Surakarta, kesultanan / prov. Jawa Tengah

ꦟꦓꦫꦶꦯꦸꦫꦑꦂꦡꦲꦢꦶꦟꦶꦁꦫꦡ꧀

.

surakarta Lambang kesultanan


Kesultanan Surakarta, atau Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat
berdiri sejak 1755 dan berdiri sampai sekarang. Terletak di Jawa tengah.
Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian antara VOC dengan pihak-pihak yang bersengketa di Kesultanan Mataram, yaitu Sunan Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi, menyepakati bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua wilayah kekuasaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

The Sultanate of Surakarta was founded in 1755 as result of the Agreement of Giyanti in 1755. This sultanate still exists. Located on central Jawa.
For english, click here

Lokasi Surakarta, Jawa


Foto kesultanan Surakarta

* Foto kesultanan Surakarta: link
*
Foto Keraton (Istana) Surakarta: link
* Foto pemakaman raja kerajaan Mataram Islam di Kota Gedelink
*
Foto pemakaman Imogiri, Makam Sultan Jawa tengah – sekarang: link


Garis kerajaan-kerajaan di Jawa: link


Foto sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Foto sultan dan raja, yang masih ada di Jawa: link
* Foto keraton di Jawa, yang masih ada: link
* Foto Batavia (Jakarta) masa dulu: link
* Foto Jawa masa dulu: link
* Penyerbuan Batavia oleh Sultan Agung, 1628/1628: link
* Foto perang Diponegoro, 1825: link
* Foto situs kuno di Jawa: link


Video sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa

* Untuk video-video sejarah Jawa, klik di sini


KESULTANAN SURAKARTA

1 Tentang Sultan sekarang
2 Sejarah kesultanan Surakarta
3 Perjanjian Gianti
4 Daftar Sultan 
5 Sejarah keraton-keraton 
6 Keraton Surakarta
7 Kota Gede: Makam Raja Kerajaan Mataram Islam
8 Imogiri: Makan Sultan Jawa tengah sampai sekarang
9 Sumber


1) Sultan (Susuhunan) sekarang (2017): Sri Sultan Pakubuwono XIII.

27 februari 2022
Raja Keraton Solo Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII Hangabehi mengumumkan dan mengangkat putranya yakni Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Purboyo sebagai putra mahkota. Artinya, sosok tersebut yang kelak akan melanjutkan tugas Pakubowono XIII memimpin kerajaan.
Penobatan diumumkan dalam acara Tingalan Dalem Jumenengan Pakubuwono XIII yang ke-18 di Keraton Kasunanan Surakarta.

                                                     ———————-
22 april 2017
Sultan kesultanan Surakarta, Paku Buwono XIII dapat kembali duduk di singgasananya.
Selama empat tahun terakhir Paku Buwono XIII tidak dapat menempati keraton akibat konflik internal dengan adik-adiknya yang tergabung dalam dewan adat. Selama itu, dewan adat menjadi pengelola keraton.

Sultan kesultanan Surakarta (2020): Sri Susuhunan Paku Buwono XIII.
Sultan bergelar: Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwono XIII


2) Sejarah kesultanan Surakarta

Garis sejarah

* 1755: Perjanjian Giyanti. Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua yaitu kesultanan Ngayogyakarta dan kesultanan Kasuhunan Surakarta.
* 1757: Perjanjian Salatiga: kesultanan Mataram dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
* 1813: Kesultanan Yogyakarta dipecah lagi menjadi dua yaitu kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.
* Jadi, sejak 1813 ada 2 Kesultanan dan 2 Kadipaten di Jawa Tengah dan masih ada sampai sekarang:
– Kesultanan Yogyakarta,
– Kesultanan Surakarta,
– Kadipaten Mangkunegaran,
– Kadipaten Paku Alaman.

Sejarah kesultanan Surakarta

Setelah Sultan Agung I (memerintah 1613 hingga 1645), kekuasaan dan pamor Kesultanan Mataram merosot akibat perebutan kekuasaan dan konflik suksesi dalam keluarga kerajaan. Kursi Mataram di Plered dekat Kotagede runtuh setelah pemberontakan Trunojoyo pada tahun 1677.

Sunan Amral (Amangkurat II) merelokasi istana ke Kartasura. Pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono II, pada tahun 1742 Raden Mas Garendi (Sunan Kuning) melancarkan pemberontakan melawan mahkota dan juga VOC. Raden Mas Garendi adalah putra Pangeran Teposono dan juga cucu Amangkurat II. Pemberontak berhasil menguasai ibukota Kartasura dan menggulingkan Pakubuwono II yang melarikan diri dan mengungsi ke Ponorogo.

Kesultanan Yogyakarta, Kesultanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran,  Kadipaten Paku Alaman (= merah). 1872

Vorstenlanden

Dengan bantuan Adipati Cakraningrat IV penguasa Madura bagian barat, Pakubuwono II merebut kembali ibu kota dan menumpas pemberontakan. Namun istana Kartasura hancur dan dianggap tidak menguntungkan karena terjadi pertumpahan darah di sana.

Pakubuwono II memutuskan untuk membangun istana dan ibu kota baru di desa Sala (Solo). Perpindahan ibu kota ke desa Sala diperingati dalam chandrasengkala (kronogram) “Kombuling Pudya Kepyarsihing Nata” yang bertepatan dengan Rabu 12 Sura 1670 tahun Jawa (17 Februari 1745).

Gejolak politik diselesaikan pada masa Sunan Pakubuwana III, setelah Kesultanan Mataram terpecah menjadi dua. Pada 13 februari 1755 wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesultanan Kasuhunan Surakarta, pembagian wilayah ini diatur dalam Perjanjian Giyanti (1755). Kemudian pada tahun 1757 dengan campur tangan Belanda dan berdasarkan perjanjian Salatiga (1757), kesultanan Mataram dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran.
Dan pada tahun 1813 Kesultanan Yogyakarta dipecah lagi menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Sejarah kesultanan: https://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta

Jawa tahun 1757 setelah Perjanjian Giyanti: Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran

—————————–

Jawa tahun 1830: Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran dan Paku Alaman
jawa 1830


3) Perjanjiaan Giyanti (1755)

Perjanjian Giyanti adalah kesepakatan antara VOC, pihak Mataram (diwakili oleh Sunan Pakubuwana III), dan kelompok Pangeran Mangkubumi. Kelompok Pangeran Sambernyawa tidak dilibatkan dalam perjanjian ini.

Perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 13 Februari 1755 ini secara de facto dan de jure menandai berakhirnya Kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Nama Giyanti diambil dari lokasi penandatanganan perjanjian ini, yaitu di Desa Giyanti (ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi di Dukuh Kerten, Desa Jantiharjo), di tenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah.

Berdasarkan perjanjian ini, wilayah Mataram dibagi dua: wilayah di sebelah timur Kali Opak (melintasi daerah Prambanan sekarang) dikuasai oleh pewaris tahta Mataram (yaitu Sunan Pakubuwana III) dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah di sebelah barat (daerah Mataram yang asli) diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Yogyakarta. Di dalamnya juga terdapat klausul, bahwa pihak VOC dapat menentukan siapa yang menguasai kedua wilayah itu jika diperlukan.

Naskah Perjanjian Giyanti 1755


4) Daftar Sultan

Sri Susuhunan Pakubuwana II (lahir: Kartasura, 1711 – wafat: Surakarta, 1749) adalah raja terakhir Kasunanan Kartasura yang memerintah tahun 1726 – 1742 dan menjadi raja pertama Kasunanan Surakarta yang memerintah tahun 1745 – 1749. see Wiki: Wiki

– Sumber / Source: link

Click to enlarge


5) Sejarah keraton-keraton kesultanan Mataram sampai sekarang

Kesultanan Mataram berdiri 1586 – 1755.

Ibu kota dan keraton kesultanan Mataram berpindah beberapa kali:
* 1587–1613: Keraton Kotagede.
Keraton ini merupakan kediaman raja sekaligus pusat wilayah kesultanan Mataram sekitar tahun 1588-1613 pada masa pemerintahan Panembahan Senapati, yang kemudian dikenal sebagai raja pertama dari kesultanan Mataram.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1613-1645: Keraton Karta.
Keraton Karta didirikan oleh Sultan Agung pada tahun 1613, kemudian pada 1618 baru digunakan hingga 1645.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1646-1680: Keraton Plered.
Keraton ini dibangun raja Amangkurat I dari Mataram. Amangkurat pindah dari kraton lama di Karta. Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666.
Kraton Plered ditinggalkan tahun 1680 oleh putera Amangkurat I, Amangkurat II, yang pindah ke Kartasura.
– Untuk lengkap dan foto: link

* 1680-1755: Keraton Kartasura.
Keraton di Kartasura dibangun oleh Sunan Amangkurat II atau Sunan Amangkurat Amral (1677-1703) dengan suatu pertimbangan bahwa Keraton Mataram Pleret sudah pernah diduduki musuh (Trunajaya).
– Untuk lengkap dan foto: link

1755: Perjanjian Giyanti: kesultanan Mataram dibagi dua.

Wilayah kesultanan Mataram dibagi dua melalui Perjanjian Giyanti tahun 1755:
– Kesultanan Surakarta.
Wilayah di sebelah timur Kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram, Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Keraton Surakarta,
– Kesultanan Yogyakarta.
Wilayah di sebelah diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di Keraton Yogyakarta.

Keraton kesultanan Surakarta: link
Keraton kesultanan Yogyakarta: link

Pernikahan Susuhunan PB X dengan permaisuri ke-2 pada 1915.

6) Keraton Surakarta

Nama Keraton: Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Surakarta atau lengkapnya dalam bahasa Jawa disebut Karaton Surakarta Hadiningrat adalah istana Kasunanan Surakarta.
Keraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II (Sunan PB II) pada tahun 1744 sebagai pengganti Istana/Keraton Kartasura yang porak-poranda akibat Geger Pecinan 1743. Istana terakhir Kerajaan Mataram didirikan di desa Sala (Solo), sebuah pelabuhan kecil di tepi barat.
Sumber: Wiki
Foto foto keraton Surakarta: link

Panggung Sangga Buwana

Secara mistik kejawen, Panggung Sangga Buwana dipercaya sebagai tempat pertemuan raja-raja Surakarta dengan Kangjeng Ratu Kidul.
– Untuk lengkap, klik di sini

Afbeeldingsresultaat voor ‎PANGGUNG SANGGA BUWANA KERATON KASUNANAN SURAKARTA


7) Pemakaman raja kerajaan Islam Mataram di Kota Gede

Makam raja di Yogyakarta tak hanya di Imogiri, kab. Bantul tapi terdapat juga makam raja-raja Mataram Islam di Kotagede, Yogyakarta. Meski tak sebesar kompleks pemakaman di Imogiri, namun Makam Raja Mataram Islam di Kotagede banyak dikunjungi peziarah. Memasuki gerbang kompleks makam ini peziarah akan menemukan bangunan Masjid Gedhe Mataram yang dibangun oleh Raja Mataram keempat Sultan Agung pada tahun 1640. Masjid Gedhe Mataram ini merupakan masjid tertua di Yogyakarta yang dibangun bergotong royong dengan masyarakat sekitar yang umumnya masih memeluk agama Hindu dan Budha. Di sisi selatan masjid terdapat gerbang masuk ke kompleks makam raja Mataram. Makam raja ini menjadi bukti kerajaan Mataram di Kotagede yang hingga kini lokasi pastinya belum ditemukan.
Di kompleks ini terdapat sejumlah makam raja antara lain:
– pendiri desa Mataram Ki Ageng Pamanahan,
– raja Mataram Islam pertama Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati, – Raja Pajang,
– sultan Hadiwijaya atau terkenal dengan nama Joko Tingkir,
– panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan,
– raja Mataram kedua Panembahan Hanyakrawati.

* Foto foto Pemakaman di Kota Gede: link


8) Pemakaman sultan kesultanan Mataram di Imogiri

Permakaman Imogiri, Pasarean Imogiri, atau Pajimatan Girirejo Imogiri merupakan kompleks permakaman yang berlokasi di Desa Girirejo dan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Permakaman ini dianggap suci dan kramat karena yang dimakamkan disini merupakan raja-raja dan keluarga raja dari Kesultanan Mataram. Makam Imogiri dibangun pada tahun 1632 oleh Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan keturunan dari Panembahan Senopati Raja Mataram I. Makam ini terletak di atas perbukitan yang juga masih satu gugusan dengan Pegunungan Sewu.
Di sini dimakamkan:
Sultan Agung,
Sri Ratu Batang,
Hamangkurat Amral, dan
Hamangkurat Mas.

Ada wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dan wilayah makam raja Ngayogyakarta Hadiningrat.
Wilayah makam raja Surakarta Hadiningrat dibagi menjadi empat hastana dan di sini dimakamkan raja-raja dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Wilayah makam raja Ngayogyakarta Hadiningrat dibagi menjadi 3 hastana dan disini dimakamkan raja-raja dari Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

* Lebih lengkap: klik di sini
* Foto foto pemakaman di Imogiri: klik di sini


9) Sumber / Source

– Sejarah Kasunanan Surakarta Hadiningrat (kesultanan Surakarta) di Wiki: https://id.wikipedia.org/wiki/Kasunanan_Surakarta
Sejarah Kasunanan Surakarta Hadiningrat (kesultanan Surakarta): https://www.kompas.com/stori/
Sejarah Kasunanan Surakarta Hadiningrat (kesultanan Surakarta): http://nesaci.com/
Sejarah Kasunanan Surakarta Hadiningrat (kesultanan Surakarta): http://www.kerajaannusantara.com/id/

Daftar Sultan di Wiki: link

Perjanjian Giyanti (1755): link

– Tentang Keraton di Wiki: link
Tentang Keraton: https://www.maioloo.com/tempat-wisata/


Sri Sultan Pakubuwono XIII

Sri Sultan Pakubuwono XIII

———————————-

Keraton Surakarta

————————————
Lambang Kesultanan

Lambang

———————————–
Lokasi penandatanganan Perjanjian Giyanti, 1755


Leave a comment

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.