Tayan, kerajaan / Prov. Kalimantan Barat


Kerajaan Tayan: 1450 – 1960.
Terletak di Kalimantan, berpusat di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Pendiri kerajaan Tayan adalah putra Brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang bernama Gusti Likar/Lekar. Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri kerajaan Meliau yang adalah kemenakan Gusti Likar. Mula-mula ibukota kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.
Gelar raja Tayan: Panembahan Pakunegara.

The kingdom of Tayan: 1450 – 1960. Located in the district of Sanggau, West Kalimantan.
Title of the king: Panembahan Pakunegara.
For english, click here

Lokasi Kabupaten Sanggau


Foto kerajaan Tayan

* Foto kerajaan Tayan:  link
* Foto Istana Paku Negara, kerajaan Tayan: link
* Video penobatan Raja Tayan, Gusti Yusri: link


Garis kerajaan-kerajaan di Kalimantan: link


Foto kerajaan-kerajaan di Kalimantan

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Kalimantan: link
* Foto raja2 di Kalimantan dulu: link
* Foto istana kerajaan di Kalimantan: link

* Foto Kalimantan dulu: link
* Foto perang belanda di Kalimantan, abad ke-19: link


KERAJAAN TAYAN

1 Terbentuk kerajaan, 2012
2 Sejarah kerajaan Tayan
3 Daftar raja
4 Istana
5 Sumber 
6 Foto


1) Terbentuk kerajaan Tayan, 2012

Gelar raja Tayan: Panembahan Pakunegara.

Lama mengalami kekosongan kepemimpinan, kini Keraton Tayan telah memiliki figur seorang raja yang terlahir dari keturunan ke-14. Raja baru itu anak bungsu dari Raja ke-13, Gusti Ismail bergelar Panembahan Pakunegara yang mangkat 23 November 1967.

Kepemimpinan di Keraton Pakunegara Tayan sempat mengalami kekosongan selama 45 tahun. Itu karena ketika Raja ke-13 mangkat tidak meninggalkan wasiat menunjuk siapa penggantinya kelak di kemudian hari, ketika ia menutup usia. Otomatis setelah itu, sosok Ratu Tayan, Utin Nursinah Ismail yang tidak lain adalah istri sang raja, menjadi simbol selama hampir setengah abad lamanya.

Kini ketika usia sang Ratu telah mencapai 90 tahun, maka ditunjuk lah pemimpin baru. Dia adalah anak ke 16 atau bungsu dari keturunan Gusti Ismail dan Utin Nursinah. Nama raja baru tersebut Gusti Yusri. Dia lahir di Tayan pada 18 Agustus 1964, atau tiga tahun sebelum ayahnya mangkat.

26 Mei 2012
Penobatan Raja ke-14, Gusti Yusri setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja ke-13 mangkat. Kevakuman kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.
Sumber /  Source: tempo.co


2) Sejarah kerajaan Tayan, 1450 – 1960

Kesultanan Tayan adalah salah satu kerajaan bercorak Islam di Indonesia, yang berpusat di wilayah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Pendiri pemerintahan di Tayan adalah Gusti Lekar (1683-1718), yang oleh sebagian kalangan diyakini sebagai keturunan dari Raja Majapahit. Gusti Lekar berasal dari kerajaan Matan, pecahan dari kerajaan Tanjungpura, yang pernah berkuasa di wilayah Kalimantan Barat. Kerajaan Matan adalah wilayah taklukan kerajaan Majapahit masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Gusti Lekar adalah anak kedua dari Raja Matan, yaitu Panembahan Dikiri. Gusti Lekar bukanlah putra mahkota kerajaan Matan sehingga ia tidak dapat berkuasa di wilayah tersebut. Kepemimpinan di kerajaan Matan kelak akan diberikan kepada putra pertamanya, yakni Duli Maulana, bergelar Sultan Muhammad Syarifuddin.

Lokasi kerajaan Tayan, 1880 (di utara Pontianak)

Kerajaan Piasak, 1880

Kedatangan Gusti Lekar ke wilayah Tayan, bermula dari perintah yang diberikan oleh Raja Matan agar ia mengamankan upeti dari rakyat Tayan untuk diberikan kepada pemerintahan Matan. Pengiriman upeti daerah Tayan kerap mengalami keterlambatan, sehingga raja mengutus Gusti Lekar untuk menyelidikinya. Atas bantuan dari orang-orang Suku Dayak yang mendiami wilayah Tayan, Gusti Lekar berhasil mengamankan upeti untuk kerajaan Matan.

Gusti Lekar memilih untuk meninggalkan kerajaan Matan karena ia sering menemukan perselisihan di internal kerajaan itu. Bersama dengan beberapa kerabat dan para pengikutnya, Gusti Lekar pergi menuju wilayah Tayan. Di sana ia membentuk komunitas masyarakat, tetapi belum berbentuk pemerintahan. Setelah Gusti Lekar wafat, kepemimpinan komunitas di Tayan dilanjutkan oleh putranya, dan begitu seterusnya hingga komunitas di Tayan itu berubah menjadi kerajaan.

Wilayah Tayan resmi membentuk sebuah kerajaan ketika berada di bawah kepemimpinan Gusti Kamaruddin, atau Pangeran Suma Yuda. Ia dinobatkan sebagai raja pertama Tayan pada 1780. Meskipun sudah berbentuk kerajaan, tetapi penguasa Tayan tidak memakai gelar raja atau sultan, melainkan pangeran atau panembahan. Hal itu dilakukan untuk menghormati kerajaan Matan, Tanjungpura, dan Majapahit, sebagai penguasa di wilayah Kalimantan Barat.

Kesultanan Tayan pernah terlibat perselisihan dengan beberapa kerajaan di Kalimantan, seperti kerajaan Landak, kerajaan Pontianak, dan kerajaan Sanggau. Mereka pun sempat berselisih dengan orang-orang Tionghoa yang datang dari wilayah Bengkayang. Bahkan wilayah Tayan diklaim menjadi milik pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1858. Hubungan antara Tayan dengan Belanda sudah terjadi sejak masa pemerintahan Panembahan Nata Kusuma (1809-1825).

Setelah Indonesia merdeka, kesultanan Tayan masuk dalam pemerintahan Indonesia pada masa Gusti Ismail atau Panembahan Pakunegara.
Gusti Ismail mewarisi tahta kerajaan setelah mangkatnya Gusti Jafar dan Gusti Makhmud yang menggantikannya sebagai ahli warisnya. Namun, kerajaan jatuh pada tahun 1944 setelah menjadi korban kolonialisme Jepang.

Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan menjadi Panembahan Kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan merupakan pemerintahan swapraja terakhir. Gusti Ismail kemudian menjabat sebagai wedana di Tayan. Ibu kota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas Kerajaan Tayan menjadi ibu kota Kecamatan Tayan Hilir.

Raja kerajaan Pakunegara Tayan terakhir, Gusti Ismail, mangkat pada 23 November 1967. Sesuai amanat Ratu Tayan, Utin Nursinah, tampuk kekuasaan akan diserahkan kepada Gusti Yusri. Gusti Yusri sendiri merupakan putra bungsu Raja Tayan XIII yang berprofesi sebagai jurnalis.

Gusti Ismail mempunyai 16 orang putra, tiga di antaranya merupakan putri. Kini usia Ratu Tayan sudah 90 tahun. Atas amanat yang merupakan titah kerajaan tersebut, Gusti Yusri akan menjabat sebagai Raja Tayan XIV. Penobatan Gusti Yusri sebagai Raja Tayan XIV dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2012 di Keraton Pakunegara Tayan.

Terbentuk kerajaan, 26 Mei 2012: penobatan Raja ke-14, Gusti Yusri setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja ke-13 mangkat. Kevakuman kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.
.
Sumber: Wiki
Sumber: https://wiryocaram.blogspot.com/2019/08/mengenal-kesultanan-tayan-pemerintahan.html


3) Daftar Raja

Raja di kerajaan Tayan merupakan keturunan dari anak cucu Panembahan Gusti Lekar dengan silsilah raja sebagai berikut:
* 1683-1718: Gusti Lekar bin Gusti Dikiri Kusuma,
* 1718-1751: Gusti Gagok bin Gusti Lekar,
* 1751-1780: Gusti Ramal bin Gusti Gagok,
* 1780-1812: Gusti Kamarudin bin Gusti Ramal,
* 1812-1825: Gusti Mekah bin Gusti Kamarudin,

* 1825-1828: Gusti Repa bin Gusti Kamarudin,
* 1828-1855: Utin Blondo binti Gusti Repa,
* 1855-1873: Gusti Inding binti Ratu Utin Blondo,
* 1873-1880: Gusti  Karma binti Ratu Utin Blondo,
* 1880-1905: Gusti Muhammad Ali bin Gusti Karma,

* 1905-1929: Gusti Tamdjid bin Gusti Muhammad Ali,
* 1929-1944: Gusti Dja’far bin Gusti Tamdjid,
* 1944-1967: Gusti Ismail bin Gusti Tamdjid.

* 2012-……..: 6 Mei 2012, penobatan Gusti Yusri, Raja ke-14. Setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja ke-13 mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.
– Sumber: https://wiryocaram.blogspot.com/

Lukisan Potret Gusti Jafar, Raja ke-12 Kerajaan Tayan.


—————-

Penjelasan raja raja Tayan

Pangeran Nata Kesuma mangkat pada 1825 dengan tidak meninggalkan keturunan. Tahta kerajaan kemudian diduduki oleh saudaranya yang bernama Gusti Repa dengan gelar Pangeran Ratu Kesuma. Beliau hanya memerintah selama 3 tahun hingga 1828 karena wafat. Penggantinya adalah saudara Panembahan Tua, Utin Belondo dengan gelar Ratu Utin Belondo yang juga digelar Ratu Tua. Pemerintahan dilaksanakan oleh suaminya, Gusti Hassan Pangeran Ratu Kesuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma.

Tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma digantikan oleh putranya yang bernama Gusti Inding dengan gelar sama dengan ayahnya. Tahun 1858, Belanda mengganti gelar Mangku dengan Anum Paku, sehingga Gusti Inding kemudian bergelar Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma.

Karena Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma tidak mampu memimpin pemerintahan dan tidak berputra, pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya, Gusti Kerma Pangeran Ratu Paku Negara dengan gelar Panembahan Adiningrat Kesuma Negara. Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma mangkat pada 23 November 1873 di Batang Tarang.

Panembahan Adiningrat Kesuma Negara memerintah sampai tahun 1880 dan digantikan oleh putra tertuanya, Gusti Mohamad Ali alias Gusti Inding dengan gelar Panembahan Paku Negara Surya Kesuma. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan dari Rayang ke Tayan. Pada 26 Februari 1890, kerajaan Meliau digabungkan ke dalam kerajaan Tayan.

Paku Negara Surya Kesuma, mangkat pada tahun 1905 dan dimakamkan di Tayan. Beliau diganti oleh Gusti Tamzid Pangeran Ratu bergelar Panembahan Anum Paku Negara. Pada masa pemerintahan Panembahan Anum Paku Negara, Meliau kembali diserahkan kembali atas permintaan Belanda sendiri menjadi Gouvernement Gebied.

Mangkatnya Panembahan Anum Paku Negara, putra mahkota yang tertua, Gusti Jafar dinobatkan naik tahta kerajaan dengan gelar Panembahan Anum Adi Negara. Pada tahun 1944, Gusti Jafar dan Gusti Makhmud sebagai ahli waris kerajaan jatuh menjadi korban Jepang.

Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan menjadi Panembahan kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara, Raja Tayan ke XIII.  Tahun 1960, beliau masih memerintah dan pemerintahan swaparja berakhir. Gusti Ismail kemudian menjabat Wedana di Tayan. Ibukota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas kerajaan Tayan menjadi ibu kota kecamatan Tayan Hilir.

Gusti Ismail , Raja Tayan ke XIII, yang mangkat pada 23 November 1967 merupakan Raja Kerajaan Pakunegara Tayan terakhir.


4) Istana Paku Negara

Nama Istana: Istana Paku Negara.
Foto foto Istana Paku Negara: link

Sumber: keratonpakunegaratayan.wordpress.com


5) Peta Kalimantan kuno

Untuk peta-peta Kalimantan kuno (1570, 1572, 1594, 1601, 1602, 1740, 1747, 1760, 1835), klik di sini.

Peta Kalimantan (Borneo) tahun 1601


6) Sumber kerajaan Tayan

– Sejarah kerajaan Tayan di Wiki: link
– Sejarah kerajaan Tayan: http://www.pontianakonline.com/
Sejarah kerajaan Tayan: http://sejarahtayan.blogspot.co.id/
Sejarah kerajaan Tayan: http://marjuradi.blogspot.co.id/
Sejarah kerajaan Tayan: link

Keraton Pakunegara: https://keratonpakunegaratayan.wordpress.com/
– Sultan baru (2012): http://www.kerajaannusantara.com/
Kerajaan Pakunegara Tayan akan menggelar penobatan Raja XIV pada 26 Mei 2012: https://pontianak.tribunnews.com/


Kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat, tahun 1800


1 Comment

One thought on “Tayan, kerajaan / Prov. Kalimantan Barat

  1. In many areas of W Kailmantan only the king wiuth title panembahan and sometimes only tuhan.DP Tick

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.