 1900, kerajaan-kerajaan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada umumnya telah berubah status menjadi status menjadi Swapraja. Swapraja-swapraja tersebut, 10 berada di Pulau Timor (Kupang, Amarasi, Fatuleu, Amfoang, Molo, Amanuban, Amanatun, Mio mafo, Biboki, Insana). Swapraja-swapraja tersebut terbagi lagi menjadi bagian-bagian yang wilayahnya lebih kecil. Wilayah-wilayah kecil itu disebut Kafetoran-kafetoran.
Zaman pemerintahan Hindia Belanda
Wilayah Nusa Tenggara Timur pada waktu itu merupakan wilayah hukum dari keresidenan Timor dan daerah takluknya. Keresidenan Timor dan daerah bagian barat (Timor Indonesia pada waktu itu, Flores, Sumba, Sumbawa serta pulau-pulau kecil sekitarnya seperti Rote, Sabu, Alor, Pantar, Lomblen, Adonara, Solor).
Keresidenan Timor dan daerah takluknya berpusat di Kupang, yang memiliki wilayah terdiri dari tiga afdeling (Timor, Flores, Sumba dan Sumbawa), 15 onderafdeeling dan 48 Swapraja. Afdeeling Timor dan pulau-pulau terdiri dari 6 onderafdeeling dengan ibukotanya di Kupang. Afdeeling Flores terdiri dari 5 onder afdeeling dengan ibukotanya di Ende. Yang ketiga adalah Afdeeling Sumbawa dan Sumba dengan ibukota di Raba (Bima). Afdeeling Sumbawa dan Sumba ini tediri dari 4 oder afdeeling.
Keresidenan Timor dan daerah takluknya dipimpin oleh seorang residen, sedangkan afdeeling di pimpin oleh seorang asisten residen. Asisten residen ini membawahi Kontrolir atau Controleur dan Gezaghebber sebagai pemimpin Onder afdeeling. Asisten residen, kontrolir dan gezaghebber adalah pamong praja Kolonial Belanda. Para kepala onder afdeling yakni kontrolir dibantu oleh pamong praja bumi putra ber pangkat Bestuurs assistant. (Ch. Kana, 1969,hal . 49-51).
Zaman kemerdekaan (1945-1975).
Setelah Jepang menyerah, Kepala Pemerintahan Jepang (Ken Kanrikan) di Kupang memutuskan untuk menyerahkan pemerintahan atas Kota Kupang kepada tiga orang yakni Dr.A.Gakeler sebagai walikota, Tom Pello dan I.H.Doko. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pasukan NICA segera mengambil alih pemerintahan sipil di NTT, dimana susunan pemerintahan dan pejabat-pejabatnya sebagian besar adalah pejabat Belanda sebelum perang dunia II.
Dengan demikian NTT menjadi daerah kekuasaan Belanda lagi, sistem pemerintahan sebelum masa perang ditegakkan kembali. Pada tahun 1945 kaum pergerakan secara sembunyi-sembunyi telah mengetahui perjuangan Republik Indonesia melalui radio. Oleh karena itu kaum pegerakan menghidupkan kembali Partai Perserikatan Kebangsaan Timor yang berdiri sejak tahun 1937 dan kemudian berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Perjuangan politik terus berlanjut, sampai pada tahun 1950 dimulai pase baru dengan dihapusnya dewan raja-raja. Pada bulan Mei 1951 Menteri Dalam Negeri NIT mengangkat Y.S. Amalo menjadi Kepala Daerah Timor dan kepulauannya menggantikan H.A.Koroh yang wafat pada tanggal 30 Maret 1951. Pada waktu itu daerah Nusa Tenggara Timur termasuk dalam wilayah Propinsi Sunda Kecil.
Kerajaan-kerajaan di Timor tahun 1900
Sumber /Source
– Sejarah kerajaan Wehali di Wiki: link
– Sejarah kerajaan Wehali: http://solata-sejarahbudaya.blogspot.com/2015/11/kerajaan-we-hali.html
– Sejarah kerajaan Wehali: http://everything.explained.today/Wehali/
– Sejarah kerajaan Wehali (2005): https://voxntt.com/2019/09/24/sejarah-liurai-wehali-malaka/51818/
– Maromak Oan, gelar kekuasaan tertinggi: https://www.facebook.com/1447653885496611/posts/siapakah-neno-anan-atau-maromak-oan-itusebutan-neno-paling-tidak-memiliki-dua-pe/1883501258578536/
– Maromak Oan, gelar kekuasaan tertinggi: https://www.kompasiana.com/1b3las-mk/55cf29fd907e614e224304c9/maromak-oan-hierarki-tertinggi-timor-partisipasi-dan-keabadian?page=all
Kae…kae,..kae…Bakatak Ina Hauk Ma’ak Feto ikun nein ema rain…salah satu lirik dongeng terlahirnya Maromak Oan.