Banten, kesultanan / Jawa – Prov. Banten

Kesultanan Banten: 1527–1813. Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan.
Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan.

The Sultanate of Banten: 1527–1813. Located on Java, in the province of Banten. The palaces of this sultanate were destroyed by the dutch in 1813.
For english, click here

Lokasi prov. Banten, Jawa


Kesultanan Banten

* Foto kesultanan Banten: link
*
Foto keraton Kaibon: link
* Foto keraton Surosowan: link


Garis kerajaan-kerajaan di Jawa: link


Foto sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Foto sultan dan raja, yang masih ada di Jawa: link
* Foto keraton di Jawa, yang masih ada: link
* Foto Batavia (Jakarta) masa dulu: link
* Foto Jawa masa dulu: link
* Penyerbuan Batavia oleh Sultan Agung, 1628/1628: link
* Foto perang Diponegoro, 1825: link
* Foto situs kuno di Jawa: link


Video sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Untuk video-video sejarah Jawa, klik di sini


KESULTANAN BANTEN

1 Tentang Raja sekarang
2 Sejarah kesultanan Banten
3 Daftar sultan
4 Keraton
5 Peta-peta kuno Jawa
6 Sumber


1) Tentang raja

Sultan terakhir: Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin, 1809-1813.
Dibuang Belanda ke Surabaya hingga wafatnya di tahun 1899 dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman Sunan Ampel.

Desember 2016
Sultan Banten ke-18: Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja, MBA. (EYD: Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Suryaatmaja) atau yang bergelar Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin adalah Sultan Banten ke-18.
Serangkaian pro dan kontra terjadi setelah ditetapkannya Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja sebagai Sultan Banten ke-18 pada tanggal 11 Desember 2016 di Banten Lama, Kota Serang.Sementara itu, pihak Majelis Ulama Indonesia Provinsi Banten menilai konflik horizontal yang terjadi pada penetapan Sultan Banten ke-18 antara pihak Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni sebagai ahli waris Kesultanan dengan pihak Kenadziran Kesultanan Banten merupakan urusan keluarga dan harus diselesaikan secara kekeluargaan.
Tentang sultan lengkap: https://id.wikipedia.org/wiki/Hendra_Bambang_Wisanggeni

Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin, Sultan Banten ke-18.

12qqq


2) Sejarah kesultanan Banten, 1527–1813

– Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/28/162417479/kerajaan-banten-sejarah-masa-kejayaan-kemunduran-dan-peninggalan?page=all

Kerajaan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kendati demikian, Sunan Gunung Jati tidak pernah bertindak sebagai raja.
Raja pertama kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 M.
Sedangkan masa kejayaan kerajaan Banten berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itu pula yang kemudian mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Banten.

Sejarah singkat kerajaan Banten

Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam kekuasaan Pajajaran. Pada awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud menjalin kerjasama dengan Portugis untuk membantunya dalam menghadapi orang Islam di Jawa Tengah yang telah mengambil alih kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit.
Namun, sebelum Portugis sempat mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan Banten telah diduduki oleh orang-orang Islam.
Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada 1525-1526 M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi Sultan Trenggono dari kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari nusantara. Setelah berhasil menguasai Banten, Sunan Gunung Jati segera mengambil alih pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya sebagai raja.
Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu, Sultan Maulana Hasanuddin resmi diangkat sebagai raja pertama kerajaan Banten.

Lokasi kesultanan Banten, 1620

Kesultanan Banten, 1620

Perkembangan agama Islam dan kehidupan sosial kerajaan Banten

Setelah menjadi raja, Sultan Maulana Hasanuddin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk meluaskan pengaruh Islam di tanah Banten. Bahkan Banten mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di nusantara, khususnya di wilayah Jawa Barat, Jakarta, Lampung, dan Sumatera Selatan.
Menurut catatan sejarah Banten, sultan yang berkuasa masih keturunan Nabi Muhammad, sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman rakyatnya. Meski ajaran Islam memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan, masyarakatnya telah menjalankan praktik toleransi terhadap pemeluk agama lain. Terlebih lagi, banyak orang India, Arab, Cina, Melayu, dan Jawa yang menetap di Banten.
Salah satu bukti toleransi beragama pada masa pemerintahan kesultanan Banten adalah dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten pada 1673 M. Kehidupan sosial masyarakat Banten semakin makmur pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Sebab, sultan sangat memerhatikan kesejahteraan rakyatnya, salah satu caranya dengan menerapkan sistem perdagangan bebas.

Kehidupan ekonomi kerajaan Banten

Sebelum menjadi kesultanan, Banten merupakan penghasil rempah-rempah lada yang menjadi komoditas perdagangan. Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan Banten menjadi bandar perdagangan yang lebih besar.
Setelah Sultan Maulana Yusuf berkuasa, menggantikan Maulana Hasanuddin, sektor pertanian juga dikembangkan untuk mendukung perekonomian rakyatnya.

Masa kejayaan kerajaan Banten

Kerajaan Banten berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beberapa hal yang dilakukannya untuk memajukan Kesultanan Banten di antaranya, sebagai berikut. Memajukan wilayah perdagangan Banten hingga ke bagian selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Banten dijadikan tempat perdagangan internasional yang memertemukan pedagang lokal dengan pedagang Eropa.
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan dari kerajaan lain dan serangan pasukan Eropa Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa dikenal sebagai raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Di bawah kekuasaannya, kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat.

Kemunduran kerajaan Banten

Kegigihan Sultan Ageng Tirtayasa dalam melawan VOC mendorong Belanda melakukan politik adu domba. Politik adu domba ditujukan kepada Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya, Sultan Haji, yang kala itu sedang terlibat konflik. Siasat VOC pun berhasil, hingga Sultan Haji mau bekerjasama dengan Belanda demi meruntuhkan kekuasaan ayahnya.
Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya kepada putranya. Penangkapan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda berkibarnya kekuasaan VOC di Banten.
Meski Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji diangkat menjadi raja, tetapi pengangkatan tersebut disertai beberapa persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Banten. Sejak saat itu, kesultanan Banten tidak lagi memiliki kedaulatan dan penderitaan rakyat semakin berat.
Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila masa pemerintahan Sultan Haji dan sultan-sultan setelahnya terus diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga awal abad ke-19. Untuk mengatasi hal itu, pada 1809 Gubernur Jenderal Daendels menghapus kesultanan Banten.

 ——————————-

Jawa tahun 1700. Wilayah Banten pada masa Maulana Hasanuddin, yang menguasai Selat Sunda pada kedua sisinya.


3) Daftar Raja

* 1552-1570: Maulana Hasanuddin  atau Pangeran Sabakingkin
* 1570-1858: Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan, (engl.: link)
* 1585-1596: Maulana Muhgammad atau Pangeran Sedangrana
*  1596-1647: Sultan Abu-al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu
* 1647-1651: Sultan Abu-al-Ma’ali Ahmad

* 1651-1682: Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah, (engl.: link)
* 1683-1687: Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar
* 1687-1690: Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya
* 1690-1733: Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin
* 1733-1747: Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin

* 1747-1750: Ratu Syarifah Fatimah
* 1753-1773: Sultan Arif Zainul Asyigin al-Qadiri
* 1773-1799: Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin
* 1799-1803: Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
* 1803-1808: SultanAbul Nashar Muhammad Ashaq Zainulmutaqin
* 1809-1813: Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
Dibuang Belanda ke Surabaya hingga wafatnya di tahun 1899 dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman Sunan Ampel.

– Sumber / Source: Wiki


4) Keraton

Ada 2 peninggalan Keraton

1) Keraton Kaibon

Keraton Kaibon merupakan salah satu bangunan utama pada masa Kesultanan Banten (1526-1684), terpisah dari kompleks Keraton Surosowan sebagai pusat pemerintahan.
Istana Kaibon adalah sebuah Istana tempat tinggal Ratu Aisyah, ibunda dari Sultan Syaifuddin. Bentuknya hanyalah tinggal Reruntuhan saja.
Pada tahun 1832, Belanda menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan Kerajaan Banten.
* Foto foto keraton Kaibon: link
* Tentang keraton Kaibon:  https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kaibon

Keraton Kaibon

Keraton Kaibon
————————

2) Keraton Surosowan

Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin.
Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh Belanda pada masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1680.
* Foto foto keraton Surosowan: link
* Tentang keraton Surosowan: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan .

Keraton Surosowan


5) Peta kuno Jawa

Klik di sini untuk peta kuno Jawa tahun 1598, 1612, 1614, 1659, 1660, 1706, 1800-an, awal abad ke-18, 1840.

Jawa, awal abad ke-18

1234


6) Sumber kesultanan Banten

– Kesultanan Banten di Wiki: link
Sejarah kesultanan Banten: link
– Sejarah kesultanan Banten: http://www.zonasiswa.com/
– Kejatuhan Kesultanan Banten ke tangan VOC: https://yogapermanawijaya.wordpress.com/
Daftar raja: Wiki

Sumber keraton Kaibon

Keraton Kaibon:  http://www.1001wisata.com/
– Keraton Kaibon: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kaibon
Keraton Kaibon: http://travel.kompas.com/

Sumber keraton Surosowan

Keraton Surosowan: link
– Keraton Surosowan: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan


1 Comment

One thought on “Banten, kesultanan / Jawa – Prov. Banten

  1. Tubagus is like prince/pangeran.Tubagus Ismetullah is Sultan Muda.Sort of future sultan.One of the 2 claimants.Did you already also look on the site Almanach de Bruxelles.I put before there many info.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.