Asahan, kesultanan / Prov. Sumatera Utara – kab. Asahan

ﻛﺴﻠﺘﺎﻧﻦ اسهن

Lambang kesultanan Asahan
Kesultanan Asahan,
1630–1946. Terletak di Sumatera, Kab. Asahan, prov. Sumatera Utara.
Kesultanan Asahan adalah sebuah kesultanan yang berdiri pada tahun 1630. Kesultanan ini ditundukkan Belanda pada tahun 1865. Kesultanan Asahan melebur ke dalam negara Republik Indonesia pada tahun 1946.
Kesultanan ini dengan sultannya masih ada (2022).

Sultanate of Asahan, 1630 – 1946. Located in the district of Asahan. This sultanate still exists.
For english, click here

Lokasi Kabupaten Asahan


Foto kesultanan Asahan

– Foto kesultanan Asahan: link
– Foto replika Istana “Indra Sakti”: link
– Foto Istana Ïndra Sakti dulu: link


Garis kerajaan-kerajaan di Sumatera: link


Foto kerajaan-kerajaan di Sumatera

* Foto sultan dan raja yang masih ada di Sumatera: link
* Foto sultan dan raja di Sumatera dulu: link

* Foto Istana kerajaan di Sumatera: link


KESULTANAN ASAHAN

1 Tentang sultan sekarang
2 Sejarah kesultanan Asahan
3 Daftar sultan
4 Skema dan Silsilah sultan Asahan
5 Istana
6 Lokasi makam para sultan Asahan
7 Peta-peta kuno Sumatera
8 Sumber / Source


1) Tentang sultan Asahan

Sultan tahun 2021: Sri Paduka Tuanku Sultan Dr. Kamal Abraham Abdul Jalil Rahmadsjah, Sultan Asahan ke-12.
Sultan yang sekarang dilantik tahun 1980.


2) Sejarah kesultanan Asahan, 1630–1946

– Foto kesultanan Asahan: link

Kesultanan Asahan berdiri tahun 1630. Dan pada tanggal 12 September 1865 kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Kesultanan Asahan melebur ke dalam negara Republik Indonesia pada tahun 1946.
Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630. Raja Abdul Jalil, Sultan pertama Asahan merupakan putra Sultan Iskandar Muda.

Wilayah yang menjadi daerah pemerintahan kesultanan Asahan awalnya adalah daerah taklukan kesultanan Aceh Darussalam.

Wilayah kesultanan Asahan itu ditaklukan oleh Aceh Darussalam ketika Sultan Iskandar Muda melakukan penyerbuan ke kerajaan Aru, yang berpusat di daerah Deli pada 1612. Saat itu, pasukan Aceh Darussalam sedang mengejar Sultan Johor yang diketahui menjadi kerja sama dengan Portugis.

Dalam pengejaran itu, Sultan Iskandar Muda dan pasukannya berhenti di sebuah sungai. Ketika sedang beristirahat itu, Sultan Iskandar Muda menyusuri sungai itu, hingga ia tiba di suatu tanjung yang sangat indah. Tanjung itu merupakan pertemuan antara dua sungai, yakni Sungai Asahan dan Sungai Silau.

Sultan Iskandar Muda yang terpesona dengan pemandangan di sekitar tanjung, memerintahkan kepada para pengawalnya untuk membangun tempat peristirahatan berupa balai. Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama Tanjung Balai, yang nantinya akan menjadi pusat pemerintahan kesultanan Asahan.

Ketika sedang proses pembangunan balai itu, datang seorang dukun yang berasal dari Suku Karo bernama Bayak Lingga. Salah seorang pengawal Sultan Iskandar Muda bertanya kepada dukun itu mengenai penguasa tempat yang sedang mereka bangun.

Bayak Lingga mengatakan bahwa penguasa tempat itu adalah Raja Margolang, seorang penguasa lokal di sana. Sultan Iskandar Muda kemudian mengutus salah seorang pengawalnya untuk menemui Raja Margolang dengan maksud meminta daerah Tanjung Balai itu.

Lokasi kesultanan Asahan, 1820

Kesultanan Asahan, 1820

Utusan Sultan Iskandar Muda itu datang dengan membawa banyak pasukan bersenjata lengkap. Raja Margolang yang terkejut dengan kedatangan utusan itu, segera mengizinkan Sultan Iskandar Muda menguasai Tanjung Balai demi menghindari sesuatu yang tidak ia inginkan. Sejak saat itulah daerah Asahan menjadi milik kesultanan Aceh Darussalam.
Ketika kekuasaan Aceh Darussalam mulai meredup, kesultanan Asahan melepaskan diri dan menjadi kerajaan sendiri pada abad ke-19. Pada masa pemerintahan Sri Paduka Tuanku Sultan Ahmad Shah, kesultanan Asahan mendapat ancaman dari kesultanan Siak Sri Inderapura, yang berpusat di wilayah Riau.

Kesultanan Siak Sri Inderapura berencana menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai Aceh Darussalam, termasuk Asahan.
Kesultanan Siak Sri Inderapura kemudian meminta bantuan Belanda untuk menguasai wilayah Asahan. Belanda pun mengimkan utusannya ke kesultanan Asahan untuk meminta Sultan Ahmad Shah tunduk pada pemerintahan Siak. Namun, permintaan tersebut ditolak dan utusan Belanda itu diusir dengan tidak hormat.
Mengetahui hal itu, pemerintah Belanda merasa geram dengan tindakan Asahan, dan merencanakan penyerangan ke wilayah Tanjung Balai.
Pasukan Belanda tiba di Kampung Boga, salah satu wilayah kekuasaan kesultanan Asahan, pada 1865. Mereka kemudian bergerak ke pusat pemerintahan kesultanan Asahan di Tanjung Balai. Pertempuran antara Belanda dan Asahan terjadi di beberapa daerah.

Pasukan Belanda berhasil memukul mundur pasukan Asahan dan menaklukan satu demi satu wilayah kekuasaan Asahan. Sultan Ahmad Syah semakin terdesak dan memutuskan untuk munduk ke pedalaman meminta bantuan raja-raja Batak.
Namun kekuatan Belanda masih terlalu besar, dan berhasil menduduki istana Tanjung Balai. Sejak 12 September 1865, seluruh wilayah kesultanan Asahan berada di bawah kekuasaan Belanda.

Sampai sekarang kesultanan Asahan sudah memiliki 13 orang sultan yang berkuasa, walaupun Sultan terakhir lebih merupakan Kepala Keluarga dari kerabat kerajaan yang masih ada. Sultan Asahan I, Sultan Abdul Jalil, adalah putera Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh yang menikah dengan Siti Ungu Putri Berinai (Siti Unai), puteri Raja Halib (al-Marhum Mankat di-Jambu), dari Pinangawan.

– Sumber:  https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Asahan

Tengku Ngah Tanjung, Sultan Muhammad Husinsyah, Sultan Asahan yang ke-10


3) Daftar sultan kesultanan Asahan

Pada tahun 1641 sebuah galyun dari Jepara membawa garam minta surat pas kepada VOC di Melaka untuk pergi ke Asahan (Dagregister VOC di Melaka, 14-6-1641). Setelah Sultan Abdul Jalin berturut-turut menjadi Raja Asahan dengan memakai gelar “ Yang Dipertuan” (Yamtuan) yaitu:

* 1630 – 16….: Sri Paduka Raja ‘Abdu’l Jalil I ibni al-Marhum Sultan Iskandar Muda Johan Berdaulat (al-Marhum Tangkahan Sitarak) Raja dan Yang di-Pertuan Asahan
* 16…..- 17…..: Sri Paduka Raja Said Shah ibni al-Marhum Raja ‘Abdu’l Jalil (al-Marhum Simpang Tiga) Raja dan Yang di-Pertuan Asahan.
* 17…. -1760: Sri Paduka Raja Muhammad Mahrum Shah ibni al-Marhum Raja Said Shah (al-Marhum Gagap Raja dan Yang di-Pertuan Asahan.
* 1760 – 1765: Sri Paduka Raja ‘Abdu’l Jalil Shah II ibni al-Marhum Raja Muhammad Mahrum Shah (al-Marhum Mangkat di Sungei Raja Raja dan Yang di-Pertuan Asahan.
* 1765 – 1805: Sri Paduka Raja Deva Shah ibni al-Marhum ‘Abdu’l Jalil (al-Marhum Mangkat di Pasir Putih Raja dan Yang di-Pertuan Asahan.
* 1805 – 1808: Sri Paduka Raja Said Musa Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah (al-Marhum Mangkat di-Rantau Panjang Raja dan Yang di-Pertuan Negara Asahan.
* 1808 – 1813: Sri Paduka Raja Muhammad ‘Ali Shah ibni al-Marhum Raja Deva Shah Raja dan Yang di-Pertuan Negara Asahan.
* 1813 – 1859: Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah I ibni al-Marhum Sultan Muhammad ‘Ali Shah (al-Marhum Kampung Masjid, Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Asahan.
* 1859 – 1888: Sri Paduka Tuanku Sultan Ahmad Shah ibni al-Marhum Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah, Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Asahan.
* 1865 – 1867: Sri Paduka Tuanku Al-Haji ‘Abdu’llah Nikmatu’llah Shah ibni al-Marhum Raja Muhammad Ishak; Raja Kualuh dan Leidong dan Yang di-Pertuan Muda Asahan.
* 1888 – 1915: Sri Paduka Tuanku Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah II ibni al-Marhum Tengku Muhammad ‘Adil; Sultan dan Yang di-Pertuan Asahan.
* 1915 – 1980: Sri Paduka Tuanku Sultan Sha’ibun ‘Abdu’l Jalil Rahmad Shah III ibnu al-Marhum Sultan Muhammad Husain; Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Asahan.
* 1980 – Sri Paduka Tuanku Sultan Dr. Kamal Abraham Abdul Jalil Rahmadsjah ibnu al-Marhum Sultan Sa’ibun Abdul Jalil Rahmadsjah; Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Asahan. –

– Sumber / Source:  https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Sultan_Asahan

Sultan Muhammad Husain Rahmad Shah II (memerintah 1888-1915).


4) Skema dan Silsilah sultan Asahan

Untuk skema dan silsilah klik disini


5) Istana “Indra Sakti”

1 – Replika Istana “Indra Sakti”

Replika Istana Asahan adalah sebuah bangunan replika dari Istana Kesultanan Asahan. Bangunan ini diresmikan langsung oleh Sultan Asahan pada tahun 2010 silam.
Istana Asahan yang asli sendiri dibangun pada tahun 1888 di masa pemerintahan Sultan Ahmadsyah.
Istana ini terletak di Jalan Bendang, Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Tualang Raso, Kota Tanjung Balai.
Foto replika Istana “Indra Sakti”: link

——————————

2 – Istana “Indra Sakti” dulu

* Foto Istana Ïndra Sakti” dulu: link


6) Lokasi makam para Sultan Asahan

– Sumber: http://kesultananasahan.blogspot.co.id/


7) Peta-peta kuno Sumatera

Untuk peta kuno Sumatera (1565, 1588, 1598, 1601, 1616, 1620, 1707, 1725, 1760), klik di sini

Sumatera, tahun 1707


8) Sumber kesultanan Asahan

– Sejarah kesultanan Asahan: http://wiyonggoputih.blogspot.com/
Sejarah kesultanan Asahan di Wiki: link
Sejarah kesultanan Asahan di Royalark: link
– Sejarah kesultanan Asahan: http://tembakaudeli.blogspot.co.id

–  Daftar Sultan Asahan Wiki: link


Peta kesultanan Asahan, Deli, Serdang, Langkat. Tahun 1930

———————-

Peta kerajaan-kerajaan Sumatera Utara abad ke-19 (incl. Asahan)

Kerajaan-kerajaan wilayah prov. Sumatera Utara sekarang. Abad ke-19


2 Comments

2 thoughts on “Asahan, kesultanan / Prov. Sumatera Utara – kab. Asahan

  1. Surya Dharma

    Thanks for information .. i Like it
    Daulat Tuanku Asahan …..

    • Sultans in Indonesia

      YM,
      terima kasih atas mail anda. Apakah info di website kami tentang Asahan benar ?
      Kalau anda mau tambah info atau ubah info bisa.
      Paul

Leave a comment

Blog at WordPress.com.