Nepo, kerajaan / Prov. Sulawesi Selatan – kab. Barru

Kerajaan Nepo terletak di Sulawesi, Kab. Barru, Kec. Malusetasi, prov. Sulawesi Selatan. Kerajaan ini sudah berdiri abad ke-15.

The kingdom of Nepo is located on Sulawesi, in Kec. Malusetasi, Kab. Barru. South Sulawesi. This kingdom already existed in the 15th century.
For english, click here

Lokasi kabupaten Barru


Garis kerajaan-kerajaan di Sulawesi: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sulawesi

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sulawesi: link
* Foto sultan dan raja di Sulawesi dulu: link
* Foto istana kerajaan2 di Sulawesi: link


KERAJAAN NEPO

Tentang Raja

Tidak ada info tentang raja atau keturunan.


Sejarah kerajaan Nepo

1) Umum

Jauh sebelum datangnya pemerintah Hindia Belanda, di daerah Mallusetasi terdapat empat kerjaan kecil yang berdiri sendiri dan berkuasa sendiri, yaitu:

1) kerajaan Nepo, yang membawahi lagi kerajaan/akkarungeng yang lebih kecil seperti Manuba (onyi), Mareppang dan Palanro,
2) kerajaan Soreang yang daerahnya meliputi sebahagian Kota Parepare sekarang
3) kerajaan Bacukiki dan
4) kerajaan Bojo yang diberi kelebihan yaitu: Napoade Ade’na, Napo bicara Bicaranna artinya dapat mengatur dirinya sendiri.

Empat kerajaan ini tergabung dalam satu ikatan yang disebut “LILI PASSIAJING” yang dikoordinir oleh Addatuang Sidenreng.

Sekitar tahun 1900 Belanda berhasil menduduki Bone, tahun 1905 menggempur Soppeng dan berhasil menduduki kerajaan itu namun menerima perlawanan sengit. Kemudian sampai ke daerah Mallusetasi.
Pada tahun 1906 terbentuklah Kerajaan Mallusetasi yang merupakan himpunan dari kerajaan Soreang, Bacukiki, Bojo dan Nepo dengan raja pertama yaitu Arung Nepo I Simatana.

2) Sejarah kerajaan Nepo

Sejarah awal

Kerajaan Nepo mulai berkembang pada sekitar abad ke-16, bersamaan ketika itu Raja Gowa, I Mario Gau Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565) mulai melakukan perluasan kekuasaan di Sulawesi Selatan. Kerajaan Nepo dirintis pertama kali oleh seorang tokoh yang bernama Baso Tungke. Baso Tungke selanjutnya menyerahkan kepemimpinannya kepada anak-anaknya yang bergelar Puang Pitue. Pada masa ini wilayah Nepo dipimpin oleh tujuh orang. Puang Pitue kemudian masing-masing memiliki beberapa keturunan atau anak lagi, anak-anak keturunannya ini berjumlah empat puluh orang.

Masa pemerintahan Arung La Bongngo

La Bongngo adalah putra dari Datu Suppa yang bernama Teddung Lompoe, sementara ibunya bernama Arung Cempa dari Sawitto, La Bongngo sering dianggap sebagai raja yang bodoh. Setelah diangkat menjadi raja di Nepo, La Bongngo yang masih bujang dinikahkan dengan putri Arung Mareppang. Selama perkawinannya, mereka tidak memiliki keturunan, sehingga sampai La Bongngo meninggal, tidak ada keturunan langsungnya yang menggantikannya menjadi raja di Nepo.

Di masa pemerintahan Arung La Bongngo, dibentuk struktur kerajaan yang akan menjalankan pemerintahan, di antaranya La Bongngo Membentuk Jabatan Dewan Adat Kerajaan Nepo, ditunjuk pula satu orang untuk menjabat sebagai Sulewatang, dua orang sebagai Pabbicara, serta seorang lagi sebagai Matowa. Sulewatang bertugas sebagai perwakilan raja dan mendidik para anak arung Nepo. Pabbicara adalah pejabat yang bertugas menyelesaikan masalah-masalah perkara hukum. Sedangkan Matowa adalah orang yang mengatur pejabat-pejabat istana kerajaan.

Lokasi kab. Barru

Barru

Masa pemerintahan Arung Andi I Simatanah, memerintah 1906 – 1917

Arung Andi I Simatana atau Petta Tellu Latte merupakan putri dari I Messang, ia menjadi raja di Nepo menggantikan kedudukan raja sebelumnya yang dijabat oleh ibunya. Pada masa pemerintahan Andi Simatana, kedaulatan kerajaan Nepo mulai menurun, sebab pada masa pemerintahannya ini, Belanda telah mengokohkan kedudukannya di Sulawesi Selatan dan berhasil menudukkan kerajaa-kerajaan di Sulawesi, termasuk menancapkan kekuasaannya di Kerajaan Nepo. dengan demikian, status Kerajaan Nepo yang awalnya berdaulat penuh, berubah total menjadi kerajaan yang berada di bawah kontrol pemerintah Hindia Belanda.

Karena hal ini mulailah muncul perlawanan rakyat Nepo terhadap kekuasaan Belanda yang sewenang-wenang. Pada masa pemerintahan Andi Simatana ini juga status kerajaan Nepo diturunkan dan digabung bersama beberapa kerajaan di sekitarnya menjadi satu kerajaan gabungan atau konfederasi yang dikenal dengan kerajaan atau Konfederasi Mallusetasi.

Masa pemerintahan Arung Andi La Calo, memerintah 1932-1950

Andi La Calo merupakan arung Mallusetasi yang terakhir berkuasa, ia merupakan anak dari La Sadapotto Addatuang Sidenreng dan ibunya I Baeda Arung Rappeng Addatuang Sawitto. Andi La Calo adalah suami dari I Makung, Arung Mallusetasi yang memerintah sebelumnya. La Calo menjadi raja di Mallusetasi menggantikan istrinya yang meninggal pada tahun 1932. Pada masa pemerintahannya, pengaruh penjajahan Jepang mulai masuk di Sulawesi Selatan, termasuk pula di Kerajaan Mallusetasi. Di masa pemerintahan Arung La Calo juga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan Mallusetasi dilebur kedalam Republik Indonesia dengan status sebagai wilayah swapraja.

Penghapusan Kerajaan Nepo

Berdasarkan peraturan Undang-undang No. 29 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara, menetapkan wilayah Swapraja Mallusetasi, Tanete, Barru, dan Soppeng Riaja menjadi satu daerah tingkat II Barru yang terdir dari lima kecamatan, diantaranya Kecamatan Mallusetasi, Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Barru, serta Swapraja Tanete dipecah menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tanete Riaja dan Kecamatan Tanete Rilau.


Silsilah raja Nepo

Kerajaan Nepo pernah dipimpin oleh Arung Patappuloe (raja empat puluh) merupakan 40 raja yang memerintah secara bersamaan. Setelah Arung Patappuloe, terdapat 13 raja yang pernah memerintah di kerajaan Nepo, salah satunya yaitu La Bongo yang merupakan putra dari datu Suppa.

Berikut ini silsilah raja-raja Nepo:

  1. Arung Patappuloe / raja empat puluh (40 raja yang memerintah secara bersamaan)
  2. Arung La Bongo
  3. Arung I Timang Ratu
  4. Arung La Makkaraka
  5. Arung La Passampoi
  6. Arung La Pabbiseang
  7. Arung La Ippung
  8. Arung La Solong
  9. Arung Laica
  10. Arung I Messang
  11. Arung I Simatanah
  12. Arung Singkeruka
  13. Arung I Makung
  14. Arung La Calo

La Calo adalah arung Nepo yang terakhir berkuasa sebab pada masa pemerintahannya pengaruh kolonial meluas dan menguat di Sulawesi Selatan, termasuk pula di kerajaan Nepo.


Kompleks makam Raja Nepo

Kompleks makam raja Nepo ini terletak di Kampung Pattanrongnge, Desa Nepo, Kec. Mallusetasi, Kab. Barru. Kurang lebih sekitar 7 kilo meter dari Palanro, ibu kota Kecamatan Mallusetasi.

Data historis mengenai orang-orang yang dimakamkan dalam kompleks ini tidak diketahui secara pasti, namun di dalam kompleks terdapat makam raja Nepo Arung La Bongngo dan Arung I Simatanah.
Pembuatan makam yang ada di dalam kompleks ini menggunakan beberapa sistem, diantaranya sistem papan batu persegi empat panjang, kemudian ditancapkan nisan di atasnya. Yang kedua menggunakan sistem susun, tetapi itu hanya merupakan bentuk belaka karena bangunan tersebut dibuat dari batu antero, kecuali nisan yang ditancapkan di atasnya. Sistem yang lain yaitu batu persegi empat dilubangi seperti lesung, pada bagian kepala dan kaki makam dibentuk semacam jirat kemudian dipasangi nisan berbentuk patung manusia.
– Sumber: https://www.attoriolong.com/2018/06/kompleks-makam-raja-nepo.html


Peta-peta Sulawesi masa dulu

Untuk peta peta kuno (1606, 1633, 1683, 1700, 1757, 1872, abad ke-19): klik di sini

Peta Sulawesi dan Maluku, tahun 1683


Sumber kerajaan Nepo

– Sejarah kerajaan Nepo: https://id.wikipedia.org/wiki/
– Sejarah kerajaan Nepo: http://wijakalibarru.blogspot.co.id/
Sejarah kerajaan Nepo: https://attoriolong.com/
Sejarah kerajaan Nepo: https://barru.indonesiasatu.co.id/

– Daftar raja Nepo: buku “Kerajaan Nepo” Sebuah Kearifan Lokal Dalam Sistem Politik Tradisional Bugis Di Kabupaten Barru


Peta Sulawesi selatan (incl. Barru) tahun 1909


Leave a comment

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.